Profil dan Rekam Jejak Saladin D Effendi, Direktur IT Anyar BSI
Jakarta, IDN Times - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir melakukan perombakan pengurus PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI.
Lewat mekanisme Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), Erick menunjuk Saladin D Effendi sebagai Direktur Information Technology (IT) BSI yang baru, menggantikan Achmad Syafii.
Saladin bukanlah nama baru di sektor perbankan Republik Indonesia. Dia pernah berkarier di berbagai bank, baik bank BUMN hingga bank swasta dengan menjabat sebagai bos IT.
Berikut ini profil lengkap Saladin D Effendi seperti dikutip IDN Times dari berbagai sumber.
1. Malang melintang di sektor perbankan RI
Karier Saladin diawali dengan menjadi Information Technology Consultant di PT Astra Graphia Information Technology (AGIT) pada Oktober 2000 hingga September 2003.
Kemudian, Saladin mulai mengawali karier di sektor perbankan RI pada 2003 dengan menjadi Head of Competence (HoC) di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) hingga 2006.
Saladin kemudian melanjutkan kariernya di Bank HSBC dengan menjadi Senior Vice President (SVP) Head of Information Technology pada 2008 hingga 2014.
Setelah itu, dia pindah ke PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) untuk menjadi Chief Information Officer pada periode 2014-2018.
Saladin kemudian kembali ke Bank Mandiri pada pertengahan 2018 dan diberikan amanat menjadi Chief Information Security Officer.
2. Lulusan Australia
Dari riwayat pendidikannya, Saladin mendapatkan gelar S1, yakni Bachelor of Engineering alias Sarjana Teknik dari Swinburne University of Technology, Australia pada 1999.
Kemudian, dia memperoleh sertifikasi Information Security Officer (CISO) dari Carnegie Mellon University, Amerika Serikat (AS).
3. Ditunjuk jadi Direktur IT BSI
Karier Saladin di dunia perbankan RI kembali dilanjutkan setelah Erick Thohir menunjuknya untuk menjadi Direktur IT BSI yang baru.
Terpilihnya Saladin sebagai Direktur IT BSI merupakan langkah Erick Thohir untuk mengevaluasi manajemen BSI yang beberapa waktu lalu terkena insiden gangguan siber.
"Kita mendengar begitu banyak kekecewaan dan keluhan dari masyarakat. Reputasi BSI sebagai bank yang menjadi tulang punggung ekosistem ekonomi syariah harus dijaga dengan baik. Sebagai pemimpin, tentu kita harus tegas dalam mengambil keputusan. Jangan sampai merusak kepercayaan dan merugikan masyarakat," kata Erick dalam keterangan tertulis, Senin (22/5/2023).
Erick menegaskan selalu intens memonitor setiap perkembangan yang terjadi pada setiap perusahaan pelat merah, begitupun atas insiden yang terjadi pada BSI. Menurutnya, gangguan layanan bank tersebut tak bisa ditoleransi.
"Sekali lagi, reputasi BSI harus dijaga dengan baik. Ini jadi bahan evaluasi dan kita tak ingin terulang lagi. Mitigasi risiko penggunaan teknologi di sektor finansial harus sangat ketat," ujarnya.
