Indonesia Digugat ke WTO, Bahlil: Eropa Gak Mau Kita Maju
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia menyebutkan bahwa negara-negara maju di dunia tidak ingin Indonesia menjadi negara maju.
Hal itu dikatakannya merujuk pada upaya Uni Eropa yang menggugat Indonesia di World Trade Organization (WTO). Gugatan itu sendiri berkaitan dengan keputusan Indonesia yang tidak lagi melakukan ekspor nikel secara mentah.
Gugatan Uni Eropa ke WTO terhadap Indonesia terjadi sejak 2019 lalu dan Indonesia diputuskan kalah lantaran dianggap belum memiliki industri hilirisasi yang matang.
"Kita dibawa ke WTO dan kita kalah karena Eropa ini gak mau Indonesia maju," ucap Bahlil dalam kuliah umum di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Selasa (29/8/2023).
Baca Juga: Digugat WTO, Jokowi: Kita Tidak Akan Berhenti, Hilirisasi Jalan Terus!
1. Indonesia tidak mundur
Atas hal tersebut, Bahlil kemudian mendapatkan arahan dari Presiden Joko "Jokowi" Widodo untuk terus berjuang agar menang atas gugatan Uni Eropa di WTO.
"Kata Pak Presiden Jokowi, Mas Bahlil, negara ini sudah merdeka, negara ini berdaulat, kemerdekaan yang kita dapatkan bukan atas dasar pemberian seperti negara lain, tetapi atas perjuangan dan pengorbanan karena itu lawan, gak boleh sedikitpun mundur dari gugatan Uni Eropa," tutur Bahlil.
Oleh karena itu, Bahlil diberikan tugas oleh Jokowi untuk melakukan banding atas gugatan Uni Eropa ke WTO tersebut.
Baca Juga: Kalah Gugatan di WTO, Menteri Investasi: Indonesia Tidak Akan Gentar
2. Indonesia kaya akan cadangan nikel
Keputusan Indonesia tidak lagi mengekspor nikel mentah adalah karena banyaknya negara yang kini mendorong penggunaan energi hijau. Salah satunya adalah melalui penggunaan kendaraan listrik.
Berkaitan dengan hal tersebut, Indonesia menjadi salah satu pemain besar dalam industri energi hijau lantaran memiliki cadangan nikel terbesar di dunia.
"Nikel salah satu komoditas yang hari ini strategis karena orang ke depan akan memakai green energy. Ke depan, semua dunia akan memakai mobil listrik termasuk Indonesia dan mobil listrik itu komponennya 40 persen adalah baterai dan 60 persen rangkanya. Baterai cell-nya itu komponennya adalah nikel, mangan, kobalt, dan lithium. Indonesia punya cadangan nikel 25 persen dunia," tutur Bahlil.
3. Jokowi tak takut dengan gugatan Uni Eropa
Sebelumnya, Jokowi memaklumi jika ada negara lain yang menggugat Indonesia karena itu merupakan bagian dari hak mereka. Jokowi sadar kebijakan Indonesia menyetop ekspor nikel bakal membuat negara-negara tersebut terganggu.
"Setelah saya cek kenapa sih Uni Eropa ini menggugat? Ya benar karena industrinya ternyata banyak di sana, kalau dikerjain di sini (di Indonesia) artinya di sana akan ada pengangguran, di sana akan ada pabrik yang tutup, di sana akan ada industri yang tutup," tuturnya.
Namun, kata Jokowi, bagaimana pun Indonesia juga punya keinginan untuk menjadi negara maju, dan membuka lapangan kerja lebih banyak lagi.
"Kalau kita digugat saja kita takut, mundur, gak jadi, ya gak akan kita menjadi negara maju. Terus! saya sampaikan kepada Menteri, terus! 'pak ini apakah?' terus! tidak boleh berhenti, tidak hanya berhenti di nikel tapi terus yang lain," ucap dia.
Baca Juga: Lanjut Larang Ekspor Minerba, Jokowi Gak Takut Kena Gugat di WTO