Menteri BUMN, Erick Thohir, pada acara Program Mentorship BUMN Muda. (Dok. BRI)
Kendati telah berhasil mengurangi jumlah BUMN dari 142 menjadi 41, Erick nyatanya belum puas. Erick mengaku masih ingin menguranginya karena dianggap masih ada BUMN yang berstatus zombie alias hidup segan mati pun tak mau.
"Alhamdulillah perjalanan dari 108 BUMN yang dikecilkan menjadi 41 BUMN sudah berjalan dengan baik. Apakah puas di situ? Tentu tidak, makanya kami terus mendorong konsolidasi BUMN dari 41 ke 30," ucap Erick, Kamis (17/3/2022).
Meski begitu, Erick ragu bisa merealisasikan target tersebut saat ini atau ketika dirinya masih menjabat sebagai Menteri BUMN. Sadar terhadap hal tersebut, Erick menargetkan bisa merampingkan BUMN menjadi 37 selama jadi orang nomor satu di Kementerian BUMN.
"Tentu ini perlu waktu, karena itu pada masa kepemimpinan saya, saya akan coba fokuskan dari 41 ke 37. Nanti siapa pun menterinya ke depan bisa melanjutkan sampai ke angka yang kita citakan sama-sama, yaitu ke 30," ucap dia.
Berkaitan dengan hal tersebut, Erick telah menetapkan tujuh BUMN zombie yang bakal dibubarkan. Tujuh BUMN itu dibubarkan lantaran sudah tak beroperasi lama dan hanya menjadi beban bagi negara.
Adapun ketujuh BUMN tersebut adalah PT Industri Gelas (Persero) atau Iglas, PT Kertas Kraft Aceh (Persero), PT Merpati Airlines (Persero), PT Pembiayaan Armada Niaga Nasional (Persero), PT Industri Sandang Nusantara (Persero), PT Istaka Karya (Persero), dan PT Kertas Leces (Persero).
Dari tujuh BUMN tersebut, tiga di antaranya sudah dibubarkan Erick beberapa pekan lalu. Ketiga BUMN tersebut adalah PT Kertas Kraft Aceh (Persero), PT Industri Gelas (Persero) dan PT Industri Sandang Nusantara (Persero).
Pembubaran ketiga BUMN tersebut bakal secara efektif berlaku pada Juni 2022 ketika Peraturan Pemerintah atau PP yang mengaturnya sudah terbit.
"Alhamdulillah kita menunggu nanti peraturan pemerintah di bulan Juni supaya perusahaan-perusahaa yang selama ini kita tidak ambil kebijaksanaan, padahal perusahaan seperti PT Kertas Kraft Aceh sudah tidak beroperasi sejak 2008, dan juga Perusahaan Industri Gelas Iglas tidak beroperasi sejak 2015, juga Industri Sandang Nusantara sudah tidak beroperasi sejak 2018, tentu tidak boleh terus terkatung-katung," ucap Erick.
Selain karena sudah lama tak beroperasi, pembubaran tiga BUMN tersebut juga karena tidak mampu memberikan kepastian kepada para karyawannya.
"Tidak mungkin sebuah perusahaan yang tidak beroperasi, tetapi didiamkan, apalagi tidak ada kepastian untuk karyawannya, ini juga tidak baik," kata Erick.
Erick pun akan melakukan hal yang sama kepada perusahaan-perusahaan BUMN dengan kondisi seperti itu. "Tentu kalau memang ini tidak memungkinkan daripada grouping atau bagian bisnis model yang kita konsolidasi, ya memang kita sangat terbuka untuk perusahaan seperti ini kita bubarkan," ucapnya.
Pembubaran ketiga BUMN tersebut menyisakan empat perusahaan pelat merah lainnya untuk segera dibubarkan. Keempat BUMN itu adalah Merpati, Istaka Karya, Kertas Leces, dan Pembiayaan Armada Niaga Nasional. Erick pun memastikan, keempat BUMN itu juga akan segera dibubarkan.
"Yang empat saat ini masih dalam proses apalagi seperti Merpati dan Istaka. Kalau yang dua hanya tinggal proses administrasi seperti ketiga sebelumnya," ujar Erick.