Sejarah Eramet yang Dikabarkan Garap Proyek Bareng Danantara

- Eramet menjajaki kerja sama dengan BPI Danantara untuk proyek pengolahan nikel guna memperkuat rantai pasok bahan baku baterai kendaraan listrik
- Perusahaan didirikan pada 1880 sebagai Le Nickel di Kaledonia Baru, kemudian mengalami restrukturisasi dan diversifikasi bisnis di sektor baja dan mangan
- Saat ini, Eramet menjadi produsen paduan mangan terbesar di dunia dengan mayoritas saham dimiliki oleh investor swasta dan pemerintah Prancis
Jakarta, IDN Times - Perusahaan pertambangan asal Prancis, Eramet disebut-sebut menjajaki kerja sama strategis dengan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara)
Rencana kolaborasi tersebut diarahkan pada proyek pengolahan nikel untuk memperkuat rantai pasok bahan baku baterai kendaraan listrik.
Di balik kabar tersebut, Eramet menyimpan sejarah panjang yang bermula sejak 1880 sebagai perusahaan tambang nikel di Kaledonia Baru. Berikut dikutip dari sumber resmi!
1. Didirikan untuk eksploitasi nikel di Kaledonia Baru

Perusahaan Eramet didirikan pada 1880 dengan nama Le Nickel. Perusahaan awalnya bergerak dalam eksploitasi tambang nikel di Kaledonia Baru. Sejak akhir abad ke-19, Le Nickel berada di bawah kendali mayoritas keluarga Rothschild.
Pada akhir 1960-an, Le Nickel menjadi induk dari seluruh anak usaha tambang kelompok Rothschild, yang dikenal sebagai grup Le Nickel-Penarroya-Mokta.
Restrukturisasi dilakukan pada 1974, ketika bisnis nikel dialihkan ke anak perusahaan baru bernama Société Métallurgique Le Nickel-SLN. Kepemilikannya dibagi rata, masing-masing 50 persen antara Elf Aquitaine dan Le Nickel, yang kemudian berganti nama menjadi Imétal.
Pada 1983, kepemilikan saham mayoritas beralih ke perusahaan milik negara Prancis, ERAP, sebagai bagian dari restrukturisasi industri dan keuangan.
Tiga tahun kemudian, seluruh aset di Kaledonia Baru dikonsolidasikan dalam SLN, yang menjadi anak usaha penuh dari induk baru bernama Eramet-SLN.
2. Ekspansi dan diversifikasi usaha global

Mulai 1989, Eramet menjalankan strategi diversifikasi usaha untuk mengurangi dampak fluktuasi harga nikel. Strategi itu diawali dengan akuisisi dua produsen baja kecepatan tinggi terbesar di dunia.
Mereka adalah La Commentrienne dari Prancis dan Kloster Speedsteel dari Swedia. Keduanya digabungkan menjadi Erasteel pada 1992 dan menjadikan Eramet pemimpin global di sektor tersebut.
Kemitraan jangka panjang dengan Nisshin Steel dari Jepang dimulai 1991, diikuti dengan peningkatan kepemilikan di Comilog di Gabon hingga mencapai 61 persen pada 1997.
Selain itu, perusahaan mengembangkan portofolio produk mangan dan memulai investasi dalam bisnis bahan kimia pertanian berbasis mangan melalui akuisisi Sulfamex di Meksiko.
3. Restrukturisasi dan pembentukan tiga divisi utama

Pada akhir 1990-an, serangkaian akuisisi dan divestasi mengubah struktur kepemilikan serta konfigurasi bisnis Eramet. Saham minoritas SLN dialihkan ke pemerintah daerah Kaledonia Baru melalui STCPI.
Sementara itu, sisa saham yang dimiliki pemerintah Prancis dialihkan ke Cogema dan kemudian masuk ke dalam grup AREVA.
Setelah mengakuisisi bisnis mangan dari grup Elkem, Eramet berhasil menjadi produsen paduan mangan terbesar di dunia. Memasuki tahun 2000-an, perusahaan terus mengembangkan kapasitas produksinya dengan membuka pabrik baru di berbagai negara.
Selain ekspansi fisik, Eramet juga meluncurkan sejumlah program investasi besar. Struktur perusahaan pun dibagi menjadi tiga divisi utama: Nikel, Mangan, dan Paduan.
Sebagian besar saham Eramet saat ini dimiliki oleh investor swasta. Meski demikian, pemerintah Prancis masih mempertahankan kepemilikan minoritas dalam perusahaan tersebut.