Beras Banyak Persoalan, Sistem Kuota Impor dan HET Dinilai Tak Efektif

Harga beras mahal, impor beras masih dibutuhkan

Jakarta, IDN Times – Harga beras naik di pasaran belakangan ini, hal ini diakibatkan oleh berbagai faktor, mulai dari cuaca hingga sarana sampai prasarana Indonesia yang belum memadai. Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menilai hal ini menunjukkan peran impor masih penting untuk kestabilan harga dan pasokan beras di Indonesia.

“Permasalahan beras ini telah menunjukkan betapa impor sebenarnya adalah cara wajar yang dapat membantu menstabilkan pasokan dan harga, disamping usaha peningkatan produktivitas sektor pertanian, modernisasi, riset dan pengembangan, kemampuan sumber daya manusianya serta reformasi regulasi,” ungkap peneliti CIPS Azizah Fauzi dalam siaran pers yang diterima IDN Times, Jumat (16/2/2024).

Baca Juga: Di Saat Harga Beras Melambung, Harga Daging Lagi Turun!

1. Impor dapat berpengaruh terhadap stabilitas harga beras

Beras Banyak Persoalan, Sistem Kuota Impor dan HET Dinilai Tak EfektifRak beras di Superindo (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Pemerintah melakukan strategi impor beras untuk mengatasi risiko dampak perubahan iklim dan cuaca ekstrem yang dapat berdampak pada pasokan beras. Melalui impor beras, pemerintah dapat melengkapi produksi dalam negeri yang dapat digunakan dalam situasi genting.

"Walaupun beredar di masyarakat persepsi bahwa impor pangan, terutama beras, merupakan anatema yang harus dihindari karena akan berdampak negatif kepada produsen dan petani, pada prakteknya, pemerintah bahkan membebaskan Bulog untuk impor beras sepanjang 2024 untuk mengatasi mahalnya harga beras dan kelangkaan yang terjadi," paparnya. 

Azizah menilai kombinasi strategi impor dan kebijakan yang berdasarkan pasar dapat berkontribusi pada stabilisasi harga beras di Indonesia.

2. Sistem kuota impor maupun HET dinilai bukan solusi

Beras Banyak Persoalan, Sistem Kuota Impor dan HET Dinilai Tak EfektifRibuan beras impor akan penuhi kebutuhan warga Kalbar. (IDN Times/Teri).

Saat ini, menurutnya, kebijakan terkait impor beras di Indonesia masih restriktif. Kebijakan tersebut membatasi daya saing serta dapat menciptakan monopoli yang akan berdampak pada baik pasokan maupun harga," ujar Azizah.

"Penggunaan sistem kuota impor serta proses perizinannya yang berlapis-lapis dan memerlukan keputusan banyak pihak, memperlambat respons terhadap kegentingan pasokan hingga harga kemudian melambung," kata dia.

Sementara itu, penggunaan Harga Eceran Tertinggi (HET) dinilai tidak efektif dalam melindungi konsumen dan petani dari fluktuasi harga dan dalam memastikan ketersediaan pangan. HET yaitu harga maksimum yang ditetapkan oleh pemerintah untuk produk tertentu, termasuk beras.

Baca Juga: Jokowi Jamin Harga Beras Turun dalam 2 Minggu

3. Belum ada solusi untuk rendahnya hasil panen

Beras Banyak Persoalan, Sistem Kuota Impor dan HET Dinilai Tak EfektifAntrian masyarakat beli beras di salah satu kios pasar Sayur Magetan. IDN Times/ Riyanto

Selain itu, rendahnya investasi dalam riset dan pengembangan, penyuluhan dan pengembangan sumber daya manusia menghambat peningkatan produktivitas sektor pertanian Indonesia. 

"Padahal hal-hal tersebut penting untuk dapat menyelesaikan permasalahan hasil panen yang rendah dan inefisiensi di sektor pertanian yang juga merupakan faktor tingginya harga komoditas pangan," tutur Azizah.

Baca Juga: RI Impor 443 Ribu Ton Beras Sepanjang Januari 2024, Naik 135 Persen!

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya