Dunia Habiskan Rp6 Ribu T Setahun untuk Subsidi Bahan Bakar Fosil

Subsidi itu disebut tidak efektif

Jakarta, IDN Times – Kepala Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UND) Achim Steiner mengatakan dunia menghabiskan 423 miliar dolar Amerika Serikat (AS) (sekitar Rp6 ribu triliun) uang pembayar pajak untuk mensubsidi penggunaan bahan bakar fosil setiap tahunnya. Langkah itu menurutnya menghambat transisi menuju energi yang lebih bersih.

Steiner mengatakan bahwa menghabiskan 423 miliar dolar AS setahun untuk subsidi bahan bakar fosil bukanlah penggunaan uang pembayar pajak yang efektif. Namun, katanya, subsidi itu sering dibenarkan untuk memastikan energi lebih murah bagi rakyat miskin.

“Tetapi sebenarnya, ketika Anda melihat statistik, kenyataan yang menarik adalah bahwa, sungguh, itu adalah sesuatu yang benar-benar menguntungkan bagian masyarakat yang lebih kaya karena mereka adalah pengguna energi yang lebih besar secara tidak proporsional,” kata Steiner.

“Jadi, jika Anda tertarik untuk membantu orang yang lebih miskin untuk memiliki akses ke energi, bahan bakar, ada cara yang jauh lebih efisien untuk melakukannya dan Anda tidak perlu mendistorsi seluruh perekonomian dengan cara kami saat ini membuat bahan bakar fosil lebih murah untuk digunakan,” katanya, menurut CNBC, Jumat (29/10/2021).

Baca Juga: Perubahan Iklim: Apa itu COP26 dan Mengapa itu Penting?

1. Ancaman produksi bahan bakar fosil tinggi

Dunia Habiskan Rp6 Ribu T Setahun untuk Subsidi Bahan Bakar FosilIlustrasi harga minyak (IDN Times/Arief Rahmat)

Sebuah laporan PBB baru-baru ini menemukan bahwa produksi bahan bakar negara-negara sedunia tidak aman untuk menjaga suhu global. Pada 2030 diperkirakan produksinya lebih dari dua kali tingkat praindustri yang dibutuhkan untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 1,5 derajat Celcius.

Saat ditanya bagaimana hal ini dapat dicegah, Steiner mengatakan kepada CNBC semua ini mungkin bisa dicapai dengan menetapkan biaya bahan bakar fosil.

“Yah, banyak ekonom pada dasarnya setuju bahwa jika Anda memperkenalkan harga karbon yang mencerminkan biaya sebenarnya dari penggunaan bahan bakar fosil di ekonomi kita saat ini, Anda sebenarnya akan sangat cepat menciptakan pasar di mana produsen dan juga konsumen bahan bakar fosil, akan benar-benar keluar dari sektor ini,” katanya.

2. Revolusi energi

Dunia Habiskan Rp6 Ribu T Setahun untuk Subsidi Bahan Bakar FosilIlustrasi Pajak Karbon (IDN Times/Aditya Pratama)

Steiner lebih lanjut mengatakan bahwa faktanya, ekonomi energi global saat ini telah memulai sebuah revolusi energi.

“Dalam beberapa tahun terakhir saja, ada lebih banyak investasi dalam infrastruktur energi baru terbarukan, dan oleh karena itu diinvestasikan dalam konstruksi dan membawanya pada aliran, daripada gabungan minyak, gas, batu bara, dan nuklir,” jelasnya.

Tetapi Steiner mengatakan dia sangat khawatir bahwa dunia masih bergerak terlalu lambat.

“Tragedi ini adalah bahwa anak-anak saya, generasi berikutnya, tidak akan lagi memiliki pilihan karena akan bergerak melampaui titik tidak bisa kembali. Karena sekali kita berada di jalur di atas 1,5, lalu 2 derajat, butuh 100 tahun atau 200 tahun untuk bisa membalikkan itu,” katanya.

Baca Juga: Bank Dunia Tidak Serius Tangani Krisis Akibat Perubahan Iklim

3. Waktu yang tepat untuk atasi perubahan iklim

Dunia Habiskan Rp6 Ribu T Setahun untuk Subsidi Bahan Bakar FosilIlustrasi Pemanasan Global. (IDN Times/Aditya Pratama)

Steiner mengatakan saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mengatasi perubahan iklim. Namun, ia khawatir dunia tidak mengambil keputusan yang diperlukan untuk mewujudkannya.

“Dan itu, pada dasarnya, momen bersejarah dalam waktu di mana kita menemukan diri kita sendiri ketika, pada dasarnya memiliki semua sarana untuk mengatasi perubahan iklim, tetapi tidak menemukannya dalam diri kita sendiri untuk mengambil keputusan yang diperlukan untuk memungkinkan hal ini,” katanya.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya