Rizal Ramli: Resesi Bukan Kejutan, Jokowi Gak Punya Terobosan

Jakarta, IDN Times - Ekonom senior, Rizal Ramli, menyoroti pernyataan Presiden Joko "Jokowi" Widodo terkait pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020 yang diperkirakan masih negatif dan membuat Indonesia resmi masuk dalam jurang resesi.
Menurut dia, hal itu bukanlah sesuatu yang mengejutkan karena sejak awal, tim ekonomi Jokowi tidak memiliki terobosan dalam membangkitkan perekonomian yang tengah terpuruk.
"Tidak ada surprise sudah diperkirakan sejak awal tahun 2020 karena kebijakan ekonomi superkonservatif dan neoliberal yang sudah gagal. Pertanyaan yang lebih penting, apa yang akan dilakukan Jokowi? mengulangi cara yang sama yang telah berulang gagal atau ubah strategi dan pecat menteri neoliberal dan KKN?" katanya melalui keterangan tertulis, Selasa (3/11/2020).
1. Resesi sudah diprediksi sebelumnya

Sebelumnya, Rizal Ramli menyatakan bahwa perekonomian Indonesia sudah masuk dalam resesi sejak kuartal II tahun 2020. Sebab, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2020 sebesar 2,97 persen sudah mengalami kontraksi 2 persen dibandingkan dengan kuartal IV 2019 yang tumbuh 4,97 persen.
"Kemudian pada kuartal II, pertumbuhan ekonomi lagi-lagi terkontraksi 5,32 persen atau minus 4,19 persen ketimbang kuartal I 2020. Kalau berdasarkan rumusan dunia internasional bila ekonomi terus merosot selama dua kuartal ya berarti resesi," tutur Rizal.
2. Indikator ekonomi melemah sudah terlihat sejak tahun lalu

Terkait resesi, sambung Rizal, sejatinya sudah banyak indikator yang menunjukkan bahwa kondisi ekonomi di Indonesia melemah sejatinya sejak tahun lalu, terlepas ada atau tidaknya pandemik COVID-19.
"Sejak satu setengah tahun yang lalu, kami sudah ingatkan bahwa ada indikator-indikator yang menunjukkan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan baik secara makro eknomi dengan menggunakan indikator misalnya trade surplusnya makin mengecil," ujarnya.
Indikator lain yang menujukkan ekonomi Indonesia melemah ialah transaksi berjalan defisitnya semakin lebar. Selain itu primary balance Indonesia negatif.
"Artinya untuk bayar bunga bank saja Indonesia harus utang. Kalau primary balance-nya positif itu tidak, tapi kalau satu negara hanya untuk bayar utang juga mesti ngutang itu negatif primary balance-nya dan ini adalah faktor perlambatan ekonomi," ujar Rizal.
3. Jokowi prediksi bakal terjadi resesi kuartal tiga

Sebelumnya, Presiden Jokowi dalam konfrensi pers, Senin (2/11/2020) menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi minus sekitar 3 persen pada kuartal III 2020. Artinya, Indonesia resmi masuk jurang resesi setelah pada kuartal sebelumnya, laju ekonomi minus 5,32 persen.
"Pada kuartal III ini, kita juga mungkin sehari, dua hari, tiga hari akan diumumkan oleh BPS, juga masih berada di angka minus. Perkiraan kami minus 3 persen, naik sedikit," ujar Jokowi.