Industri Diminta Naikkan Suhu Makanan Beku ke -15 Derajat Celcius

Kenaikan suhu dapat mengurangi karbon setara 3,8 juta mobil

Jakarta, IDN Times - Sebuah penelitian baru-baru ini menemukan fakta bahwa menaikkan suhu makanan beku sebanyak 3 derajat bisa menghemat emisi karbon setara 3,8 juta mobil per tahun.

Kebanyakan makanan beku saat ini dipindahkan dan disimpan pada suhu -18 derajat celcius. Itu merupakan standar yang sudah ditetapkan sejak 93 tahun lalu dan tidak pernah berubah sekalipun sampai sekarang.

Penelitian yang didukung oleh perusahaan logistik global sekaligus mitra utama COP28, DP World tersebut juga menyatakan bahwa perubahan suhu ke -15 derajat celcius dapat menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan tanpa mengorbankan keamanan atau kualitas pangan.

1. Gerakan Join the Move to -15°C

Industri Diminta Naikkan Suhu Makanan Beku ke -15 Derajat Celciusilustrasi produk makanan beku di supermarket (pixabay.com/ElasticComputeFarm)

Oleh karena itu, DP World kemudian mengajak industri terkait untuk ikut berkoalisi dalam gerakan Join the Move to -15°C.

Koalisi ini bertujuan untuk mendefinisikan kembali standar suhu makanan beku untuk mengurangi gas rumah kaca, menurunkan biaya rantai pasokan, dan mengamankan sumber daya pangan bagi populasi dunia yang terus bertambah.

Adapun koalisi tersebut telah diikuti oleh sejumlah pemain besar dalam industri logistik global seperti AJC Group, A.P. Moller-Maersk, Daikin, Global Cold Chain Alliance, Kuehne+Nagel International, Lineage, Mediterranean Shipping Company (MSC), dan Ocean Network Express (ONE).

"Standar makanan beku belum diperbarui selama hampir satu abad dan itu sudah terlalu terlambat untuk direvisi. Peningkatan suhu yang kecil dapat memberikan manfaat yang besar, Namun, betapapun besarnya komitmen masing-masing organisasi, industri hanya dapat mengubah apa yang mungkin terjadi jika bekerja bersama," kata Group Chief Sustainability Officer di DP World, Maha AlQattan dalam pernyataannya, dikutip IDN Times Jumat (1/12/2023).

Baca Juga: Bursa Karbon Resmi Meluncur Hari Ini, Apa Kabar Pajak Karbon?

2. Mewujudkan target nol karbon pada 2050

Industri Diminta Naikkan Suhu Makanan Beku ke -15 Derajat Celciusilustrasi nol emisi karbon. (airlines.iata.org)

AlQattan menambahkan, melalui penelitian dan koalisi yang baru kami bentuk, DP World bertujuan untuk mendukung kolaborasi di seluruh industri guna menemukan cara yang tepat untuk mencapai ambisi net zero di sektor cold chain logistics atau logistik rantai dingin pada 2050.

"Peralihan ke suhu -15°C akan menyatukan industri untuk mengeksplorasi standar baru yang lebih ramah lingkungan guna membantu dekarbonisasi sektor ini dalam skala global. Melalui penelitian ini, kita dapat melihat bagaimana kita dapat menerapkan teknologi penyimpanan yang dapat diakses di semua pasar untuk membekukan makanan pada suhu yang berkelanjutan, sekaligus mengurangi kelangkaan pangan bagi masyarakat rentan dan maju," tutur dia.

Di sisi lain, para ahli dari Institut Pendingin Internasional yang berbasis di Paris, Universitas Birmingham, dan Universitas South Bank London, menemukan bahwa perubahan kecil itu dapat menghemat 17,7 juta metrik ton karbon dioksida per tahun, setara dengan emisi tahunan 3,8 juta mobil setiap tahunnya.

Kemudian bisa menciptakan penghematan energi sekitar 25 terawatt per jam atau setara dengan 8,63 persen konsumsi energi tahunan di Inggris. Berikutnya mampu engurangi biaya rantai pasokan setidaknya sebesar 5 persen dan di beberapa area hingga 12 persen.

Baca Juga: Pemerintah Ajak Investor Garap Hutan Gundul Buat Masuk Pasar Karbon

3. Membangun ketahanan dan memastikan masa depan keamanan pangan

Industri Diminta Naikkan Suhu Makanan Beku ke -15 Derajat Celciusilustrasi sayuran di pasar (IDN Times/Sunariyah)

Setiap tahunnya, ratusan juta ton makanan mulai dari bluberi
hingga brokoli diangkut ke seluruh dunia.

Meskipun membekukan makanan dapat memperpanjang umur penyimpanan, tetapi hal tersebut juga menimbulkan kerugian lingkungan yang signifikan. Penyebabnya adalah karena dibutuhkan 2-3 persen lebih banyak energi untuk setiap derajat di bawah nol suhu penyimpanan makanan.

Industri logistik pun berupaya melakukan dekarbonisasi dan di saat bersamaan juga menghadapi kenaikan tagihan energi.

Namun, permintaan terhadap makanan beku semakin meningkat seiring dengan berkembangnya selera makan di negara-negara berkembang. Sejalan dengan itu, konsumen yang sadar akan harga mencari makanan bergizi dan lezat dengan harga lebih terjangkau.

Pada saat bersamaan, para ahli memperkirakan bahwa 12 persen makanan yang diproduksi setiap tahun terbuang karena kurangnya logistik berpendingin dan beku. Industri logistik rantai dingin pun menyoroti kebutuhan signifikan akan kapasitas yang lebih besar.

Di sisi lain, studi DP World juga menunjukkan bahwa 1,3 miliar ton makanan yang dapat dimakan dibuang setiap tahun. Hal tersebut sepertiga dari produksi pangan global untuk konsumsi manusia.

Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), saat ini lebih dari 820 juta orang mengalami kelaparan dan 2 miliar atau sekitar seperempat populasi dunia menderita kerawanan pangan.

4. Peran logistik rantai dingin

Industri Diminta Naikkan Suhu Makanan Beku ke -15 Derajat Celciuspexels.com/Frans Van Heerden

Maka dari itu, Profesor Toby Peters dari Universitas Birmingham dan Universitas Heriot-Watt sekaligus Direktur Pusat Pendinginan Berkelanjutan mengatakan bahwa rantai dingin adalah infrastruktur penting bagi masyarakat dan perekonomian.

"Infrastruktur rantai dingin dan kurangnya infrastruktur mempunyai implikasi terhadap perubahan iklim global dan lingkungan hidup," kata Peters.

Peristiwa yang disebabkan oleh perubahan iklim seperti kekeringan, banjir, dan gelombang panas dapat mengurangi hasil panen serta membahayakan kesehatan dan produktivitas ternak.

Namun, membekukan makanan dapat melindungi sumber makanan dan nilai gizinya selama berbulan-bulan di tengah krisis tersebut.

Joint the Move to -15°C menjadi inisiatif untuk menciptakan transisi yang adil, menerapkan teknologi penyimpanan yang dapat diakses secara global untuk membekukan makanan pada suhu yang berkelanjutan guna mengurangi kelangkaan pangan bagi komunitas rentan dan maju.

Peters mengatakan, PBB memperkirakan jumlah penduduk akan mencapai 9,7 miliar pada 2050. Untuk menjamin aksesibilitas pangan, perlu adanya penutupan kesenjangan 56 persen dalam pasokan pangan global antara apa yang diproduksi pada tahun 2010 dan apa yang dibutuhkan pada tahun 2050.

"Memotong emisi rantai dingin dan mengubah cara makanan disimpan dan dipindahkan dengan aman saat ini membantu memastikan kita dapat terus memberikan makanan secara berkelanjutan kepada masyarakat di seluruh dunia seiring meningkatnya populasi dan suhu global, serta melindungi sumber makanan bergizi untuk tahun-tahun mendatang," papar Peters.

“Berdasarkan penelitian ini, koalisi DP World juga dapat menjadi alat utama untuk mengatasi tantangan pangan saat ini, dengan menyediakan persediaan makanan berkualitas yang stabil bagi 820 juta orang yang kelaparan di seluruh dunia dan keamanan bagi 2 miliar lainnya yang berjuang melawan kelangkaan pangan," sambung dia.

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya