PLN Sah Gandeng ADB, Apa Kabar PLTU Batu Bara?

PLN targetkan dekarbonisasi sebelum 2060

Jakarta, IDN Times - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN resmi mendapatkan dukungan pendanaan dari Asian Development Bank (ADB). Dukungan itu bakal digunakan PLN untuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan melalui PLTU berbahan bakar batu bara guna mewujudkan target pemerintah menuju Carbon Neutral pada 2060 mendatang.

Dukungan finansial tersebut direalisasikan lewat penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini dan Director General Southeast Asia Department ADB, Ramesh Subramaniam di sela rangkaian COP26 Glasgow.

Wakil Menteri I BUMN, Pahala Mansury menyatakan MoU dengan ADB tersebut merupakan langkah agresif PLN guna mewujudkan net zero emission. Hal itu akan menjadi amunisi tambahan bagi PLN guna merealisasikan target tersebut.

"Kami sangat optimistis target dekarbonisasi bisa tercapai dengan adanya kerjasama yang baik antara PLN dan ADB. Ini merupakan langkah yang agresif dalam PLN mencapai net zero emission," ujar Pahala, dalam keterangan resmi yang diterima IDN Times, Selasa (2/11/2021).

Baca Juga: Wah! Prudential-ADB Mau Beli Pabrik Batu Bara Asia lalu Menutupnya

1. Indonesia berperang penting dalam pengelolaan perubahan iklim

PLN Sah Gandeng ADB, Apa Kabar PLTU Batu Bara?Ilustrasi perubahan iklim (Unsplash/Ciprian Morar)

Di sisi lain, Zulkifli Zaini menyatakan, Indonesia memegang peran penting dalam mengelola perubahan iklim. Hal itu tercermin lewat peningkatan emisi Indonesia menjadi di atas empat miliar ton CO2 per tahun pada 2060 melalui skema business as usual (BAU).

Adapun dua sektor yang menjadi penyumbang emisi terbesar adalah transportasi dan kelistrikan.

"Pada 2060, emisi sektor listrik bisa mencapai 0,92 miliar ton CO2 per tahun, dan emisi sektor transportasi bisa mencapai 0,86 miliar ton CO2 per tahun," kata Zulkifli.

Baca Juga: Buka di Jakarta, Bank Investasi Eropa Dukung RI Beralih Energi Hijau

2. PLN berkomitmen dalam dekarbonisasi

PLN Sah Gandeng ADB, Apa Kabar PLTU Batu Bara?ilustrasi karbon (Pixabay/niekverlaan)

Zulkifli menambahkan, Indonesia telah berkomitmen dalam menekan emisi karbon dengan menetapkan target netralitas karbon pada 2060 dan mewujudkan komitmen Nationally Determined Contribution (NDC) pada 2030.

Target tersebut akan tercapai jika sektor kelistrikan dan transportasi melakukan dekarbonisasi. Oleh karena itu PLN menargetkan untuk bisa melakukan dekarbonisasi sebelum tenggat waktu tersebut.

"Misi kami adalah menyediakan listrik yang terjangkau, aman dan bersih. Kami berkomitmen untuk dekarbonisasi," ujar Zulkifli.

Baca Juga: PLN Caplok EMI buat Genjot EBT, Erick Thohir: Jangan Hanya Wacana!

3. Rencana PLN menggunakan energi terbarukan

PLN Sah Gandeng ADB, Apa Kabar PLTU Batu Bara?Energi Baru Terbarukan di Bendungan Jatibarang Semarang_Bendungan Jatibarang_Dhana Kencana (IDN Times/Dhana Kencana)

Oleh karena itu, sambung Zulkifli, PLN telah membuat rencana pengembangan energi ramah lingkungan dengan menambah kapasitas pasokan listrik hampir 21 Gigawatt (GW) berasal dari energi baru terbarukan (EBT) pada 2030.

Sejalan dengan rencana tersebut, PLN akan menghentikan pembangkit listrik berbasis bahan bakar fosil dengan perencanaan yang matang dan komprehensif. "Dalam jangka panjang, kami menargetkan emisi nol bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat," ucap Zulkifli.

4. PLN butuh anggaran lebih dari 500 miliar dolar Amerika Serikat (AS)

PLN Sah Gandeng ADB, Apa Kabar PLTU Batu Bara?Ilustrasi Anggaran. (IDN Times/Aditya Pratama)

Namun, rencana dan target yang telah ditetapkan itu tidak bisa dicapai PLN tanpa bantuan pihak lain. Hal itu dikarenakan PLN mesti berinvestasi lebih dari 500 miliar dolar AS selama 40 tahun ke depan guna mewujudkan target yang telah dibidik tersebut.

Maka dari itu Zulkifli mengatakan pihaknya butuh akses ke pembiayaan hijau, hibah pembangunan, dan dukungan government to government (G2G).

"Kami membutuhkan subsidi atau kompensasi untuk menghindari membebankan biaya tambahan kepada pelanggan. Kami juga membutuhkan dukungan dalam berbagi teknologi dan kemitraan dengan para pemimpin dalam pemanfaatan hidrogen dan penangkapan karbon. Serta dukungan kebijakan untuk mempercepat peralihan kendaraan listrik," kata dia.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya