Dewan Energi Nasional Sarankan Tak Buru-buru Hapus Pertalite

Transisi ke energi bersih dimulai dari kalangan mampu

Jakarta, IDN Times - Dewan Energi Nasional (DEN) menekankan pentingnya mengganti bahan bakar fosil dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan. Namun, harus mempertimbangkan daya beli masyarakat.

Sekretaris Jenderal DEN Djoko Siswanto mengatakan, bahan bakar fosil yang harganya mahal harus dihapus lebih dulu ketimbang yang harganya murah. Hal itu merujuk pada produk Pertamax Green yang mulai diperkenalkan oleh Pertamina.

Pertamax Green adalah bahan bakar campuran Pertalite dengan 7 persen etanol (E7) untuk meningkatkan kualitas BBM RON 90 menjadi RON 92 alias setara Pertamax.

“Yang harus dihapus adalah fosil yang harganya mahal (Pertamax Turbo), baru setelah itu berhasil Pertamax ya ganti namanya Green Pertamax. Kan Pertamina sudah mulai memperkenalkan tuh. Nah, terakhir, baru nanti Pertalite ketika daya belinya sudah bagus,” kata Sekretaris Jenderal DEN Djoko Siswanto dalam konferensi pers di Kantor DEN, Jakarta, Rabu (17/1/2024).

1. DEN sarankan Pertalite dihapus belakangan agar tak ganggu daya beli

Dewan Energi Nasional Sarankan Tak Buru-buru Hapus PertaliteSPBU Pertamina di Daan Mogot, Jakarta barat menjadi integratef energy refueling station pertama di Indonesia. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Sejalan dengan transformasi Pertamax Turbo dan Pertamax menjadi BBM bioetanol, akan mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil. Jadi, pemberian subsidi kepada masyarakat untuk bensin, dalam hal ini Pertalite dapat tetap dilakukan sambil mengurangi beban impor.

Pendekatan tersebut juga sejalan dengan tujuan mencapai net zero emission (NZE) di 2060 dengan merangsang penggunaan bahan bakar alternatif seperti bioetanol dan memotivasi orang kaya untuk mengadopsi produk energi yang bersih.

“Jadi, harus dimulai kita balik, jadi orang yang kaya, orang yang kaya kan oke lah ya pakai EBT kan. Bener gak? Kan orang kaya bersih, pengennya sehat kan? Pakai kompor listrik, pakai bensa (bensin sawit), pakai bioetanol dan sebagainya,” ujar Djoko.

Baca Juga: Menteri ESDM Jawab Usulan Hapus Pertalite di 2024

2. Ketersediaan bahan baku etanol harus jadi perhatian penting

Dewan Energi Nasional Sarankan Tak Buru-buru Hapus PertaliteSoft launching Pertamax Green 95 di SPBU Pertamina 31.128.02 MT Haryono, Jakarta Selatan. (IDN Times/Trio Hamdani)

Meskipun bioetanol terus didorong, aspek keberlanjutan produksi menjadi perhatian utama. Dia membandingkan keberlanjutan bioetanol dengan biosolar, di mana produksi biosolar dari minyak sawit memiliki bahan baku yang menunjang.

Namun, DEN mencatat bahwa untuk bioetanol dan produk sejenis, aspek keberlanjutannya masih belum terjamin.

Dia menyampaikan bahwa telah ada regulasi, yaitu Perpres nomor 40/2003, yang berkaitan dengan percepatan swasembada gula nasional dan penyediaan bioetanol sebagai bahan bakar nabati.

“Sekali lagi saya sampaikan seperti bensin sawit, (bioetanol) itu dimulai dari Pertamax Turbo. Jangan Pertalite dioyo-oyo, ya gak akan pernah selesai,” tambahnya.

3. Sempat ada wacana menghapus BBM Pertalite

Dewan Energi Nasional Sarankan Tak Buru-buru Hapus PertaliteMenjelang Hari Natal 2023, PT Pertamina Patra Niaga mengoptimalkan layanan energi di wilayah Sulawesi, baik BBM, LPG dan Avtur. (Dok. Pertamina)

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menanggapi wacana yang sempat ramai diperbincangkan terkait usulan penghapusan Pertalite dan diganti dengan Pertamax Green 92 mulai 2024.

Usulan tersebut pernah ditawarkan oleh PT Pertamina (Persero) dalam rangka menjalankan Program Langit Biru. Sejalan dengan itu, Pertamina telah mengembangkan bahan bakar campuran Pertalite dengan 7 persen etanol (E7) untuk meningkatkan kualitas BBM menjadi RON 92.

Arifin tak mempermasalahkan usulan penggantian Pertalite dengan Pertamax Green 92, asalkan Pertamina dapat menyediakan produk tersebut tanpa menimbulkan beban tambahan, seperti peningkatan biaya atau yang lainnya.

“Ya kalau memang bisa disediakan dengan tidak ada beban tambahan, boleh saja,” kata Arifin di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Senin (15/1/2024).

Baca Juga: Pengguna Pertamax Boleh Serobot Antrean Pertalite, Ini Kata Pertamina

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya