Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Soal Isu Reshuffle Kabinet, Ekonom: Semakin Cepat, Semakin Baik

Presiden Joko Widodo (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Presiden Joko Widodo (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Jakarta, IDN Times – Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan melakukan perombakan atau reshuffle dalam jajaran menteri pemerintahan Presiden Joko “Jokowi” Widodo merupakan hal yang tepat untuk dilakukan saat ini.

Dalam wawancara telepon kepada IDN Times, Sabtu (9/4/2022), Bhima menyebut reshuffle bahkan akan lebih baik jika dilakukan segera.

“Nah ini (reshuffle) harapannya yang bisa dilakukan. Jadi kalau semakin cepat, semakin baik,” katanya.

1. Banyak menteri yang kurang cakap

Instagram.com/@bhimayudhistira
Instagram.com/@bhimayudhistira

Pernyataan tersebut disampaikan Bhima sebagai tanggapan atas isu reshuffle yang kembali mengemuka usai Jokowi kedapatan marah-marah kepada para menterinya di sidang kabinet paripurna pada Selasa (5/4/2022) lalu.

Menurut Bhima, reshuffle perlu dilakukan karena sejumlah menteri memang dianggap kurang cakap dalam menangani masalah yang ada. Bahkan, beberapa cenderung lari dari tanggung jawab.

“Seakan sekarang ini mereka juga melindungi diri dari risiko reshuffle yaitu dengan bagi-bagi BLT (bantuan langsung tunai) padahal masalah utamanya nggak selesai, yaitu mahalnya kenaikan barang,” jelas Bhima.

“Justru yang ingin diobati adalah BLT ke masyarakat. Seakan masalahnya bisa selesai. Kelas menengahnya disuruh menormalisasi kenaikan harga. Itu yang terjadi ya. Jadi banyak yang menyelamatkan diri. Harusnya sih reshuffle sekarang,” tambahnya.

2. Momentum yang tepat untuk reshuffle

Presiden Joko Widodo memberikan keterangan pers di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (16/3/2020) (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan pers di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (16/3/2020) (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Menurut Bhima, momen reshuffle tersebut tepat dilakukan saat ini, di tengah berbagai ketidakpastian seperti COVID-19 dan inflasi yang membumbung.

“Nggak apa-apa, justru momentumnya tepat untuk melakukan reshuffle,” ungkapnya.

Bhima menjelaskan momentum reshuffle tepat dilakukan sekarang agar orang-orang yang berpengalaman di bidangnya bisa menggantikan sosok yang ada saat ini.

“Menteri-menteri yang memang tantangannya beda ya saya kira ya, 2019 sampai dengan 2021 kita dihadapi tantangan pandemik, saat ini tantangannya adalah inflasi atau kenaikan harga. Jadi butuh sosok yang baru juga yang memang sudah misalnya punya track record dalam penanganan inflasi. Jadi juga tidak perlu waktu terlalu banyak untuk melakukan adjustment atau penyesuaian-penyesuaian. Jadi langsung kerja,” jelas Bhima.

3. Menteri yang jadi sasaran marah Jokowi

Presiden Joko Widodo (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Presiden Joko Widodo (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Sebelumnya Jokowi marah kepada para menterinya di sidang kabinet paripurna pada Selasa. Jokowi dikabarkan kesal karena para menterinya tak memberikan penjelasan rinci kepada masyarakat terkait kenaikan harga minyak goreng, Pertamax dan sejumlah kebutuhan pokok lainnya.

Pada kesempatan itu Jokowi tidak menyebut dengan jelas menteri mana yang menjadi target marah-marahnya. Namun menurut Bhima, setidaknya ada lima menteri yang menjadi target masha Jokowi. Di mana yang pertama yaitu Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi.

Selain itu, ada juga Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, dan Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita.

“Terakhir ya saya kira menteri perindustrian. Jadi artinya Menko Perekonomian termasuk lah yang paling bertanggung jawab,” ujar Bhima.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rehia Sebayang
Hana Adi Perdana
Rehia Sebayang
EditorRehia Sebayang
Follow Us