Ekonominya Meroket, Begini Potret Kemiskinan di Maluku Utara

Ada 79 ribu orang miskin di Maluku Utara

Jakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo menyebut tidak ada di dunia ini yang mencatatkan pertumbuhan ekonomi setinggi Maluku Utara di 27 persen. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Maluku Utara secara kumulatif kuartal III-2022 dibanding kumulatif kuartal III-2021 tumbuh sebesar 26,94 persen.

"Hati-hati saya peringatkan, karena pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara itu 27 persen, tertinggi di dunia itu, gak ada di dunia manapun pertumbuhan ekonomi sampai 27 persen," kata Jokowi dalam Rapat Koordinasi Nasional Investasi 2022 bertema Hilirisasi dan Kemitraan untuk Investasi Berkeadilan, Rabu (30/11/2022).

Baca Juga: Jokowi Sebut Ekonomi Maluku Utara Tertinggi di Dunia, Apa Rahasianya?

1. Masih ada 79,87 ribu penduduk miskin di Maluku Utara

Ekonominya Meroket, Begini Potret Kemiskinan di Maluku UtaraPresiden Jokowi berkunjung ke pasar di Halmahera Barat, Maluku Utara pada Rabu (28/9/2022) (dok. Sekretariat Presiden)

Persentase penduduk miskin di Maluku Utara termasuk yang terendah di antara provinsi lain, yakni 62,3 persen. Provinsi Maluku Utara menempati urutan ke-27 jika dirunutkan provinsi dengan persentase penduduk miskin terbanyak. Bahkan provinsi ini lebih sedikit persentase penduduk miskinnya dibandingkan rata-rata nasional.

Persentase penduduk miskin di Maluku Utara pada Maret 2022 yang sebesar 6,23 persen ini menurun 0,15 persen poin terhadap September 2021 dan menurun 0,66 persen poin terhadap Maret 2021.

Jumlah penduduk miskin di Maluku Utara pada Maret 2022 sebesar 79,87 ribu orang, berkurang 1,31 ribu orang dibandingkan September 2021 dan berkurang 7,29 ribu orang dibandingkan Maret 2021.

Namun, persentase penduduk miskin perkotaan pada September 2021 sebesar 4,83 persen, naik menjadi 5,18 persen pada Maret 2022. Sementara persentase penduduk miskin perdesaan pada September 2021 sebesar 7 persen, turun menjadi 6,66 persen pada Maret 2022.

Dibanding September 2021, jumlah penduduk miskin Maret 2022 perkotaan naik sebanyak 1,5 ribu orang, dari 17,60 ribu orang pada September 2021 menjadi 19,09 ribu orang pada Maret 2022.

Sementara itu, pada periode yang sama jumlah penduduk miskin perdesaan turun sebanyak 1,3 ribu orang dari 63,58 ribu orang pada September 2021 menjadi 60,79 orang pada Maret 2022.

Garis Kemiskinan pada Maret 2022 tercatat sebesar Rp514.383/kapita/bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp399.127 (77,59 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp115.255 (22,41 persen).

Pada Maret 2022, secara rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 6,26 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga miskin secara rata-rata adalah sebesar Rp3.220.038/rumah tangga miskin/bulan.

Baca Juga: Jokowi Bilang Rakyat Maluku Utara Paling Bahagia, Ini Alasannya

2. Ada 3,98 persen penduduk menganggur di Maluku Utara

Ekonominya Meroket, Begini Potret Kemiskinan di Maluku UtaraMenteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy bersama Walikota Ternate Tauhid Soleman, tenaga kesehatan, dan pendamping stunting, di Kelurahan Afe-Taduma, Kecamatan Pulau Ternate, Provinsi Maluku Utara, pada Sabtu (11/6/2022) (Dokumentasi Humas Kemenko PMK)

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) per Agustus di Maluku Utara juga terbilang sebagai salah satu yang terendah, menempati posisi ke-26, yaitu sebesar 3,98 persen, turun sebesar 0,73 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2021. Sedangkan TPT rata-rata nasional adalah 5,86 persen.

Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara pada Agustus 2022 ada sebanyak 609,2 ribu orang, naik 12,4 ribu orang dibanding Agustus 2021. Sedangkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Agustus 2022 sebesar 64,88 persen, naik sebesar 0,18 persen poin.

Penduduk yang bekerja di Maluku Utara pada Agustus 2022 sebanyak 585 ribu orang, naik sebanyak 16,3 ribu orang dari Agustus 2021.

Dijelaskan lebih lanjut, lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan terbesar adalah sektor industri pengolahan, yaitu 21,31 ribu orang. Sedangkan sektor perdagangan dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor mengalami penurunan terbesar, yaitu sebesar 5,86 ribu orang.

Ada sebanyak 201,03 ribu orang atau 34,37 persen yang bekerja pada kegiatan formal, turun 2,08 persen dibanding Agustus 2021.

Persentase setengah pengangguran dan pekerja paruh waktu mengalami penurunan, masing-masing sebesar 5,17 persen poin dan 2,98 persen poin dibandingkan Agustus 2021.

Terdapat 5,2 ribu orang atau 0,56 persen penduduk usia kerja di Maluku Utara yang terdampak COVID-19. Sementara itu, penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena COVID-19 sebanyak 4,39 ribu orang.

Baca Juga: Inflasi Terendah di Indonesia, Pemprov Maluku Utara Dipuji Mendagri

3. Jokowi minta pertumbuhan ekonomi Maluku Utara dipertahankan

Ekonominya Meroket, Begini Potret Kemiskinan di Maluku UtaraPresiden Joko Widodo (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Jokowi meminta agar Maluku Utara dapat mempertahankan capaian pertumbuhan ekonominya agar tidak merosot. Untuk itulah dia menyarankan agar berhati-hati.

"Kenapa saya peringatkan? supaya yang bener ini terus dipertahankan, ditingkatkan lebih baik lagi. Kalau saya puji-puji bisa kesenangan nanti lupa tahu-tahu melorot menjadi 5 persen. Hati-hati, 27 persen itu gak ada di seluruh dunia yang memiliki pertumbuhan ekonomi setinggi itu, karena apa? di situ ada industri baru, di situ ada hilirisasi," tutur Jokowi.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) Maluku Utara, ekonomi Maluku Utara secara kumulatif kuartal III-2022 dibanding kumulatif kuartal III-2021
tumbuh sebesar 26,94 persen.

Pertumbuhan terjadi pada empat belas lapangan usaha, tertinggi adalah industri pengolahan sebesar 112,50 persen, diikuti transportasi dan pergudangan sebesar 37,15 persen, pertambangan dan penggalian sebesar 33,33 persen. Kemudian perdagangan besar-eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 10,02 persen. Selanjutnya informasi dan komunikasi sebesar 8,06 persen.

Selain itu, pertumbuhan juga terjadi hampir pada semua komponen pengeluaran, kecuali komponen PKP yang mengalami kontraksi sebesar 2,9 persen.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen ekspor LN sebesar 108,82 persen. Kemudian diikuti komponen PMTB sebesar 76,98 persen, komponen PK-LNPRT sebesar 6,52 persen, komponen PK-RT sebesar 5,61 persen. Sementara itu, komponen impor LN sebagai faktor pengurang dalam PDRB tumbuh sebesar 143,03 persen.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya