Harga Tiket Turun, Garuda Indonesia Bakal Rugi 3 Juta Dolar AS

- Garuda Indonesia kehilangan pendapatan sekitar 3 juta dolar AS akibat penurunan harga tiket pesawat selama 16 hari periode Natal dan Tahun Baru.
- Penurunan harga tiket pesawat domestik membuat maskapai merasa senang, namun banyak komponen dalam harga tiket yang didiskon membuat maskapai rugi.
- Alvin meyakini bahwa maskapai, termasuk Garuda Indonesia, tidak akan bisa mempertahankan profitabilitasnya ketika harga tiket pesawat domestik turun hingga 10 persen.
Jakarta, IDN Times - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) disebut-sebut bakalan kehilangan jutaan dolar Amerika Serikat (AS) imbas kebijakan penurunan harga tiket pesawat domestik selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025.
Hal itu disampaikan oleh Pengamat Penerbangan, Alvin Lie kepada IDN Times saat menanggapi kebijakan yang berlaku mulai 19 Desember 2024 hingga 3 Januari 2025 tersebut.
"Sebagai contoh saja Garuda. Saya mendapatkan informasi dari Garuda, selama 16 hari dipaksa harga tiket turun ini, Garuda akan kehilangan revenue atau pendapatan sekitar 3 juta dolar AS. Itu banyak ya, 16 hari itu akan kehilangan 3 juta dolar. Kita lihat saja nanti kinerja keuangan Garuda pada Q4 2024 dan Q1 2025 nanti seperti apa," tutur Alvin, dikutip Selasa (3/12/2024).
1. Maskapai tidak senang dengan penurunan harga tiket pesawat

Selain itu, Alvin meyakini penurunan harga tiket pesawat rute domestik akan membuat maskapai merasa senang. Hal itu disebabkan banyak komponen dalam harga tiket pesawat yang didiskon dan membuat maskapai rugi.
Pemerintah menurunkan harga tiket pesawat domestik sebesar 10 persen selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025 mulai 19 Desember 2023 hingga 3 Januari 2024. Harga tiket pesawat yang turun tersebut bisa terjadi dengan memotong tarif fuel surcharge, tarif Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U) atau Passenger Service Charge (PSC), dan Pelayanan Jasa Pendaratan, Penempatan, Penyimpanan Pesawat Udara (PJP4U) serta diskon avtur.
Alvin mencontohkan, diskon harga avtur tidak akan berkontribusi tinggi bagi pengeluaran maskapai. Avtur sendiri berkontribusi terhadap 40 persen harga tiket pesawat dan diskon Pertamina yang kemungkinan mentok di 5 persen hanya berkontribusi terhadap dua persen pengeluaran maskapai.
"Saya tidak yakin ini akan membuat airline happy, pendapatannya turun, fuel surcharge turun dari 10 persen menjadi 2 persen itu turun 8 persen, sedangkan untuk biayanya, biaya operasi dari avtur itu hanya turun 2 persen. Jadi, airline ini masih tekor sekitar 6 persen," tutur Alvin.
2. Maskapai tidak bisa mempertahanan profitabilitasnya

Oleh sebab itu, Alvin merasa bahwa maskapai bukan hanya Garuda Indonesia tidak akan bisa mempertahankan profitabilitasnya ketika harga tiket pesawat domestik turun hingga 10 persen.
"Apakah maskapai mampu mempertahankan profitabilitas jika harga tiket turun 10 persen? Tidak. Ingat, pendapatan airline ini turun dari fuel surcharge-nya turun. Kemudian memang ada diskon avtur dan avter itu memang komponen biaya yang cukup besar," kata Alvin.
3. Garuda Indonesia dukung penurunan harga tiket pesawat

Meski begitu, Garuda Indonesia sebagai maskapai pelat merah mengaku siap mengimplementasikan kebijakan penurunan harga tiket penerbangan rute domestik pada periode Nataru 2024/2025.
"Kami memahami kebutuhan masyarakat akan layanan transportasi udara dengan harga terjangkau, utamanya di tengah persiapan jelang libur Natal dan Tahun Baru nanti. Oleh karena itu, hingga saat ini upaya koordinasi intensif terus diperkuat bersama seluruh pemangku kepentingan," tutur Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani Panjaitan dalam pernyataan resmi yang diterima IDN Times, Kamis (28/11/2024).
Dia mengatakan akan membahas lebih lanjut petunjuk pelaksanaan kebijakan penurunan harga tiket untuk memastikan kelancaran implementasi teknis di lapangan.