Indonesia Ingin Jadi High Income Country 2045, Ini Kata Bank Dunia 

Bank Dunia dukung niat Indonesia

Jakarta, IDN Times - Bank Dunia memberikan sejumlah masukan untuk Indonesia guna mencapai tujuannya menjadi negara berpenghasilan tinggi pada 2045 mendatang.

Penerapan reformasi perpajakan serta peningkatan kualitas belanja publik, termasuk di dalamnya investasi publik dan program-program yang mendukung pertumbuhan, terus menjadi kunci pendukung perekonomian di masa mendatang.

“Di tengah ketidakpastian global, Indonesia mengalami peningkatan yang terus menerus di banyak bidang yang penting bagi pertumbuhan jangka panjangnya, terutama stabilitas makroekonomi, tata kelola sektor publik maupun infrastruktur. Berbagai peningkatan tersebut berhasil membantu menanggulangi kemiskinan ekstrem di negara ini,” kata Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen, Selasa (27/6/2023).

1. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sempat diprediksi melambat

Indonesia Ingin Jadi High Income Country 2045, Ini Kata Bank Dunia Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Setelah mengalami lonjakan pascapandemik, pertumbuhan ekonomi di Indonesia diproyeksikan melambat menjadi 4,9 persen pada tahun ini, seiring seiring kembali normalnya permintaan dalam negeri. Jumlah itu lebih kecil dibanding tahun lalu yang mencapai 5,3 persen. 

Hal ini disampaikan dalam laporan enam bulanan Bank Dunia Indonesia Economic Prospects.

“Inflasi mengalami penurunan lebih cepat daripada yang diantisipasi pada awalnya berkat menurunnya harga minyak global, hasil panen yang lebih baik, beragam intervensi pemerintah untuk mengurangi penyumbatan suplai terutama terkait makanan, serta apresiasi Rupiah,” tulis laporan itu.

Seiring menurunnya tekanan inflasi, pertumbuhan diharapkan didukung konsumsi sektor swasta. Sementara, ekspor diproyeksikan menurun seiring menurunnya harga-harga komoditas dan permintaan global.

Inflasi yang menurun membantu mengembalikan ruang bagi kebijakan moneter untuk mendukung perekonomian.

“Namun, pemerintah dapat memprioritaskan penerapan reformasi struktural baru-baru ini seperti misalnya Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU PPSK), serta mengadopsi lebih lanjut berbagai kebijakan yang ramah-pasar di bidang perdagangan maupun peraturan bisnis yang dapat lebih jauh mengurangi kendala dalam persaingan,” ujar Kahkonen melanjutkan.

Baca Juga: Menkeu: Indonesia Punya Pertumbuhan Ekonomi Terkuat 

2. Indonesia juga mengalami penurunan pertumbuhan produktivitas

Indonesia Ingin Jadi High Income Country 2045, Ini Kata Bank Dunia sumber : https://www.sman2.sch.id/tahapan-implementasi-kurikulum-merdeka/

Saat pertumbuhan ekonomi terus stabil, Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan produktivitas seperti yang dialami Pasar Berkembang dan Ekonomi Berkembang (Emerging Market and Developing Economies).

Potensi pertumbuhan--suatu ukuran kinerja perekonomian saat beroperasi pada kapasitas penuh-- tampak melambat akibat berkurangnya input dari tenaga kerja, kendala pada pembentukan modal manusia, dan melambatnya pertumbuhan produktivitas.  

Laporan ini juga menguraikan beberapa temuan dari studi Bank Dunia, termasuk tentang hasil pembelajaran terkait penutupan sekolah selama masa pandemik COVID-19 dan mengusulkan langkah-langkah untuk meningkatkan hasil-hasil pendidikan. Terlepas dari upaya penerapan pembelajaran jarak jauh selama masa pandemik, penyelenggaraan layanan menghadapi berbagai kendala.

3. Prakarsa pemerintah untuk pulihkan pembelajaran

Indonesia Ingin Jadi High Income Country 2045, Ini Kata Bank Dunia ilustrasi belajar (unsplash.com/Ed Us)

Pemerintah juga diketahui telah menerapkan kebijakan Merdeka Belajar untuk mengatasi penurunan produktivitas ini. Hal tersebut dilakukan demi terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) unggul Indonesia.

“Penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar sebagaimana biasanya (business as usual) tidak secara otomatis memperbaiki penurunan kemampuan pembelajaran yang diakibatkan oleh pandemik, atau mengatasi ketidaksetaraan akses pada pendidikan dan hasil pembelajaran bermutu, terutama bagi para siswa kurang mampu,” kata Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia Habib Rab.

“Suatu komitmen terhadap pemulihan hasil belajar yang meliputi alokasi sumber daya serta pelibatan para pemangku kepentingan menjadi penting. Juga sama pentingnya untuk menambah waktu belajar, menantang siswa secara akademis, serta memantau peningkatan kinerja belajar siswa,” tutup dia.

Baca Juga: Rasio Pajak Masih Rendah, Ini Tips Bank Dunia untuk Indonsia

Topik:

  • Ilyas Listianto Mujib

Berita Terkini Lainnya