Rupiah Perkasa di Penutupan ke Level Rp15.845 per Dolar AS

Jakarta, IDN Times - Pergerakan nilai tukar rupiah di pasar spot mampu mempertahankan penguatan hingga akhir perdagangan, Jumat (6/12/2024), rupiah berada di level Rp15.845 per dolar AS.
Bila mengacu data Bloomberg, rupiah menguat 0,11 persen dibandingkan dengan penutupan pada hari sebelumnya di level Rp15.862 per dolar AS.
1. Mata uang di Asia kompak menguat
Lebih rinci, hingga pukul 15.00 WIB, baht Thailand menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia setelah melonjak 0,51 persen, disusul, ringgit Malaysia yang melesat 0,28 persen
Selanjutnya, peso Filipina yang ditutup naik 0,24 persen dan rupee India yang menanjak 0,06 persen. Adapun dolar Taiwan ditutup terkerek 0,05 persen, diikuti oleh dolar Hongkong yang terlihat terapresiasi 0,02 persen, serta dolar Singapura yang menguat tipis 0,007 persen pada sore ini.
Sementara itu, won Korea Selatan kembali menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah ditutup anjlok 0,25 persen. Lalu, ada yuan China yang terlihat koreksi tipis 0,004 persen, diikuti yen Jepang yang bergerak stabil terhadap the greenback.
2. Dolar AS melemah dipicu oleh keluarnya data ekonomi AS
Pengamat Pasar Uang, Ariston menjelaskan menguatnya dolar hari ini disebabkan penurunan indeks dolar AS. Ini dipicu oleh data klaim tunjangan pengangguran mingguan yang naik memberikan sentimen negatif terhadap dollar AS semalam. Data dirilis 224 ribu vs 215 ribu klaim.
"(Rupiah menguat) karena hari ini pasar akan mengonfirmasi kondisi ketenagakerjaan AS dengan data tenaga kerja versi pemerintah bulan Nov seperti data Non Farm Payrolls, data tingkat pengangguran dan data tingkat upah harian," tegasnya.
3. Berbagai sentimen picu penguatan rupiah
Sebelumnya, Pengamat pasar keuangan, Lukman Leong pun memprediksi rupiah bakal terus menguat terhadap dolar AS seharian ini. Beragam sentimen seperti data pengangguran AS dan juga informasi soal cadangan devisa (cadev) dalam negeri jadi pemicunya.
"Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS yang melemah setelah data klaim pengangguran AS yg lebih lemah dari perkiraan. Investor menantikan data cadev Indonesia siang ini," ujar Lukman.