Buka Pekan Baru, Rupiah Perkasa terhadap Dolar AS
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Nilai rupiah dibuka menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan awal pekan atau Senin (26/4/2021) pagi. Rupiah dibuka menguat 22 poin terhadap dolar AS ke level Rp14.502.
Melansir Bloomberg, hingga pukul 10.40 WIB, rupiah terus menguat hingga 47 poin atau 0,32 persen ke level Rp14.478 per dolar AS pada pagi ini. Sementara, pada perdagangan sebelumnya atau Jumat pekan lalu, mata uang Garuda ditutup melemah ke level Rp14.525.
Baca Juga: 6 Masa Krisis Terparah Sepanjang Sejarah Dunia, Uang Pun Gak Berarti
1. Penguatan rupiah mengekor sentimen penguatan mata uang regional
Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra menyatakan penguatan rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini disebabkan adanya sentimen penguatan mata uang regional terhadap dolar AS.
Adapun penguatan nilai tukar regional tersebut dipengaruhi oleh ekspektasi positif pasar terhadap pemulihan ekonomi global.
Hal itu ditunjukkan oleh data ekonomi yang juga turut positif.
"Pekan lalu data purchasing managers index (PMI) sektor manufaktur dan jasa kawasan Eropa dirilis lebih bagus dari ekspektasi. Data tenaga kerja AS dan Inggris juga terlihat membaik. Sebelumnya China menunjukkan pertumbuhan PDB kuartal 1 yang sangat tinggi sekitar 18 persen," ujar Ariston, dalam keterangan tertulisnya kepada IDN Times, Senin (26/4/2021).
Baca Juga: Selain RA Kartini, Ini Pahlawan Perempuan Pernah Ada di Uang Rupiah
2. Data ekonomi dalam negeri membantu penguatan rupiah terhadap dolar AS
Selain sentimen penguatan mata uang regional terhadap dolar AS, data ekonomi positif Indonesia juga turut menguatkan rupiah terhadap dolar AS hari ini.
"Data ekonomi Indonesia sendiri juga menunjukan perbaikan seperti data PMI manufaktur yang bertumbuh dan data neraca perdagangan yang surplus," imbuh Ariston.
3. Lonjakan kasus harian baru COVID-19 melemahkan dolar AS
Di sisi lain, sambung Ariston, naiknya kasus harian baru COVID-19 global memunculkan kekhawatiran pelaku pasar.
"Hal itu membuat penguatan nilai tukar terhadap dolar AS menjadi tertahan," tambahnya.
Ariston menambahkan, tertahannya penguatan dolar AS juga disebabkan oleh musim dividen di Indonesia lantaran adanya kebutuhan dolar AS untuk pembiayaan dividen yang mulai meningkat.
Baca Juga: Astra International Bagi-Bagi Dividen Sampai Triliunan Rupiah