Anak Muda Ogah Pilih Profesi Petani, Ternyata Alasannya karena Tanah!

Anak muda masih memiliki anggapan salah soal menjadi petani

Jakarta, IDN Times - Tren anak muda atau millennial yang berprofesi sebagai petani di Indonesia saat ini masih minim jumlahnya. Hal itu lantaran masih adanya anggapan yang salah soal petani oleh anak muda.

Hal itu disampaikan oleh seorang petani hidroponik asal Bogor bernama Reyhan Adi Saputro. Menurut dia, regenerasi profesi petani saat ini tidak seimbang dengan permintaan masyarakat terhadap produk pertanian yang naik dari tahun ke tahun.

"Saya melihat bahwa permintaan yang naik dari tahun ke tahun ini tidak diiringi dengan regenerasi profesi petani. Jadi, gambaran profesi petani yang harus bergelut dengan tanah, rendahnya tingkat kesejahteraan petani ikut andil dalam ketertarikan anak muda untuk terjun ke dunia pertanian," kata Reyhan pada acara Dialog Menteri dengan Mitra Pembangunan dan Masyarakat, yang dilaksanakan secara virtual, Kamis (12/8/2021).

Minimnya regenerasi petani turut menjadi kegelisahan Reyhan di samping pertanian hidroponik yang digelutinya saat ini hanya fokus dalam memberdayakan produk sayuran.

"Hidroponik saat ini lebih banyak diberdayakan untuk memproduksi sayuran ketimbang komoditas lainnya seperti padi, bawang, dan komoditas besar lainnya. Jadi saya memikiki kegelisahan ke depannya seperti defisit produk pertanian untuk menopang pertumbuhan penduduk yang jumlahnya meningkat dari tahun ke tahun," kata dia.

Baca Juga: Jokowi Mau Profesi Petani Menjanjikan, Pengamat: Jangan Hanya Jargon!

1. Mahasiswa pertanian enggan jadi petani

Anak Muda Ogah Pilih Profesi Petani, Ternyata Alasannya karena Tanah!Petani PPU (IDN Times/ Ervan Masbanjar)

Reyhan kemudian menceritakan pengalamannya saat bertemu dengan mahasiswa pertanian. Dari pertemuan itu, Reyhan mendapatkan fakta bahwa mahasiswa dari jurusan pertanian justru enggan menjadi petani.

"Ketika saya tanya setelah lulus mau berprofesi apa, mereka bercerita ingin melakukan kegiatan atau pekerjaan di luar pertanian, ini sungguh sangat disayangkan ya," ucap dia.

Padahal, sambung Reyhan, profesi sebagai petani tak melulu harus berkecimpung atau bergelut dengan tanah dan berkotor-kotoran.

2. Petani juga bisa melakukan hal lain di luar produksi komoditas pertanian

Anak Muda Ogah Pilih Profesi Petani, Ternyata Alasannya karena Tanah!Petani di Kecamatan Babulu (IDN Times/Ervan Masbanjar)

Reyhan sendiri yang menekuni pertanian hidroponik sejak 2016 mengaku bukan hanya memproduksi sayuran, melainkan juga alat-alat untuk menunjang petani hidroponik lainnya dalam melakukan pertanian.

"Saya sangat bangga dengan profesi sekarang. Setelah 1-2 tahun berkecimpung di hidroponik, kemudian saya melihat peluang selain memproduksi sayuran, tetapi juga memproduksi peralatan untuk memudahkan petani-petani hidroponik ini menjalankan pertaniannya," ujar dia.

Usahanya tersebut kemudian membuahkan hasil lantaran produksi pipa-pipa untuk pertanian hidroponik berhasil dipasarkan, bukan hanya di dalam negeri, melainkan juga diekspor ke beberapa negara di Asia Tenggara dan Afrika.

Baca Juga: Menko Perekonomian Optimistis Sektor Pertanian Selalu Tumbuh Positif 

3. Langkah pemerintah melakukan regenerasi profesi petani

Anak Muda Ogah Pilih Profesi Petani, Ternyata Alasannya karena Tanah!IDN Times/Aldzah Fatimah Aditya

Dalam kesempatan tersebut, Reyhan kemudian bertanya kepada Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono tentang langkah pemerintah dalam meregenerasi profesi petani. Kasdi menyampaikan bahwa hal pertama yang dilakukan pihaknya adalah dengan menghilangkan mindset salah terkait petani di pikiran anak muda.

"Pertama adalah menghilangkan mindset bahwa petani itu kotor, blepotan, tidak ada inovasi teknologi, dan sebagainya itu kita hilangkan. Kemudian kita berikan pelatihan-pelatihan kepada calon regenerasi petani untuk melihat apa sebenarnya pertanian dan apa yang akan menjadi bagian yang kita bangun saat ini," ujar Kasdi.

Ketiga, lanjut Kasdi, pemerintah atau Kementan menargetkan petani millenial sebanyak 2,5 juta orang hingga 2024 mendatang.

Di sisi lain, Kasdi melihat bahwa perlu adanya peningkatan pemahaman dan kapasitas calon petani millennial sebagai pelaku utama pertanian Indonesia di masa depan.

"Kita pny visi yaitu pertanian maju, mandiri, dan modern. Kemudian strateginya adalah membangun pertanian modern, smart farming yang dikorporasikan, masuknya Internet of Things, dan pelibatan robot construction, serta pemanfaatan desain citra satelit untuk me-record apa yang terjadi di lapangan dan seterusnya," kata dia.

4. Jokowi mau petani jadi profesi yang menjanjikan

Anak Muda Ogah Pilih Profesi Petani, Ternyata Alasannya karena Tanah!Presiden Joko Widodo saat menghadiri secara virtual Pelatihan Petani dan Penyuluhan serta pengukuhan 2.000 Duta Petani Milenial/Duta Petani Andalan (DPM/DPA) di Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian Ciawi, Jawa Barat, Jumat (6/8/2021). (Dok. BPMI Setpres)

Sebelumnya diberitakan, Presiden Joko "Jokowi" Widodo ingin petani jadi profesi yang menjanjikan agar semakin banyak generasi muda yang mau menjadi petani.

"Saat ini total petani Indonesia sebanyak 71 persen berusia 45 tahun ke atas sedangkan yang di bawah 45 tahun sebanyak 29 persen," kata Jokowi dilansir dari ANTARA.

Dengan demikian, Jokowi berharap petani dan kelompok tani diharapkan dapat menggarap sektor hulu hingga hilir baik on-farm maupun off-farm. Lebih rinci, dia ingin petani dan kelompok tani bisa melakukan pengolahan pasca-panen, sampai ke kemasan dan perdagangan produk sehingga produk pertanian bisa dilakukan lintas negara. Sehingga, para petani bisa memperoleh pendapatan yang lebih besar.

"Kita harus tahu persaingan produk pertanian sekarang sudah lintas negara. Petani Indonesia harus kompetitif dalam keterampilan teknis, pemanfaatan model bisnis, model bisnis dan manajemennya," tutur Jokowi.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya