Banyak Startup PHK Karyawan, Diklaim Ada yang Aji Mumpung
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menyebut ada perusahaan teknologi rintisan atau startup yang ikut memanfaatkan momentum untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), padahal keuangannya tidak sedang berdarah-darah.
Belakangan memang banyak startup yang melakukan PHK. Alhasil ada perusahaan yang sebenarnya dapat menghindari PHK tapi justru memanfaatkan momentum atau aji mumpung.
"Saya membaca banyak perusahaan startup yang relatively keuangannya tidak perlu melakukan efisiensi tapi karena melihat kompetitor atau startup yang lain 'lho kok lagi pada PHK ini, ah ikutan ah' gitu kan. Ada momennya juga gitu lho saya lihat di sini," kata Jubir Muda PKB Dira Martamin dalam sebuah diskusi di Kantor DPP PKB, Jakarta Pusat, Sabtu (3/12/2022).
Jadi, bisa dibilang, menurut dia mumpung lagi banyak startup yang melakukan PHK maka perusahaan yang sebenarnya tidak perlu melakukan efisiensi jumlah pegawai malah ikut-ikutan.
"Mereka ikut-ikut efisiensi walaupun keuangan mereka tidak terlalu buruk, tapi karena yang lain udah mulai, mereka ikutan, aji mumpung. Nah, ini kalau mereka PHK sendirian di tahun depan pasti langsung jadi sorotan," tutur Dira.
Baca Juga: Marak PHK, Pegawai Startup Didorong Bikin Serikat Pekerja
1. Startup bisa lakukan efisiensi tanpa mengurangi jumlah pegawai
Juru Bicara PKB Mikhael Sinaga, dalam kesempatan yang sama mengatakan, efisiensi sebenarnya bisa dilakukan dengan cara-cara lain, misalnya menghilangkan promo yang tidak masuk akal.
"Nah, hal-hal seperti itu kan apabila dilakukan efisiensi di situ, pekerja-pekerja yang harus kita lindungi ini tidak menjadi terancam pekerjaannya," tuturnya.
"Promosi yang berlebihan itu bisa dikurangi, promosi seperti itu, dan dengan begitu kita tidak mengorbankan anak-anak muda yang bekerja di perusahaan-perusahaan startup ini sehingga masa depannya menjadi tidak jelas dan selalu dihantu rasa takut kehilangan pekerjaan kapanpun," tambah Mikhael.
Editor’s picks
Baca Juga: [WANSUS] Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia: Isu Badai PHK 'Permainan'
2. Pegawai startup perlu mendirikan serikat pekerja
Mikhael Sinaga menilai para pegawai startup kurang memprioritaskan pembentukan serikat pekerja di tubuh perusahaan.
"Mereka kurang memprioritaskan adanya serikat pekerja. Berbeda dengan contoh buruh-buruh pabrik, semua buruh pabrik itu punya serikat pekerja. Tetapi di perusahaan-perusahaan startup ini mereka tidak ada yang memiliki serikat pekerja," katanya.
Lantaran tak memiliki serikat pekerja, pegawa startup menjadi rentan. Bahkan ketika mereka terkena PHK akan sulit memperjuangkan bila hak-haknya belum dipenuhi oleh perusahaan yang mem-PHK.
"Perusahannya bisa mem-PHK sebegitu banyak karyawan sekaligus, itu kan sebenarnya sesuatu krisis yang besar, dan yang jadi korban itu adalah pekerja-pekerja yang tidak memprioritaskan serikat pekerja ini. Padahal kalau ada serikat pekerja di startup, saya yakin sekali itu akan sangat membantu," ujar Mikhael.
3. Serikat pekerja dapat memudahkan pegawai kena PHK memperjuangkan haknya
Dira juga memandang pentingnya keberadaan serikat pekerja di perusahaan startup. Dengan adanya serikat pekerja, ketika terkena PHK maka dapat saling membantu dalam memperjuangkan haknya.
"Jika ada serikat pekerja ini harapannya kita bisa diwakili dengan serikat pekerja, dan nantinya serikat pekerja yang akan ke pemerintahan atau ke yudikatif, seperti itu," tambah Dira.
Baca Juga: Daftar Startup yang Terkena Badai PHK, Terus Bertambah!