Kasus COVID-19 Menggila, Rupiah Ditutup Melemah Lawan Dolar AS
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah masih belum bisa melawan keperkasaan dolar Amerika Serikat. Kurs rupiah kembali ditutup melemah terhadap dolar AS pada penutupan perdagangan akhir pekan, Jumat (18/6/2021).
Dengan demikian, kurs rupiah melemah sepanjang minggu ini lantaran tidak sanggup melawan keperkasaan dolar AS.
Mengutip Bloomberg, mata uang Garuda ditutup melemah 20 poin atau 0,14 persen pada level Rp14.375 per dolar AS, dibandingkan penutupan pada hari sebelumnya, Kamis (17/6/2021) yang berada di level Rp14.355.
Kurs rupiah sendiri dibuka melemah tipis pada perdagangan Jumat pagi, yakni pada level Rp14.375 per dolar AS.
Baca Juga: Akhir Pekan, Rupiah Masih Tunduk terhadap Dolar AS
1. Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah BI
Sementara itu, berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) pada Jumat (18/6/2021), nilai tukar rupiah tercatat sebesar Rp14.403 per dolar AS.
Angka ini lebih tinggi dari kurs rupiah pada Kamis (17/6/2021) yang ada di level Rp14.2378 per dolar AS.
Sebelumnya pada penutupan perdagangan Kamis (17/6/2021) sore, kurs rupiah ditutup melemah 118 poin atau 0,83 persen pada level Rp14.355 per dolar AS.
Baca Juga: Rupiah Terus Keok terhadap Dolar AS selama 4 Hari Beruntun
2. Penguatan dolar AS imbas dari rumor The Fed yang bakal mempercepat kenaikan tingkat suku bunga acuan
Penguatan dolar AS sejak pembukaan hingga penutupan perdagangan telah diprediksi oleh pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra.
Keperkasaan dolar AS tidak hanya kepada rupiah, melainkan mata uang negara lainnya sebagai imbas dari isu-isu yang berputar di sekitar The Fed.
"Isu the Fed yang bakal mempercepat kenaikan tingkat suku bunga acuan masih mendorong penguatan dollar AS dan menekan nilai tukar lainnya," ungkap Ariston kepada IDN Times, Jumat pagi.
3. Lonjakan kasus COVID-19 sebabkan tekanan terhadap rupiah
Sementara itu, tekanan terhadap rupiah juga disebabkan oleh faktor yang terjadi di dalam negeri.
Lonjakan kasus COVID-19 secara langsung menekan rupiah pada level lebih dalam setiap harinya.
"Sementara dari dalam negri, isu kenaikan kasus COVID-19 yang menaikkan tingkat okupansi rumah sakit ke keadaan yang mengkhawatirkan juga masih menjadi isu penekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," katanya.
Baca Juga: [BREAKING] Naik Lagi, Kasus COVID-19 Bertambah Nyaris 13 Ribu Sehari!