Potret H.M. Lukminto, pendiri Sritex. (dok. Instagram.com/sritexindonesia)
H.M Lukminto merupakan pria keturunan Tionghoa yang lahir pada 1 Juni 1946 di Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur. Dia harus melalui masa kelam karena insiden Gerakan 30 September alias G30S/PKI.
Pascakejadian kelam itu, pemerintah menerbitkan kebijakan di mana segala hal yang berhubungan dengan etnis Tionghoa dilarang. Hal itu berdampak pada kehidupan Lukminto karena dia harus putus sekolah saat masih menduduki kursi kelas 2 SMA di SMA Chong Hua Chong Hui.
Dia pun melanjutkan hidupnya dengan bekerja, mengikuti sang kakak, Ie Ay Djing alias Emilia berdagang di Pasar Klewer. Kemudian, di usia ke-20, dia mulai berbisnis tekstil.
Dia mendirikan pabrik pertamanya di Solo dan membawa Sritex sukses. Lukminto meninggal dunia di Singapura pada 2014. Dia meninggalkan lima orang anak, Vonny Imelda, Iwan Setiawan, Lenny Imelda, Iwan Kurniawan, dan Margaret Imelda.
Setelah Sritex melantai di Bursa, kepemilikan saham mayoritas bukan lagi di tangan keluarga Lukminto. Dikutip dari data BEI, pemilik mayoritas saham perusahaan saat ini adalah PT Huddleston Indonesia, dengan porsi saham mencapai 59,03 persen, sementara publik mengantongi 39,89 persen saham, dan anak-anak H.M Lukminto masing-masing memiliki saham kurang dari 1 persen.
Adapun Iwan Kurniawan Lukminto saat ini menjabat Direktur Utama. Sedangkan kakaknya atau putra sulung H.M Lukminto, yakni Iwan Setiawan Lukminto sebagai komisaris Utama.
Pada 2020 lalu, Iwan Setiawan Lukminto masuk dalam daftar 50 orang terkaya versi Forbes. Dia berada di peringkat 49, dengan kekayaan mencapai 515 juta dolar AS.