The Fed Sebut Masalah Real Estat China Dapat Meluas Ke AS

Real estate China diguncang masalah keuangan

Jakarta, IDN Times – Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve pada Senin (8/11/2021) memperingatkan bahwa masalah real estat China bisa berdampak ke sistem keuangan AS.

“Tekanan di sektor real estat China dapat membebani sistem keuangan China, dengan potensi limpahan ke Amerika Serikat,” kata Federal Reserve dalam laporan stabilitas keuangan terbarunya, yang dirilis dua kali setahun.

Laporan itu membahas ukuran ekonomi dan sistem keuangan China, serta hubungan perdagangan global.

Baca Juga: 5 Dampak Ngeri Krisis Evergrande hingga Tapering Off buat Indonesia

1. Masalah real estat China

The Fed Sebut Masalah Real Estat China Dapat Meluas Ke ASCommons. wikimedia.org/US Government

Sejumlah pengembang China telah mengalami masalah keuangan baru-baru ini, salah satunya yakni Evergrande. Sejak musim panas ini, Evergrande yang memiliki utang tinggi telah mengguncang investor global karena perusahaan berusaha untuk menghindari default.

Pengembang China lainnya juga telah berjuang untuk membayar utang, menambah kekhawatiran atas dampaknya yang lebih luas di ekonomi terbesar kedua di dunia itu. Ekonomi China kira-kira seperempatnya didorong oleh real estat.

Baca Juga: Fakta-Fakta Evergrande, Perusahaan China yang Sebabkan Krisis Global

2. Isi laporan The Fed

The Fed Sebut Masalah Real Estat China Dapat Meluas Ke ASjerome Powell (Website/https://knowledge.wharton.upenn.edu/)

Sebagian besar dokumen The Fed membahas kondisi keuangan domestik AS, mulai dari harga pasar saham yang tinggi secara historis hingga risiko dari pertumbuhan cepat stablecoin, mata uang digital yang terikat dengan nilai tetap seperti dolar AS.

Paul Christopher, Kepala strategi pasar global wilayah AS di Wells Fargo Investment Institute, mengomentari laporan Fed tentang real estat China.

“Kekhawatiran The Fed adalah bahwa aktivitas real estat China melambat, tetapi para pengembang memiliki utang besar [dan] beberapa dari mereka (seperti Evergrande) terdiversifikasi ke bidang ekonomi lain,” kata Christopher dalam sebuah email, menurut CNBC, Selasa (9/11/2021).

Ia menambahkan bahwa hubungan luas ini berarti perlambatan di pasar perumahan China pada akhirnya dapat menyebabkan pengangguran, penurunan saham China dan deflasi. Hal tersebut, katanya, dapat menyebar melalui saluran perdagangan global karena China memotong pembelian barang dari negara lain.

Namun, dia juga mengatakan kejatuhan seperti itu tidak mungkin terjadi. “Pemerintah China telah bergulat dengan utang perusahaan yang tinggi selama bertahun-tahun, waspada dan memiliki sumber daya untuk menangani sektor real estat,” kata Christopher. Ia juga menyebut bahwa pihak berwenang masih dapat menghabiskan lebih banyak sumber daya untuk mengatasi guncangan deflasi, seperti yang mereka lakukan di masa lalu.

Baca Juga: The Fed Akan Memulai Pengurangan Stimulus

3. Isi lainnya dari laporan The Fed

The Fed Sebut Masalah Real Estat China Dapat Meluas Ke ASPemandangan luar gedung China Evergrande Center di Hong Kong, China, Senin (26/3/2018). ANTARA/REUTERS/Bobby Yip.

Laporan terbaru The Fed juga menganalisis peran investor ritel dan media sosial dalam volatilitas pasar saham awal tahun ini, serta peran investor asing dalam aksi jual Treasury pada Maret 2020.

Laporan stabilitas keuangan sebelumnya dari The Fed telah menyebutkan China, tingkat utangnya yang tinggi dan harga real estat yang tinggi sebagai risiko yang dapat meluas ke AS.

Ilya Feygin, ahli strategi senior di pialang WallachBeth Capital yang berbasis di New York, mengatakan laporan Fed terbaru kemungkinan ada kaitannya dengan kesulitan di masa lalu.

“The Fed telah dikritik karena tidak melihat kerentanan perumahan AS dan bank-bank AS sebelum 2008,” katanya dalam email, merujuk pada krisis keuangan saat itu. “Oleh karena itu, segala sesuatu yang terkait dengan risiko real estat dan sistem perbankan di mana pun akan diteliti secara berlebihan.”

Dia juga mengatakan bahwa komentar Fed kemungkinan tidak memiliki banyak efek dalam hal berinvestasi di pasar negara berkembang.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya