Analis PT Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, mengatakan bahwa nilai tukar rupiah kemungkinan mengalami tekanan hari ini terhadap dolar AS, karena pasar mengantisipasi hasil rapat kebijakan moneter bank sentral AS atau Federal Reserve (the Fed) yang akan dirilis Kamis dinihari pekan ini.
"Bank sentral AS diekspektasikan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin menjadi 4 persen pada rapat kali ini. Dan pelaku pasar juga menantikan indikasi kelanjutan kebijakan pengetatan moneter agresif the Fed melalui pernyataan yang dirilis," kata Ariston.
Dari dalam negeri, data inflasi Indonesia yang akan dirilis besok juga bisa menjadi bahan pertimbangan pelaku pasar. Data diekspektasikan menunjukkan inflasi tahunan atau year-on-year (yoy) di bulan Oktober naik 6 persen. Itu menurut rilis kalender ekonomi dari tradingeconomics.com.
"Inflasi yang terus naik bisa menggerus pertumbuhan ekonomi dan ini bisa memberikan tekanan ke nilai tukar rupiah," tuturnya.
Selain itu, analis DCFX Futures, Lukman Leong melihat rupiah melemah terhadap dolar AS karena naiknya imbal hasil obligasi Negara Paman Sam setelah data Indeks Harga Belanja Personal (PCE) Inti AS relatif kuat.
"Rupiah diperkirakan akan melemah oleh tekanan dolar AS dengan naiknya imbal hasil obligasi AS setelah data PCE AS yang kuat," tutur Lukman.