Perjalanan Karier Sarah Nathan, Bos QR Payment DANA

Ngobrol bareng Sarah Nathan soal payment pakai QR DANA

Jakarta, IDN Times - Pada 17 Agustus 2023, QRIS resmi berulang tahun yang ke-4. Sejak di luncurkan oleh Bank Indonesia pada 2019 lalu hingga kini di usianya yang keempat, QRIS telah menjadi salah satu alat pembayaran digital yang populer di Indonesia.

Berbagai manfaat seperti kemudahan, kepraktisan dan kecepatan melakukan pembayaran membuat sistem seperti QR payment begitu digemari masyarakat secara luas.

Tak heran jika kemudian Juniper Research menyebutkan pengguna QR payment akan mencapai 2,2 miliar secara global pada tahun 2025, mewakili 29 persen penggunaan ponsel global pada tahun yang sama.

Di sisi lain, QR payment lewat QRIS juga muncul sebagai solusi yang sangat hemat biaya untuk pembayaran digital serta mendukung kemajuan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Perkembangan masa depan QR payment itu kemudian jadi alasan seorang Sarah Nathan menerima tantangan untuk menjadi Head of QR Payment DANA pada 2022 silam. Lantas, bagaimana seluk beluk QR Payment DANA dalam ekosistem teknologi finansial di Indonesia saat ini? Yuk, simak wawancara khususnya berikut ini.

Baca Juga: 2 Cara Bayar Shopee Pakai DANA, Mudah dan Antiribet

1. Ada cerita apa di balik bergabungnya Sarah Nathan ke DANA?

Dulu, I used to own my own digital startup publication, local media, and independent yang namanya HeloBali Media sama Jakarta Java Kini (JJK), grupnya IMM, Indonesia MultiMedia. Nah, jadi waktu perusahaan ini butuh funding, i manage to acquired waktu tahun 2016. Tapi the only media yang saya ambil itu JJK dan HeloBali aja.

Since then, saya kembanginlah media local independent ini yang berbasis di Jakarta sama Bali, tapi unfortunately Jakarta gak jalan ya karena juga kompetisi di sana bersama big media dan HeloBali akhirnya kolaps gara-gara terjadinya COVID-19 dan dia kan media yang very niece di travel dan lifestyle entertainment doang kan.

Jadi, oleh karena itu setelah 5-6 tahun merintis di digital startup publication business ini, i manage untuk berjuang ya namanya kita dapat kegagalan, kita harus bangkit lagi, cari mata pencaharian di mana lagi dan akhirnya saya memilih di dunia fintech karena kalau waktu itu kita lihat yang namanya Gojek, mereka sudah IPO cukup lama, terus Tokopedia juga udah.

Nah sebenarnya kita tuh mau masuk ke perusahaan yang sudah unicorn, tapi juga sama-sama besar bersama gitu loh. Makanya waktu itu, DANA is the right company untuk mulai step-in lah dan sekarang kalau misalnya kita tahu QRIS itu kan baru mulai tahun 2019 ya. Makanya itu mau mulai masuk at the right time and at the right place.

Makanya ditunjuk untuk membesarkan business unit buat offline QR Payment ini, bersyukur juga mendapatkan opportunity ini karena kita balik ke Jakarta, bekerja di DANA Indonesia. Itulah background saya, dari pengusaha sekarang bekerja di company, di DANA.

Ya jadi begitu, the journey and the process behind that it was very tough juga kan ya karena kita misalnya anggap aja mendirikan suatu bisnis ini kayak punya anak sendiri kan ya dan maksudnya bukan kita aja yang kehilangan, tapi seluruh dunia mengalami hal yang sama. Ada yang utang sana sini, bisnisnya kolaps. Sedih ya sedih tapi that's part of life.

2. Kenapa menerima tawaran menjadi Head of QR Payment DANA?

Perjalanan Karier Sarah Nathan, Bos QR Payment DANAIlustrasi penggunaan QRIS lewat aplikasi DANA (dok. DANA Indonesia)

Awalnya, karena faktor QR yang diprediksikan BI bakal meroket dan berkembang pesat. Dari sini aku melihat potensi besar yang dimiliki DANA untuk berkompetisi di masa depan bersama dompet digital lain yang sudah lebih berkembang di Indonesia

Jadi aku mau menjadi bagian yang membesarkan karena kalau misalnya aku masuk ke GoPay atau ShopeePay pemain-pemain senior lain sudah ada jauh lebih baik jadi kayak role-nya aku di sana apa?

Nah jadi aku diberikan opportunity yang benar-benar awalnya belum ada sekarang QR sudah ada ya ini sesuatu validasi diri juga buat aku. Kayak aku bisa kok yang namanya orang gagal bisa kok bangkit. Gak bisa terus kasihanin diri terus, jadi dengan fokus opportunity ini menantang diriku.

Baca Juga: Aplikasi DANA Fokus Green Payment, Godok Fitur soal Karbon

3. Apakah DANA karier pertama di corporate?

Perjalanan Karier Sarah Nathan, Bos QR Payment DANAHead of QR Payment DANA, Sarah Nathan (dok. Sarah Nathan)

Jadi i started sebenarnya di CitiBank. I actually grew up di Australia for 13 tahun. Jadi mulai dari SMP, masuk asrama SMA masuk asrama lagi terus kuliah kerja satu tahun di CitiBank Australia, di Sydney.

Nah, terus balik for good karena rencananya memang ingin balik ke tanah air bersatu sama mama papa akhirnya apply management trainee di CitiBank Jakarta kan dulu kantornya masih di Plaza Bapindo. Kemudian dulu karena saya memiliki cultural intervention, sosok yang besar di luar, tapi susah berbahasa Indonesia, culture shock lah. 

Jadi ternyata CitiBank di luar negeri dan di sini berbeda ya. Kita tahu lah kultur perbankan di negara kita kayak gimana sampai akhirnya kalau management trainee itu kan ada kontrak di situ 3 tahun kan, kalau misal kita keluar kita kena penalti dan memang benar karena ternyata gak sampai 5 bulan kita gak kuat sama shock-nya.

Jadi keluar waktu itu mengalami masalah yang kayak nih mau kerja apa ya karena aku selalu melihat ke ibuku yang memang orang perbankan. Pengen banget rasanya seperti dia lah tapi sebenarnya i know deep down my passion is not there. I am a very people person, i really like to see the lifestyle and media industry, whereas kalau kerja perbankan korporat ya kita tahu kayak gimana lah ya.

Makanya dapat waktu salah satu my mom’s subsidiaries company kan dia bisa kan nyariin kalau misalnya broker, dia perlu investor tapi orang yang punya ide tidak punya uangnya nah kebetulan waktu itu IMM lagi mencari fund, fundraising maka langsung dibilang sebenarnya anak ibu ini suka sekali kayak dunia entertainment media jadi anggaplah ini kayak kamu belajar dan kamu jangan galau yang kayak kejadian di luar negeri, gak bisa beradaptasi kan. 

Nah ternyata yang rencananya cuma pengen 1 tahun, 8 bulan kayak belajar mendirikan bisnis jadi jatuh cinta, jatuh cinta akhirnya terlanjur benar-benar mau full akuisisi dan kita besarkan sampai akhirnya 5-6 tahun gak berasa, ya begitulah serunya media. 

4. Apakah ada culture shock pindah dari media ke fintech?

Perjalanan Karier Sarah Nathan, Bos QR Payment DANADANA Indonesia (dana.id)

Nah sekarang dunianya beda lagi dari media ke fintech. So, kalau dibilang culture shock gak, tapi lebih kayak penyembuhan diri ya karena itu kan masuk masa-masa aku kehilangan semuanya yang di genggaman tanganku.

Ya gimana ya karena kamu mendirikan sesuatu terus tiba-tiba hilang dalam sekejap dan terus kita masuk harus penyesuaian kayak sekarang kita punya bos yang kita report sekarang. Ini bukan perusahaan kamu yang kamu bisa semena-mena. Kamu harus belajar, kamu harus bisa mengontrol diri, cara kamu turunkan kamu punya ego itu gimana.

Nah itu i think gak cuma aku aja sih sebenarnya, semua manusia pasti mengalami cara nurunin ego itu bagaimana, menerima sesuatu yang kita sebenarnya gak mau terima itu gimana dan itu gak mudah. Sebenarnya semua manusia paling susah mendapatkan jati diri.

Ya aku percaya sih dalam hidup kita itu selalu ditemukan sama situasi. Kayak aku sekarang ini lagi ketemu satu situasi, nanti dibentuk lagi sama situasi. Nah, jadi maybe aku merasa bersyukur sekali mendapatkan situasi, the cycle of life, yang bikin bersyukur di situ yang membentuk aku sekarang.

Aku justru gak percaya kalau ada orang bilang it's all about self made, no. I honestly believe it's all about people that you met, it's collective effort gitu loh. Gak ada yang namanya kamu hidup itu self made. No, it's collective effort.

5. Bagaimana pertumbuhan QR Payment di DANA sejak 2022 sampai sekarang?

Perjalanan Karier Sarah Nathan, Bos QR Payment DANAilustrasi QRIS (qris.id)

Ya saya kan gabung DANA itu 2022 dan sebelum saya join sama DANA memang QR ini belum ada rencana mau dibesarkan oleh perusahaan dan juga QRIS nasional kan juga baru diwajibkan per 2019 oleh pemerintah. Jadi kayak yaudahlah let it be.

Tapi sekarang begitu aku gabung, CEO dan COO DANA bilang offline QR payment ini bakal mendominasi digital payment di Indonesia. Kemarin kalau gak salah dibilang juga di KTT ASEAN kalau Indonesia ini negara paling cepat maju di digital transformation.

Nah makanya selama setahun ini saya join DANA itu lebih banyak restructure categorization-nya misalnya kayak F&B, non F&B, retail, special offline account, ya ini istilahnya memperbaiki dapur dulu. Nah terus kita memperbaiki kita punya target market. Sebenarnya itu yang cocok yang masuk pembayaran DANA offline QR Payment itu siapa dan kita juga me-retain existing merchant contohnya FamilyMart yang kita punya merchant terbesar.

Jumlah merchant kita sendiri sekarang sudah 182 ribu. Kita juga punya yang namanya Key Account contohnya FamilyMart itu tadi dan ada Alfamart. Alfamart ini juga baru boarding sama kita. Kita juga kerja sama juga dengan YouTap. Jadi sekarang kita gak direct acquire, tapi kerja sama dengan agregator-agregator seperti YouTap. It's an interesting ecosystem offline payment ini ya.

Kita juga ada rencana yang belum dipublikasikan. Ke depan kita mau bikin yang namanya NFC, NFC Payment. Kalau kamu aware di luar negeri itu orang-orang bayar tinggal tap HP, pakai ApplePay dan PayNow.

Di sisi lain, keunggulan DANA dibandingkan other payment itu kita memiliki fitur namanya Cross QRIS border payment. Jadi QR kita memiliki kapabilitas misalnya pengguna punya DANA Account terus belanja di Bangkok itu bisa dipakai, tinggal bayar aja. Gak perlu lagi pakai cash atau kartu kredit, sudah ada auto currency exchange rate sendiri dan kita baru open di Thailand terus di Malaysia dan soon Singapura rencananya di kuartal-IV.

6. Bagaimana integrasi DANA dengan aplikasi lain?

Perjalanan Karier Sarah Nathan, Bos QR Payment DANAIDN Times/Helmi Shemi

Kalau ngomong DANA secara overall kan ada bill payment, money transfer, pulsa dan segala macam. Intinya 360 ekosistem. Nah bagaimana dengan integrasi? Mungkin maksudnya dengan e-commerce ya.

Nah, DANA ini ada apa? Sebenarnya salah satu owner shareholders kita juga own sama Lazada. Lazada own us juga beberapa persen. Sekarang yang kita lagi cara bagaimana user Lazada memakai DANA, tapi sekarang teknologi yang masih ada adalah begitu user bayar, user’s journey-nya masih redirected ke DANA app jadi dia keluar dari aplikasi Lazada. Sebenarnya kan inginnya langsung tetap di aplikasi Lazada.

7. Apa strategi untuk mengembangkan QR Payment DANA?

Perjalanan Karier Sarah Nathan, Bos QR Payment DANAIlustrasi QRIS (dok/qris.id)

Kita harus expand kita punya market. Sebelumnya kan kita fokus di FnB aja, tapi sekarang aku mau memperluas ke retail, fashion, dan supermarket besar. Dengan strategi itu tentunya kita bisa increase kita punya acceptance rate dantouch point di mana-mana.

Terus nomor tiga kita juga akan bekerja sama dengan partner-partner besar. Terus juga memberikan pelatihan-pelatihan ke pedagang kaki lima, misal setiap satu atau dua bulan  sekali karena itu akan membantu meningkatkan kita punya active store, active merchant.

Nomor empat ya user incentive dipikirkan lagi, perdebatan antara promo bagaimana cashback ini sustainable karena saya merasa promo ini gak sustainable sih.

Itu adalah strategi jangka pendek yang sedang aku upayakan. Semoga itu bisa mencapai tujuan jangka panjangku, yakni aku mau DANA jadi seluruh touch point di Indonesia di bidang FnB, retail menjadi preferred choice of payment. Dari segi merchant memilih DANA, dari segi user juga memilih DANA. Ya PR-nya banyak sih ya. Kompetisi dari PJPP lain, terus juga kompetisi dengan bank. 

Baca Juga: Cara Daftar DANA Premium biar Bisa Transfer ke Bank

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya