Garuda Indonesia dan Karakatau Steel adalah BUMN yang akan menerima dana talangan dengan nilai tidak tanggung-tanggung, totalnya Rp11,5 triliun. Kementerian BUMN menepis isu bahwa pemilihan BUMN yang dikucurkan dana talangan ini berbau politik.
Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga mengatakan bantuan ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan politik. Menurut dia, pihaknya telah memilih secara selektif siapa yang diajukan sebagai penerima dana talangan. Penentuan nominal dana talangan, Arya mengatakan itu merupakan usulan dari masing-masing direksi BUMN.
"Tergantung perusahanlah. Secara Good Corporate Governance (GCG) mereka punya hitungan sendiri," tegasnya. Dia juga mengatakan pemerintah hanya sebagai penjamin BUMN untuk mendapatkan dana talangan tersebut karena sumber pembiayaannya bukan dari APBN.
Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan, pemberian dana talangan ini harus dilakukan karena perusahaan-perusahaan tersebut terdampak COVID-19. Bantuan pemerintah, kata Erick, agar perusahaan ini dapat beroperasional normal. Tapi, dia memastikan bentuknya adalah dana talangan bukan penyuntikan modal seperti biasa.
"Dana talangan ini seperti pinjaman umumnya yang harus dikembalikan, bukan sesuatu plus bunga juga kalau bisa 1 persen memang ini yang harus dihadapi," kata Erick dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (9/6/2020).
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, kinerja keduanya sangat terpukul oleh pandemik COVID-19. Contohnya saja PT Garuda Indonesia Tbk, membukukan rugi bersih 712,72 juta dolar AS atau setara Rp 10,65 triliun (kurs Rp 14.950 per dolar AS) sepanjang semester I-2020. Padahal, di periode sama tahun sebelumnya Garuda Indonesia mampu membukukan laba bersih sebesar 24,11 juta dolar AS atau setara Rp 349,5 miliar.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan pandemik COVID-19 telah memberikan dampak signifikan terhadap kinerja perseroan. Dengan adanya pembatasan pergerakan dan penerbangan pada masa pandemi, rata-rata frekuensi penerbangan menurun drastis dari yang sebelumnya melayani lebih dari 400 penerbangan menjadi hanya berkisar 100 penerbangan per hari.
"Di samping itu, jumlah penumpang juga mengalami penurunan tajam hingga mencapai 90 persen," katanya melalui keterangan resminya, saat dikonfirmasi IDN Times Minggu, (2/8/2020).
Sementara itu, Krakatau Steel membukukan laba di semester I-2020, sebesar 4,51 juta dolar AS atau Rp67,45 miliar. Namun, laba itu muncul karena pada 2019 Krakatau Steel fokus melakukan restrukturisasi dan transformasi. Mereka telah merestrukturisasi utang sebesar 2,2 miliar dolar AS atau setara dengan Rp32,8 triliun per kuartal III 2019. Akhirnya setelah 8 tahun merugi, kinerja Krakatau Steel dapat berbalik menjadi laba pada kuartal I tahun 2020.
Namun, dari sisi penjualan bersih pada periode triwulan II, Krakatau Steel tetap mengalami penurunan dibanding triwulan I karena dampak dari pandemik COVID-29. Penjualan bersih turun 22,3 persen, dari 311,18 juta dolar AS pada triwulan I menjadi 241,63 juta dolar AS di triwulan II.
Pengamat BUMN, Toto Pranoto membenarkan bahwa bantuan dana talangan itu benar-benar penyelamat bagi Garuda Indonesia untuk melanjutkan bisnisnya yang terpukul pandemik COVID-19. "Sama dengan Airlines lain di seluruh dunia terhantam secara drastis karena PSBB secara global. Jadi tanpa suntikan pinjaman modal kerja dari pemerintah mustahil bisa meneruskan bisnisnya," ujarnya.
Sementara untuk Krakatau Steel mulai menjadi sehat karena program efisiensi dan rekturisasi besar-besaran. Untuk meneruskan program ini, kata Toto, tentu butuh modal kerja karena perusahaan juga terganggu akibat pandemik .
"Apalagi beberapa investasi besar mereka di masa lalu seperti project blast furnace juga tidak sesuai harapan. Jadi pinjaman modal kerja dibutuhkan supaya proses restrukturisasi bisa dilanjutkan," ujarnya.