Ratusan Triliun Potensi Ekonomi Bisa Hilang gegara Krisis Iklim
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati menyampaikan potensi ekonomi yang bisa hilang di Indonesia akibat krisis iklim saat ini. Angka yang disampaikan Sri Mulyani pun tidak main-main karena potensi ekonomi hilang tersebut mencapai lebih dari Rp112,2 triliun.
"Jadi, Kebijakan Pembangunan Berketahanan Iklim (PBI) menyebutkan bahwa potensi ekonomi hilang akibat krisis iklim ini akan mencapai Rp112,2 triliun atau 0,5 persen dari PDB pada 2023," ucap Sri Mulyani saat menyampaikan pidato kunci dalam acara HSBC Summit 2022, di Jakarta, Rabu (14/9/2022).
Baca Juga: Ngeri! Jokowi Ungkap Ancaman Perubahah Iklim pada Ketahanan Pangan
1. Indonesia juga terancam krisis iklim
Potensi ekonomi yang hilang tersebut tak terlepas dari kondisi Indonesia saat ini. Indonesia jadi satu dari sekian banyak negara di dunia yang tidak luput dari ancaman krisis iklim.
Peningkatan emisi gas rumah kaca sebesar 4,3 per tahun dalam kurun 2010 hingga 2018 telah menaikkan rata-rata suhu bumi sebesar 0,03 derajat Celcius tiap tahunnya.
"Imbasnya, tinggi muka air laut di Indonesia mengalami peningkatan rata-rata 0,8 hingga 1,2 centimeter per tahun. Anda bisa melihat itu semua dengan nyata karena banyak kota di Indonesia mulai benar-benar tenggelam," beber Sri Mulyani.
Baca Juga: Krisis Global, Jokowi: Tahun Ini Krisis, Tahun Depan Dunia Gelap
2. Dunia juga bisa kehilangan potensi ekonomi
Editor’s picks
Adapun dalam skala lebih luas, dunia juga terancam kehilangan potensi ekonomi cukup besar akibat krisis iklim yang terjadi saat ini dan di masa mendatang.
Sri Mulyani menyampaikan hal tersebut dengan mengutip penelitian dari salah satu lembaga riset di Swiss.
"Riset terbaru dari Swiss Re Institute pada 2021 memprediksi bahwa dunia bakal kehilangan lebih dari 10 persen dari nilai total ekonominya jika Paris Agreement dan target Net Zero Emission 2050 tidak terwujud," tutur dia.
Baca Juga: 5 Hal yang Ingin Dicapai di COP26 untuk Hadapi Krisis Iklim
3. Efek domino krisis iklim terhadap ekonomi dunia
Lebih khusus lagi Sri Mulyani menjelaskan, tekanan inflasi dapat muncul dari gangguan rantai pasok nasional dan internasional yang disebabkan oleh bermacam peristiwa iklim seperti kekeringan, banjir, badai, dan kenaikan muka air laut.
"Peristiwa ini berpotensi mengakibatkan kerugian finansial yang besar dan memperkecil PDB dunia," kata dia.
Sri Mulyani menambahkan, bencana alam terkait iklim baru-baru ini telah memperkuat argumen bahwa perubahan iklim merupakan masalah global yang kritis.
"Kemudian, meningkatnya frekuensi dan keparahan bencana alam telah menunjukkan potensi atau bahkan gangguan yang nyata dan juga merusak percepatan kemajuan dalam pembangunan ekonomi," ucapnya.