Sawah SRI organik milik kelompok tani Desa Puuroda binaan PT Vale Indonesia (vale.com)
Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan merupakan kabupaten yang diberkahi keunikan demografis berupa kawasan pedesaan yang menempati lahan sekitar 60 persen dari total wilayah kabupaten. Potensi ini merupakan peluang bagi Luwu Timur untuk menjadi model dalam pendekatan pembangunan berbasis kawasan pedesaan, salah satunya melalui sektor pertanian. Namun, nasib kelompok tani kala itu jauh dari cita-cita tersebut.
Penurunan hasil panen dari musim ke musim kerap menghantui petani. Pengalaman buruk itu sempat dialami oleh Paimin, Ketua Kelompok Tani Harapan Jaya di Luwu Timur. "Saya pernah tanam padi memang bisa menghasilkan sampai 6 ton setengah, tapi setelah itu hasil panen terus menurun sampai gagal total 3 musim," ucapnya dalam wawancara yang terdokumentasi di kanal YouTube PT Vale Indonesia.
Salah satu faktor gagal panen, menurut Wiyono, dalam bukunya berjudul Pengatar Ilmu Lingkungan ialah karena kecenderungan petani untuk menggunakan bahan-bahan kimiawi dalam proses bercocok tanam. Metode pertanian konvensional ini, secara berkala dapat mengakibatkan kerusakan tanah dan, secara domino, mengganggu kesehatan manusia yang mengonsumsinya.
Berbanding terbalik dengan risikonya, hasil Sensus Pertanian Badan Pusat Statistik (BPS) 2019 justru menunjukan pola penggunaan pupuk oleh petani padi di Indonesia hampir didominasi pupuk anorganik hingga 86,41 persen. Merespons masalah tersebut, PT Vale Indonesia, #MenambangKebaikan dengan menginsiasi sebuah program yang berorientasi pada model pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture); System of Rice Intensification (SRI) organik.
Melalui metode ini, PT Vale Indonesia mendorong para petani untuk tidak lagi menggunakan bahan-bahan kimiawi sepanjang proses bercocok tanam, dan beralih sepenuhnya menggunakan bahan-bahan organik, sehingga pengeluaran bisa ditekan, kesuburan tanah terjaga, dan kualitas hasil tani dapat meningkat.
Demi kelancaran upaya ini, PT Vale menggandeng sejumlah stakeholder terkait, termasuk kelompok tani dan pemerintah setempat. Sinergisitas ini memungkinkan setiap tahap dalam program SRI Organik dapat berjalan dan meluas ke kelompok tani lainnya.
Tahap pertama program ini bekerja sama dengan kelompok tani Harapan Jaya di Desa Mahalona, Kecamatan Towoti, Luwu Timur, dengan menggelar pelatihan kelompok tani pada Februari 2015 yang diikuti 17 anggota kelompok tani dengan total luas lahan 16 hektare.
Pada Mei 2015, program berlanjut ke tahap persiapan implementasi hingga pemupukan lahan secara mandiri dengan bahan-bahan organik agar mikro organisme pada lahan dapat berkembang biak dengan baik, sehingga dapat menjadi penyedia nutrisi bagi kesuburan padi organik. Selanjutnya, pada tahap pemeliharaan, para petani juga diimbau tidak menggunakan bahan kimia untuk menghilangkan hama.
"Dari hasil panen itu (29 ton), uang yang dihasilkan Rp203 juta. Di situlah yang menarik, petani semua berbicara, baru kali ini selama 8 tahun bercocok tanam mendapat uang lebih," ujar Kariman, pendamping petani Yayasan Aliksa Organik SRI dikutip dari kanal YouTube PT Vale Indonesia.
Program SRI Organik PT Vale Indonesia ini pun diakui oleh kelompok tani binaan sebagai program yang efektif dalam meningkatkan pendapatan masyarakat petani. Kesuksesan ini, mempopulerkan program SRI Organik ke banyak kelompok tani.
"Begitu musim panen kedua, dari 10 hektare, saya buka menjadi 22 hektare. Tiap musim tanam kita tambah dan hasilnya mereka (petani lain) lihat. Itu yang membuat mereka tertarik dan sudah kita jelaskan ke mereka makanya mereka mau ikut dengan kita," kata Faisal, Petani Desa Ululere, dikutip dari kanal YouTube PT Vale Indonesia.
Di samping itu, para petani muda juga mulai tertarik dan bergabung dalam program SRI Organik. Ketua Kelompok Tani Milenial Desa Walatana, Zani, mengungkapkan dengan adanya program SRI Organik, semangat dan tekad para petani muda semakin meningkat.
"Maka saya sebagai pemuda berterima kasih kepada Alkhairat dan PT Vale telah membawa program SRI Organik yang menerapkan pertanian sehat, ramah lingkungan, dan berkelanjutan ini," kata Zani dikutip dari kanal YouTube PT Vale Indonesia.
Kini, pola SRI Organik dipraktikan oleh 196 petani di lahan seluas 83,9 hektare di 9 kecamatan se-Luwu Timur. Petani binaan PT Vale Indonesia menghasilkan beras organik berlabel "Matano Rice" yang sudah mendapat sertifikat dari lembaga sertifikasi berskala nasional. Namun demikian, PT Vale Indonesia berkomitmen meningkatkan sebaran penerima bantuan hingga mencapai target 120 hektare sawah yang menerima pendampingan SRI organik.