Jadi Hottest Trend di Wall Street, Apa itu SPAC?

Banyak perusahaan yang melakukan SPAC di 2020

Jakarta, IDN Times – Ketika perusahaan ruang kerja bersama atau coworking space WeWork mulai go public pada 2019, kabar penawaran saham perdana (IPO) menjadi perbincangan panas. Perusahaan kian menjadi sorotan setelah mengalami banyak masalah sejak mengajukan dokumen IPO-nya pada Agustus, hingga mengharuskan salah satu pendiri dan CEO-nya, Adam Neumann, mengundurkan diri.

Saat ini, WeWork dilaporkan sedang dalam pembicaraan untuk melakukan go public melalui cara yang berbeda, yaitu melalui special purpose acquisition company (SPAC) atau perusahaan akuisisi bertujuan khusus, salah satu tren terpanas di Wall Street.

Namun, WeWork bukanlah perusahaan pertama yang melakukan IPO melalui SPAC. Sejumlah perusahaan termasuk Virgin Galactic, DraftKings, Opendoor, dan Nikola Motor Co. semuanya telah go public dengan menggunakan metode SPAC.

Menurut CNBC MakeIt, ada sekitar 200 SPAC go public pada 2020, mengumpulkan sekitar 64 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dalam total pendanaan. Jumlah itu hampir setara gabungan semua IPO tahun lalu, menurut Renaissance Capital.

Di 2021 ini pun telah banyak perusahaan yang menargetkan melakukan IPO dengan metode ini, termasuk start-up ultrasound portable yang didukung Bill Gates, Butterfly dan startup pengujian DNA 23andMe. Ada juga perusahaan media digital seperti BuzzFeed, Vice Media, Bustle Media Group dan lainnya.

Jadi apa sebenarnya SPAC itu? Apa yang membuat sejumlah perusahaan lebih memilih SPAC daripada IPO biasa? Dan mengapa investor mengantri untuk mengikuti tren ini? IDN Times mengulasnya untuk kamu.

1. Apa itu SPAC?

Jadi Hottest Trend di Wall Street, Apa itu SPAC?businessinsider.com

Baca Juga: Gojek dan Tokopedia Dikabarkan Bakal Merger, IPO di Bursa AS-Indonesia

Perusahaan akuisisi tujuan khusus pada dasarnya adalah perusahaan cangkang yang didirikan oleh investor dengan tujuan mengumpulkan uang melalui IPO. Namun pada akhirnya mereka mengakuisisi perusahaan lain.

Misalnya, perusahaan Amerika Serikat (AS) Diamond Eagle Acquisition Corp. didirikan pada 2019 dan go public sebagai SPAC pada Desember. Perusahaan kemudian mengumumkan merger dengan DraftKings dan platform teknologi perjudian SBTech. DraftKings mulai diperdagangkan sebagai perusahaan publik ketika kesepakatan ditutup pada bulan April.

Jadi SPAC tidak memiliki operasi komersial, tidak membuat produk dan tidak menjual apa pun. Faktanya, satu-satunya aset SPAC biasanya adalah uang yang dikumpulkan dalam IPO-nya sendiri, menurut Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC).

Biasanya SPAC dibuat, atau disponsori, oleh tim investor institusional, profesional Wall Street dari dunia ekuitas swasta atau lembaga pengelola investasi global. CEO terkenal seperti Richard Branson dan miliarder Tilman Fertitta juga telah mengikuti tren dan membentuk SPAC mereka sendiri.

Dalam proses mengumpulkan dana melalui SPAC, orang-orang yang membeli di IPO tidak tahu apa perusahaan yang menjadi target akuisisi nantinya. Investor institusi dengan rekam jejak kesuksesan dapat lebih mudah meyakinkan orang untuk berinvestasi pada sesuatu yang tidak diketahui. Itu juga yang menyebabkan SPAC sering disebut dengan “perusahaan cek kosong”.

Setelah berhasil mengumpulkan modal dari IPO, uang itu akan masuk ke rekening perwalian dan berbunga sampai tim manajemen atau pendiri SPAC menemukan perusahaan swasta yang ingin go public melalui akuisisi.

Setelah akuisisi selesai, investor SPAC dapat menukar saham mereka dengan saham perusahaan gabungan atau menebus saham SPAC mereka untuk mendapatkan kembali dana investasi awal mereka, ditambah bunga yang diperoleh saat uang mereka diinvestasikan. Sponsor SPAC biasanya mendapatkan sekitar 20 persen saham di perusahaan gabungan final.

Namun, sponsor SPAC juga memiliki tenggat waktu untuk menemukan kesepakatan yang sesuai, biasanya dalam waktu sekitar dua tahun setelah IPO. Jika tidak, SPAC dilikuidasi dan investor mendapatkan uang mereka kembali dengan bunga.

2. Mengapa SPAC tiba-tiba populer?

Jadi Hottest Trend di Wall Street, Apa itu SPAC?Ilustrasi Penurunan/Bearish (IDN Times/Arief Rahmat)

SPAC sebenarnya telah ada selama beberapa dekade, namun belakangan ini menjadi lebih umum karena volatilitas pasar yang ekstrem yang disebabkan oleh banyak hal, utamanya oleh pandemik global.

Banyak perusahaan memilih untuk menunda IPO mereka karena takut volatilitas pasar dapat merusak debut publik saham mereka. Tetapi sejumlah perusahaan memilih rute alternatif dari IPO, dengan bergabung dengan SPAC. Penggabungan SPAC memungkinkan perusahaan untuk go public dan mendapatkan pemasukan modal lebih cepat daripada dengan IPO konvensional.

Pasalnya akuisisi SPAC dapat ditutup hanya dalam beberapa bulan. Sedangkan IPO konvensional yang didaftarkan melalui SEC memerlukan proses panjang dan bisa memakan waktu hingga enam bulan.

Selain itu, dalam merger SPAC, perusahaan target dapat menegosiasikan penilaian tetapnya sendiri dengan sponsor SPAC.

3. Risiko SPAC

Jadi Hottest Trend di Wall Street, Apa itu SPAC?Ilustrasi Harga Saham Turun (Bearish) (IDN Times/Arief Rahmat)

Meski memberi kemudahan dalam banyak hal, tentu saja masih ada risiko dari SPAC. Salah satunya yaitu bahwa perusahaan target memiliki risiko akuisisi mereka ditolak oleh pemegang saham SPAC.

Di sisi lain, menurut mantan CEO Goldman Sachs Lloyd Blankfein, uji tuntas proses SPAC tidak seketat IPO tradisional meski proses merger SPAC juga membutuhkan transparansi mengenai perusahaan target.

Blankfein juga mengatakan bahwa sponsor SPAC, yang sebagian besar bertugas menemukan akuisisi yang bisa diterapkan dalam dua tahun dan belum tentu kesepakatan terbaik, tidak diberi insentif untuk menghindari kelebihan pembayaran SPAC untuk perusahaan target.

Meski beberapa perusahaan yang menempuh jalur SPAC telah berkinerja cukup baik, seperti DraftKings dan Virgin Galactic, firma penasihat Renaissance Capital menemukan bahwa pengembalian rata-rata dari merger SPAC yang diselesaikan antara 2015 sampai 2020 kurang dari rata-rata pengembalian pascapasar (post-market return) dari investor yang berinvestasi di perusahaan melalui IPO biasa.

Baca Juga: DPR AS Sahkan UU yang Bisa Depak Perusahaan Tiongkok dari Wall Street

Topik:

  • Hana Adi Perdana
  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya