5 Biang Kerok yang Bikin Harga Nikel Anjlok

Kelebihan pasokan hingga munculnya industri daur ulang

Jakarta, IDN Times - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan sejumlah biang kerok yang membuat harga komoditas nikel terus mengalami penurunan, setidaknya dalam setahun terakhir.

Dia menjelaskan, perkembangan faktor-faktor seperti oversupply, kurangnya standarisasi, penurunan permintaan dari China, serta kemunculan teknologi alternatif dan kebijakan daur ulang baterai dapat mengubah secara signifikan prospek harga nikel dalam jangka panjang. Prediksinya bahwa harga nikel akan mencapai titik terendahnya dalam 20 tahun mendatang.

"Nah ini tentunya jadi game changer juga bagi prospek harga nikel dalam jangka panjang. Bahkan diperkirakan 20 tahun ke depan harga nikel itu akan mencapai titik terendahnya,” kata dia kepada IDN Times, Senin (29/1/2024).

Baca Juga: Cak Imin Sentil Luhut Soal Tambang Nikel: Opung Gak Ngerti Mudarat

1. Kelebihan pasokan jadi biang kerok turunnya harga nikel

5 Biang Kerok yang Bikin Harga Nikel AnjlokTambang nikel PT Makmur Lestari Primatama di wilayah Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. (dok. MLP)

Harga nikel di pasar internasional, mengalami penurunan yang berkelanjutan. Hal itu, kata dia disebabkan oleh adanya kondisi oversupply atau kelebihan pasokan, yang muncul akibat dari produksi nikel yang berlebihan di Indonesia.

Sebagai hasilnya, pasar dunia dibanjiri oleh nikel, terutama yang memiliki harga rendah. Kelebihan pasokan itu menjadi faktor utama yang memengaruhi tren penurunan harga nikel.

“Pertama memang terjadi over supply karena over produksi dari nikel yang dilakukan di Indonesia,” ujarnya.

2. Minimnya penerapan ESG pengaruhi daya jual nikel Indonesia

5 Biang Kerok yang Bikin Harga Nikel AnjlokBagian pabrik PT ITSS di kawasan IMIP Morowali, Sulawesi Tengah, setelah tungku smelter No. 41 terbakar, Minggu pagi (24/12/2023). (Dok. IMIP)

Bhima menyebut banyak pelaku usaha di sektor smelter di Indonesia belum menerapkan standar yang baik dalam hal lingkungan dan perlindungan tenaga kerja. Karena praktek-praktek itu dianggap kurang memiliki standar tinggi oleh pembeli di pasar internasional, hal tersebut berdampak pada citra nikel Indonesia.

“Padahal standarisasi misalnya menggunakan ESG (Environmental, Social, and Governance), menggunakan standarisasi pertambangan yang berkelanjutan itu diharapkan bisa meningkatkan harga nikel di pasar internasional,” tuturnya.

Dampak negatif terhadap lingkungan dan seringnya terjadi kecelakaan tenaga kerja menjadi faktor-faktor yang turut menurunkan harga nikel di pasar internasional.

“Nah, karena kita lihat ya dampak ke lingkungannya rusak, dampak dari sisi kecelakaan tenaga kerjanya juga sering terjadi, itu yang juga menurunkan harga nikel di pasar internasional,” ujar Bhima.

Baca Juga: Saham PT Antam Bertahan di Jajaran Indeks ESG di BEI

3. Menurunnya pertumbuhan ekonomi China juga pengaruhi tren harga nikel

5 Biang Kerok yang Bikin Harga Nikel AnjlokAktivitas pertambangan nikel Hillcon (dok. Hillcon)

Faktor ketiga yang memengaruhi penurunan harga nikel adalah penurunan pertumbuhan ekonomi China. Dengan pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan rendah, terutama dalam industri mobil listrik dan baterai, permintaan nikel dari Indonesia akan menurun.

Hal itu, kata Bhima dapat mengakibatkan penurunan kapasitas produksi, tekanan pada industri baterai, dan koreksi terus-menerus pada harga nikel di pasar internasional.

“Bahkan China juga memiliki penurunan kapasitas dari mobil listrik, industri baterainya juga tertekan, maka ini akan berpengaruh pada permintaan nikel dari Indonesia. Dan harganya pun juga akan terkoreksi terus,” ujarnya.

4. Nikel menghadapi pesaing bahan baku baterai

5 Biang Kerok yang Bikin Harga Nikel Anjlokilustrasi pengisian baterai mobil listrik (pexels.com/Mike Bird)

Bhima menyampaikan bahwa nikel menghadapi persaingan dan ancaman dari alternatif teknologi yang lebih aman dan berkelanjutan, seperti LFP (Lithium Iron Phosphate) dan teknologi baterai sodium.

Keberlanjutan tersebut mencakup keamanan yang lebih baik, ketidakmudahan meledak, dan proses produksi yang tidak bergantung pada pembangkit listrik tenaga batu bara dengan emisi tinggi.

Seiring dengan meningkatnya pengembangan alternatif tersebut dan penelitian inovatif terhadap produk yang lebih ramah lingkungan, oversupply nikel dapat menghadapi tantangan signifikan dalam pasar.

“Sehingga begitu oversupply nikel terjadi sementara alternatif produk lainnya mulai banyak dikembangkan dan riset inovasi terhadap produk yang lebih ramah lingkungan itu terus dikembangkan, maka ini pun juga akan menjadi ancaman bagi nikel,” paparnya.

5. Industri daur ulang baterai juga ikut menggoyang harga nikel

5 Biang Kerok yang Bikin Harga Nikel AnjlokIlustrasi Baterai Mobil Listrik (Istimewa)

Kemunculan industri daur ulang baterai, didukung oleh kebijakan di negara maju seperti Uni Eropa dengan EU Critical Mineral Act dan Amerika Serikat dengan IRA (Inflation Reduction Act), dianggap sebagai faktor penting yang dapat mengubah permainan (game changer) dalam prospek harga nikel.

Kebijakan tersebut mendorong penggunaan daur ulang baterai sebagai sumber mineral kritis, mengurangi ketergantungan pada impor nikel.

Dengan perkiraan bahwa industri daur ulang baterai akan terus berkembang, dia memperkirakan bahwa harga nikel dapat mencapai titik terendah dalam jangka panjang, karena permintaan dari industri tersebut diprediksi akan menurun.

“Jadi, mereka tidak ingin melakukan impor terus menerus terhadap nikel atau mineral kritis,” tambah Bhima.

Baca Juga: Tetap Dilanjutkan, Anies Bakal Rombak Habis Hilirisasi Nikel

Topik:

  • Anata Siregar
  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya