Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Price Tag (pexels.com/Marcus)
Price Tag (pexels.com/Marcus)

Intinya sih...

  • Scarcity palsu: Brand memanfaatkan rasa takut kehabisan dengan menampilkan info "tersisa 3 item lagi!" untuk mendesak konsumen beli sebelum kehabisan.

  • Diskon bohongan: Toko menaikkan harga terlebih dahulu lalu memberi diskon besar-besaran, memanfaatkan persepsi konsumen bahwa diskon adalah keuntungan spesifik.

  • False urgency: Menciptakan kesan promo akan segera berakhir padahal terus diperpanjang, untuk memaksa pembelian impulsif. Banyak toko online besar mengandalkan false urgency untuk meningkatkan penjualan harian.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dalam dunia bisnis, kompetisi itu sangatlah kejam. Terkadang brand besar tidak selalu menang karena kualitas terbaik tetapi pandai dalam memainkan strategi.

Beberapa cara yang dijalankan terkesan kotor, manipulatif atau tidak etis secara hukum sah dan legal. Mereka paham psikologi konsumen dan memainkannya dengan sangat cerdik.

Nah, berikut ini lima strategi kotor tapi legal dan pembeli jarang sadar! Intip yuk!

1. Scarcity palsu

Ilustrasi Belanja (freepik.com/freepik)

Strategi ini biasanya memanfaatkan rasa takut kehabisan atau yang sering disebut fear of missing out (FOMO). Brand menampilkan info seperti “tersisa 3 item lagi!” di halaman produk, padahal stoknya mungkin jauh lebih banyak. Padahal, tujuan aslinya hanyalah untuk mendesak konsumen untuk segera beli sebelum kehabisan.

Selama tidak secara eksplisit berbohong dalam bentuk penipuan, teknik ini masih tergolong sah. Banyak e-commerce raksasa yang menggunakan algoritma untuk memunculkan pesan-pesan ini secara otomatis. Meski sedikit manipulatif, dampaknya terhadap tingkat konversi sangat besar.

2. Diskon bohongan

Diskon (freepik.com/KamranAydinov)

Terkadang kita pernah melihat produk berlabel diskon 50 persen dan langsung tertarik ingin membelinya karena diskonnya yang lumayan besar. Terkadang ada beberapa toko yang menaikkan harganya terlebih dahulu lalu diberi diskon besar-besaran supaya menggiurkan.

Padahal, kalo diperhitungkan harganya akan sama dengan harga biasanya. Strategi ini memanfaatkan persepsi konsumen bahwa diskon adalah sebuah keuntungan spesifik (dan biasanya tidak ada), maka strategi ini legal. Konsumen merasa menang, padahal sebenarnya tidak terlalu.

3. False urgency

Flash Sale (freepik.com/freepik)

Taktik ini menciptakan kesan bahwa promo akan segera berakhir padahal sebenarnya terus diperpanjang. Misalnya, kamu lihat “flash sale hari ini saja!”, tapi besok promo itu muncul lagi. Tujuannya untuk memaksa pembelian impulsif.

Strategi ini bermain di ranah etika, bukan hukum. Selama tidak ada jaminan resmi tentang batas waktu promo, teknik ini tidak bisa dikategorikan sebagai pelanggaran. Banyak toko online besar yang mengandalkan false urgency untuk meningkatkan penjualan harian.

4. Desain produk mirip kompetitor tetapi tidak sama

Ilustrasi desain grafis (freepik.com/DC Studio)

Meniru desain produk populer tanpa melanggar hak cipta atau merek dagang adalah strategi yang sudah lama dipakai — terutama oleh brand-brand fast moving consumer goods (FMCG). Bentuk kemasan, warna, bahkan layout bisa sangat mirip tapi sedikit diubah agar tetap legal.

Strategi ini bertujuan untuk menumpang popularitas kompetitor. Konsumen awam biasanya sering terkecoh dan membeli produk tiruan karena tampilan serupa. Jika tidak ada pelanggaran paten atau merek dagang, praktik ini sulit ditindak secara hukum.

5. Harga psikologis

Price Tag (pexels.com/Marcus)

Trik harga psikologis ini sangat klasik tetapi masih sangat efektif digunakan. Harga seperti Rp99.000 atau Rp49.900 membuat produk tampak jauh lebih murah daripada harga bulat seperti Rp100.000. Padahal selisihnya hanya Rp1000 atau bahkan Rp100.

Secara psikologis, otak konsumen memproses harga dari kiri ke kanan, jadi angka pertama yang mereka lihat memengaruhi persepsi nilai. Karena tidak ada aturan tentang pembulatan harga, strategi ini sepenuhnya legal dan sangat banyak digunakan, bahkan oleh toko premium.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team