Investasi Negara Timur Tengah di RI Kalah dari Asia

Investasi dari Timteng cenderung kecil di RI

Intinya Sih...

  • Investasi langsung negara-negara Timur Tengah di Indonesia masih kecil, hanya UEA yang memiliki investasi terbesar hingga 2023.
  • Negara-negara Timur Tengah kalah dalam investasi langsung dibanding Asia Timur dan Asia Tenggara, seperti Jepang, Korea, China, Malaysia, dan Singapura.
  • Investor Timur Tengah cenderung ingin investasi pada proyek-proyek yang sudah berjalan (brownfield) daripada proyek baru (greenfield), namun Kementerian Investasi/BKPM memberikan fasilitas untuk menarik investor luar negeri.

Jakarta, IDN Times - Investasi langsung negara-negara Timur Tengah di Indonesia saat ini masih belum besar. Hanya Uni Emirat Arab (UEA) yang bisa dibilang menjadi negara Timur Tengah dengan investasi langsung terbesar di Indonesia hingga 2023 kemarin.

Staf Khusus Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) Bidang Peningkatan Pengusaha Nasional, Pradana Indraputra menyebutkan, nilai investasi UEA di Indonesia pada tahun lalu cuma 70 juta dolar AS atau setara Rp1,12 triliun (kurs Rp16.036).

"Sepanjang tahun 2023 itu kurang lebih 70 juta dolar AS investasi Uni Emirat Arab di Indonesia. Dibandingkan negara Timur Tengah lainnya, untuk investasi langsung, dia bisa 5 kali lipat lebih besar," ucap Pradana kepada awak media, di Jakarta, Senin (6/5/2024).

Baca Juga: Nilai Perdagangan UEA-RI Ditargetkan Tembus 10 Miliar Dolar AS

1. Investasi negara-negara Timur Tengah kalah dari negara Asia

Investasi Negara Timur Tengah di RI Kalah dari Asiailustrasi Uni Emirat Arab (unsplash.com/Aldo Loya)

Pradana menambahkan, negara-negara Timur Tengah masih kalah dari negara-negara di Asia Timur dan Asia Tenggara dalam hal investasi langsung.

"Jadi kita perlu ketahui bersama negara-negara Timur Tengah ini dalam konteks investasi langsung masih kalah dari negara-negara Asia Timur, contoh misalnya dengan Jepang, Korea, China, atau bahkan negara-negara tetangga kini seperti Malaysia atau Singapura," kata dia.

2. Alasan investor UEA tidak terlalu jor-joran investasi di RI

Investasi Negara Timur Tengah di RI Kalah dari Asiailustrasi investasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Dalam kesempatan tersebut, Pradana juga turut mengungkapkan alasan mengapa para investor Timur Tengah cenderung tidak ingin jor-joran dalam berinvestasi di Indonesia. Menurut dia, karakteristik investor Timur Tengah hanya ingin investasi pada proyek-proyek sudah berjalan atau dengan kata lain sudah dalam tahap brownfield.

"Jadi ternyata, tipikal investor-investor dari Middle Eastern Countries, mereka itu rata-rata pengennya yang brownfield. Jadi tidak mau yang greenfield, tidak mau yang dari nol rata-rata. Pengennya itu akuisisi misalnya atau masuk ke pasar keuangan. Nah ini yang kita coba rayu mereka untuk mau tap in kepada pasar-pasar yang memang greenfield" ujar Pradana.

Baca Juga: Pemerintah Harap Dubai Bisa Jadi Investor Pionir dari Timteng di RI

3. Upaya pemerintah tarik lebih banyak investasi UEA di Indonesia

Investasi Negara Timur Tengah di RI Kalah dari Asiailustrasi pajak dan retribusi (IDN Times/Aditya Pratama)

Kendati begitu, Kementerian Investasi/BKPM tidak tinggal diam akan hal tersebut. Pradana mengarakan, pihaknya memberikan banyak fasilitas untuk bisa menarik inevstor luar negeri, termasuk dari UEA.

"Kita memberikan beberapa fasilitas salah satunya seperti impor tax duties misalnya gitu ya. Jadi itu Masterlist sifatnya atau misalnya dia bebas PPh. Tax allowance, tax holiday itu masih menjadi senjata kami untuk menarik investor dari luar salah satunya Dubai/UEA," ucap Pradana.

Baca Juga: Bahlil Sebut UEA Berencana Bangun Solar Panel di IKN

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya