QRIS Sempat Diprotes AS, BI: Mereka Bisa Kehilangan Rp280 T Setahun

- Penggunaan sistem pembayaran digital domestik bisa membuat Visa dan Mastercard kehilangan pendapatan mencapai Rp280 triliun dalam setahun.
- Bank Indonesia mengungkapkan, volume transaksi QRIS mendekati target 2025, yakni sudah mencapai 6 miliar transaksi.
Jakarta, IDN Times - Quick Response Indonesian Standard (QRIS) sempat dikritik pemerintah Amerika Serikat (AS) karena dianggap menghambat perdagangan. Namun menurut Bank Indonesia (BI), itu karena penggunaan QRIS berpotensi membuat Visa dan Mastercard kehilangan pendapatan sangat besar.
Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran (DKSP) Bank Indonesia (BI), Dudi Dermawan mengungkapkan, nilai transaksi digital domestik saat ini telah mencapai ratusan triliun rupiah.
"Transaksi QRIS sudah mencapai Rp317 triliun, USR (Universal System Retail) sudah mencapai Rp359 triliun. Kita lihat kartu debit mencapai Rp628 triliun," kata dia dalam Editors Briefing di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 17-20 Juli 2025, dikutip Senin (21/7).
1. Potensi kehilangan pendapatan Visa dan Mastercard karena QRIS

Dudi menuturkan, penggunaan sistem pembayaran digital domestik bisa membuat Visa dan Mastercard kehilangan pendapatan mencapai Rp280 triliun dalam setahun. Visa dan Mastercard merupakan jaringan pembayaran internasional asal AS yang mendominasi secara global.
"Bayangkan kalau misalnya kartu debit itu GPN, QRIS itu local transaction, USR local transaction, chip based itu adalah local transaction, Visa atau Master dalam setiap transaksi mengenakan 2,5 persen, kalau saya total dalam 1 triwulan, mereka akan kehilangan Rp70 triliun, dalam 1 tahun sekitar Rp280 triliun," tuturnya.
Karena hal itu, menurut Dudi, United States Trade Representative (USTR) atau Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat mengkritik kebijakan BI terkait QRIS dalam dokumen yang dirilis pada akhir Maret 2025 lalu.
"Sehingga wajar USTR memasukkan QRIS sebagai bagian dari daya tawar. Karena kenapa? Rp280 triliun itu big money," ujarnya.
2. Volume transaksi QRIS dekati target 2025

BI mengungkapkan, volume transaksi QRIS terus meningkat. Adapun target volume transaksi QRIS pada tahun ini sebesar 6,5 miliar, namun hingga Juli sudah mendekati target 2025, yakni mencapai 6 miliar transaksi.
Target pengguna tahun ini juga meningkat dari 55 juta menjadi 58 pengguna, dengan target merchant dari 35 juta menjadi 40 juta merchant.
"Artinya, semua orang saking asyiknya menggunakan QRIS," ujar Dudi.
3. BI akan terbitkan kartu kredit rupiah

Dudi mengungkapkan, BI akan mengeluarkan kartu kredit domestik atau kartu kredit rupiah demi mendorong perekonomian nasional. Dengan kartu kredit anyar ini, pendapatan Visa dan Mastercard bakal turun drastis.
"Satu lagi yang mau kita keluarkan kartu kredit domestik atau retail, itu jauh lebih dahsyat. Kenapa? karena di sini pasar kartu kredit sekitar Rp112 triliun. Kalau kita keluarkan kartu kredit rupiah, otomatis pendapatan Visa dan Mastercard akan langsung turun," ujarnya.
Karena alasan itu, Dudi menambahkan, USTR meminta seluruh transaksi tidak boleh dilakukan secara domestik tapi dilakukan secara internasional. Tujuannya supaya penerimaan Visa dan Mastercard semakin meningkat.