Saham PGEO Turun Terus, Imbas Kebakaran Depo dan Kilang Pertamina?

Saham Pertamina Geothermal Energy telah terkoreksi 25 persen

Jakarta, IDN Times - Saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) atau PGE kembali mengalami koreksi pada penutupan perdagangan Senin (3/4/2023). Saham PGEO kembali menyentuh auto reject bawah (ARB) dengan koreksi 5,76 persen ke level harga Rp655 per lembar.

Hal itu membuat PGEO telah mengalami koreksi lebih 25 persen sejak pertama melantai di bursa beberapa waktu lalu.

Menanggapi hal tersebut, Analis Senior Samuel Sekuritas Indonesia, Muhammad Alfatih mengatakan bahwa banyaknya depo dan kilang milik induk usaha PGEO, Pertamina yang terbakar menjadi sentimen negatif.

Teranyar pada 1 April lalu, kilang Pertamina di Dumai, Riau terbakar dan menimbulkan korban luka sebanyak 9 orang. Padahal belum lama Pertamina menghadapi kebakaran deponya di Plumpang yang memakan korban tewas sebanyak 25 orang Maret lalu.

"Pasar akan mengaitkan dengan kinerja manajemen yang kurang, itu bisa saja terjadi," ujarnya kepada wartawan, Selasa (4/4/2023).

Baca Juga: Raup Dana Segar Rp9 Triliun dari IPO, PGE Bidik Investasi Energi Hijau

1. Kinerja perseroan juga jadi sorotan

Saham PGEO Turun Terus, Imbas Kebakaran Depo dan Kilang Pertamina?Direktur Utama PT Pertamina (Persero),Nicke Widyawati, di Kantor PGE area Lahendong, Tomohon, Sulawesi Utara, Senin (25/4/2022). (Dok. Pertamina)

Bukan hanya itu, pasar atau investor juga turut menyoroti kinerja PGEO, baik dari sisi keuangan maupun operasional.

Alfatih menyampaikan, laporan kinerja keuangan 2022 tidak membukukan salah satu proyek yang bernilai jumbo lantaran tidak menghasilkan.

"Hal itu bukan sesuatu yang positif," kata dia.

2. Investor soroti pengelolaan utang PGE

Saham PGEO Turun Terus, Imbas Kebakaran Depo dan Kilang Pertamina?ilustrasi utang (IDN Times/Arief Rahmat)

Alfatih menambahkan, banyak investor yang juga menaruh perhatian terhadap pengelolaan utang PGE. Anak usaha Pertamina tersebut diketahui memiliki pos utang jangka panjang sebesar 600 juta dolar AS atau sekitar Rp9 triliun yang diubah menjadi utang jangka pendek dan akan segera jatuh tempo.

Tertulis dalam laporan keuangan yang ditandatangani oleh Diretur Utama PGEO, Ahmad Subarkan Yuniarto, total utang PGEO dengan jangka pendek tersebut terdiri atas pinjaman dari beberapa bank.

Bank-bank tersebut di antaranya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar 105 juta dolar AS, MUFG Bank Ltd, Jakarta Branch sebesar 105 juta dolar AS, dan PT Bank UOB Indonesia juga sebesar 105 juta dolar AS.

Lalu berasal dari PT Bank HSBC Indonesia sebesar 82,5 juta dolar AS, Australia and New Zealand Banking Group Limited Singapore Branch 75 juta dolar AS, dan PT Bank BTPN Tbk (BTPN) senilai 52,5 juta dolar AS.

Ada juga utang dari Sumitomo Mitsui Banking Corporation Singapore Branch senilai 52,5 juta dan The Hong Kong and Shanghai Bank Corporation Limited senilai 22,5 juta dolar AS.

Baca Juga: Kilang Pertamina Dumai Riau Meledak di Area Gas Compressor

3. Penyebab lain di luar utang dan minusnya kinerja PGE

Saham PGEO Turun Terus, Imbas Kebakaran Depo dan Kilang Pertamina?PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) berhasil memproduksi listrik dari sumber energi bersih atau energi terbarukan sebesar 4.618 Giga Watt Hour sepanjang tahun 2020. (Dok. Pertamina)

Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan turunnya harga saham bukan hanya karena utang dan minusnya kinerja perseroan.

Penolakan warga di sekitar proyek geothermal juga menjadi variabel kurang bagus dan berdampak pada harga saham PGEO.

"Penolakan masyarakat di sekitar proyek geothermal masih berlanjut. Padahal, perusahaan harus memastikan proses yang diklaim sebagai energi terbarukan bebas dari konflik dengan masyarakat hingga memenuhi aspek dampak lingkungan yang," ujar Bhima.

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya