Bos BI Ungkap Bergesernya Pertumbuhan Ekonomi China dan AS

Ekonomi China melambat, AS membaik

Jakarta, IDN Times - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyoroti pergeseran pertumbuhan ekonomi yang terjadi di dunia, di mana perekonomian China menunjukkan pelemahan dan AS membaik.

"Ketidakpastian perekonomian global kembali meningkat. Pergeseran komposisi pertumbuhan ekonomi global 2023 semakin kuat, meskipun secara keseluruhan tahun pertumbuhan ekonomi global sama dengan prakiraan sebelumnya sebesar 2,7 persen," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers virtual, Kamis (24/8/2023).

Baca Juga: Perekonomian Tumbuh Positif, Menko Airlangga Buktikan Kinerja Terbaik

1. Ada beberapa faktor yang membuat pertumbuhan ekonomi dunia bergeser

Bos BI Ungkap Bergesernya Pertumbuhan Ekonomi China dan ASIlustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Perry menambahkan, pertumbuhan ekonomi China lebih rendah. Hal itu disebabkan oleh keyakinan pelaku ekonomi yang melemah serta utang rumah tangga yang tinggi.

"Sehingga menurunkan konsumsi dan kinerja properti yang turun yang berdampak pada investasi," ujarnya.

Di sisi lain, kata dia, pertumbuhan ekonomi AS terlihat lebih baik dibandingkan prakiraan sebelumnya. Hal positif tersebut dipengaruhi oleh konsumsi yang membaik, ditopang kenaikan upah dan pemanfaatan tabungan yang tinggi (excess saving).

Di sisi lain, tekanan inflasi negara maju masih tinggi karena dipengaruhi perekonomian yang kuat dan pasar tenaga kerja yang ketat. Sedangkan inflasi di negara berkembang sudah menurun.

"Hal ini diprakirakan mendorong berlanjutnya kenaikan suku bunga kebijakan moneter di negara maju, termasuk Federal Funds Rate (FFR) AS," kata Perry.

Baca Juga: Ekonomi Global Lesu, Ekonomi RI Justru Ngegas di Kuartal II

2. Ketidakpastian pasar keuangan meningkat

Bos BI Ungkap Bergesernya Pertumbuhan Ekonomi China dan ASIlustrasi kurs dolar AS menguat terhadap rupiah. (IDN Times/Arief Rahmat)

Berbagai perkembangan yang ada saat ini, kata Perry, semakin meningkatkan ketidakpastian pasar keuangan global dan menyebabkan aliran modal ke negara berkembang lebih selektif.

"Tekanan nilai tukar di negara berkembang meningkat, sehingga memerlukan penguatan respons kebijakan untuk memitigasi risiko rambatan global tersebut, termasuk di Indonesia," tuturnya.

Baca Juga: Top! Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II Lampaui Negara Lain

3. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih relatif kuat

Bos BI Ungkap Bergesernya Pertumbuhan Ekonomi China dan ASilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

Menurut Perry, perekonomian Indonesia tumbuh kuat berkat dukungan dari permintaan domestik. Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023 tercatat sebesar 5,17 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy). Angka tersebut meningkat dari pertumbuhan pada kuartal sebelumnya sebesar 5,04 persen (yoy).

Sumber pertumbuhan tersebut terutama dari kuatnya permintaan domestik yang sejalan dengan kenaikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan pemerintah, serta peningkatan investasi, di tengah kinerja ekspor yang menurun karena melemahnya perekonomian dan harga komoditas dunia.

Berdasarkan Lapangan Usaha (LU), kata Perry, seluruh sektor mencatat pertumbuhan positif dengan pertumbuhan yang tinggi tercatat pada sektor jasa, seperti transportasi dan pergudangan, akomodasi dan makan minum, serta perdagangan besar dan eceran.

Secara spasial, pertumbuhan sebagian besar wilayah meningkat dengan pertumbuhan tertinggi tercatat di wilayah Sulawesi, Maluku, Papua. Menurutnya, kegiatan ekonomi pada kuartal III-2023 tetap baik, tercermin pada perkembangan penjualan eceran, Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur, dan ekspektasi penghasilan.

"Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2023 diprakirakan tetap berada dalam kisaran proyeksi 4,5-5,3 persen. Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi stimulus fiskal pemerintah dengan stimulus makroprudensial Bank Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi permintaan," tambahnya.

Topik:

  • Dheri Agriesta

Berita Terkini Lainnya