Sri Lanka Setujui Kenaikan Upah Minimum Pekerja Sebesar 40 Persen

Setelah mendapat bantuan dana talangan dari IMF

Jakarta, IDN Times - Pejabat Tinggi Sri Lanka mengatakan kabinet menyetujui kenaikan upah minimum sebesar 40 persen, dari 12.500 rupee (sekitar Rp656 ribu) menjadi 17.500 rupee (Rp919 ribu) pada Selasa (26/3/2024).

Hal ini merupakan upaya pemerintah dalam mendukung masyarakat yang hidup dalam kemiskinan, di mana para pekerja berjuang dengan biaya hidup yang tinggi di tengah bantuan dana talangan dari Dana Moneter Internasional (IMF).

"Ini adalah keputusan yang sangat penting. Berdasarkan keputusan tersebut, upah harian nasional juga akan dinaikkan sebesar 200 rupee (Rp10 ribu)," kata juru bicara kabinet dan Menteri Transportasi Bandula Gunawardana, dikutip dari The Straits Times.

Baca Juga: 6 Warga Sri Lanka Tewas Ditikam di Kanada

1. Meningkatnya pengeluaran rumah tangga karena biaya hidup yang tinggi

Menurut data terbaru pemerintah Sri Lanka, rata-rata pendapatan bulanan rumah tangga dari 20 persen penduduk termiskin adalah 17.572 rupee (Rp923 ribu). Sementara, 90 persen dari keseluruhan rumah tangga mengalami peningkatan pengeluaran karena krisis keuangan terburuk dalam beberapa dekade.

Kenaikan harga energi yang berkali-kali lipat dan kenaikan pajak penjualan sebesar 3 persen pada Januari, telah meningkatkan biaya hidup dan memberikan dampak yang sangat buruk bagi masyarakat miskin.

2. IMF beri dana talangan untuk Sri Lanka sebesar Rp45,9 triliun

Sri Lanka Setujui Kenaikan Upah Minimum Pekerja Sebesar 40 PersenPotret Lotus Tower di Colombo, Sri Lanka. (pexels.com/Kanishka Ranasinghe)

Sri Lanka meminta bantuan IMF untuk menyelamatkan perekonomian dan akhirnya mendapat paket dana talangan tahun lalu. IMF pun memberi dana talangan senilai 2,9 miliar dolar AS (Rp45,9 triliun), yang diberikan secara bertahap setelah melakukan tinjauan dua kali setahun mengenai apakah negara tersebut menerapkan reformasi ekonomi yang diperlukan.

Sejauh ini, Colombo telah menerima dua pembayaran. Pihaknya juga telah menerima janji pengampunan utang dari kreditor besar, seperti China, India, dan Jepang. 

Program bantuan tersebut membuat perekonomian Negara Asia Selatan itu membaik secara bertahap menyusul dengan penurunan inflasi menjadi 5,9 persen pada Februari dari level tertinggi 70 persen.

Baca Juga: Sri Lanka Akhiri Visa Jangka Panjang untuk Turis Rusia-Ukraina

3. Situasi ekonomi Sri Lanka

Sri Lanka Setujui Kenaikan Upah Minimum Pekerja Sebesar 40 PersenIlustrasi suasana kota Colombo, Sri Lanka. (unsplash.com/Alex Azabache)

Perekonomian Sri Lanka anjlok pada awal 2022, setelah cadangan devisanya menyusut ke rekor terendah yang memicu melonjaknya inflasi, depresiasi mata uang, dan gagal bayar utang luar negerinya. Hal ini berimbas pada rakyatnya yang menderita kekurangan pangan, obat-obatan, bahan bakar, dan listrik yang parah.

Keadaan ekonomi yang merosot, memicu protes dari mahasiswa dan serikat pekerja selama berbulan-bulan di Colombo, yang berujung pada tergulingnya Presiden Gotabaya Rajapaksa saat itu.

Lalu pada Juli 2022, Perdana Menteri saat itu, Ranil Wickremesinghe, diangkat menjadi presiden. Sejak itu, dia berhasil memulihkan listrik, dan kekurangan kebutuhan pokok telah banyak berkurang. Mata uang Sri Lanka juga dilaporkan menguat dan suku bunga turun menjadi sekitar 10 persen.

Namun, Wickremesinghe menghadapi kemarahan masyarakat atas pajak yang besar dan tingginya biaya hidup. Meskipun indikator perekonomian membaik dan kekurangan pangan terburuk telah berkurang, tetapi angka pengangguran masih tetap tinggi karena belum bangkitnya industri-industri yang sempat terpuruk pada puncak krisis, Associated Press melaporkan.

Baca Juga: Sri Lanka Loloskan RUU Kontroversial yang Atur Konten Online

Rahmah N Photo Verified Writer Rahmah N

.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya