Sri Mulyani: 276 Juta Penduduk Dunia Terancam Krisis Pangan

Krisis pangan imbas dari perang Rusia dan Ukraina

Nusa Dunia, IDN Times - Sebanyak lebih dari 200 juta orang terancam jadi korban krisis pangan akibat perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina sejak Februari lalu.

Hal tersebut disampaikan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati ketika membuka Pertemuan Finance Ministers and Central Bank Governor Meeting (FMCBG) G20 Indonesia di Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7/2022).

"Jumlah orang yang menghadapi kerawanan pangan akut meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2019, sebelum pandemik. Dari 135 juta menjadi 276 juta," kata Sri Mulyani.

Baca Juga: Sri Mulyani: Perang Rusia-Ukraina Biang Krisis Energi dan Pangan Dunia

1. Perlu penanganan cepat terhadap krisis pangan

Sri Mulyani: 276 Juta Penduduk Dunia Terancam Krisis PanganFMCBG ketiga digelar mulai hari ini di Nusa Dua, Bali (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Sri Mulyani pun mengungkapkan, krisis pangan global tersebut harus segera ditangani. Tak heran jika kemudian krisis pangan jadi isu yang dibahas dalam FMCBG G20 Indonesia.

"Pengerahan semua mekanisme pembiayaan yang tersedia segera diperlukan untuk menyelamatkan nyawa dan memperkuat stabilitas keuangan dan sosial," kata dia.

2. Krisis pangan semakin diperparah dengan krisis energi

Sri Mulyani: 276 Juta Penduduk Dunia Terancam Krisis PanganKrisis energi dunia (unsplash.com/Chris LeBoutillier)

Selain krisis pangan, dunia juga saat ini dihadapkan pada krisis energi. Sri Mulyani bahkan menyebut krisis energi jadi kekhawatiran tersendiri bagi menteri keuangan dan juga gubernur bank sentral negara lain.

"Lanskap energi global telah berubah drastis. Harga komoditas energi saat ini meroket tinggi. Saya yakin Anda semua sebagai menteri keuangan dan gubernur bank sentral melihat hal tersebut sebagai ancaman terhadap stabilitas ekonomi makro kita," tutur Sri Mulyani.

3. Biang kerok kenaikan harga komoditas energi dan krisis pangan

Sri Mulyani: 276 Juta Penduduk Dunia Terancam Krisis PanganWarga berlindung saat sirine serangan udara berbunyi, di dekat bangunan apartemen yang rusak akibat penembakan baru-baru ini di Kyiv, Ukraina, Sabtu (26/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Gleb Garanich.

Sebelumnya, Sri Mulyani menyebutkan bahwa perang Rusia dan Ukraina sebagai biang kerok krisis energi dan pangan yang terjadi secara global belakangan ini.

Krisis yang terjadi tersebut membuat dunia mesti berdarah-darah lagi lantaran masih belum bisa bangkit akibat pandemik COVID-19.

"Tensi geopolitik Rusia dan Ukraina memiliki dampak signifikan terhadap krisis energi dan pangan yang terjadi secara global, dan memberikan tekanan inflasi bagi Indonesia," ujar Sri Mulyani dalam Side Event G20: Sustainable Finance for Climate Transition di Bali International Convention Center, Kamis (14/7/2022).

Dampak luar biasa itu terjadi karena Rusia dan Ukraina sama-sama memegang peranan penting dalam perdagangan global.

Seperti diketahui, Rusia merupakan eksportir minyak mentah kedua terbesar di dunia. Sementara Ukraina dikenal sebagai eksportir minyak biji bunga matahari terbesar di dunia.

 "Tensi geopolitik Rusia dan Ukraina memberikan tekanan lebih jauh kepada perekonomian dan situasi politik global. Rusia dan Ukraina punya peran besar di dalamnya," kata Sri Mulyani.

Baca Juga: Sri Mulyani: Pajak Karbon untuk PLTU Batu Bara Diterapkan Tahun Ini

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya