Geram soal Impor Alpukat, Moeldoko: Sinting!

Indonesia kalah dari Thailand

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko geram terhadap kondisi pertanian dan perkebunan di Indonesia. Salah satu yang disoroti adalah impor alpukat.

Pria yang juga memegang posisi sebagai Kepala Staf Kepresidenan itu heran mengapa Indonesia harus mengimpor alpukat. Padahal, penanaman bisa dilakukan di dalam negeri.

"Ironis lagi, kenapa kita impor namanya alpukat dari Australia? Sinting kita, kita bisa menanam? Saya sudah nanam bisa. Kenapa kita begitu?" kata Moeldoko dalam Kompas Talk: Ketahanan Pangan melalui Elektrifikasi Agrikultur, di Hotel Westin, Jakarta, Rabu (12/7/2023).

Baca Juga: 5 Perbedaan Alpukat Mentega dan Alpukat Biasa, Apa Ciri-cirinya? 

1. Buah naga merah yang potensial tak ditanam secara masif di Indonesia

Geram soal Impor Alpukat, Moeldoko: Sinting!Ilustrasi buah naga (pexels.com/Any Lane)

Moeldoko bercerita, baru-baru ini berbincang dengan warga Amerika. Warga AS tersebut memberitahu bahwa buah naga merah dihargai 15 dolar AS per buah atau setara Rp175 ribu di Amerika Serikt.

"Di sini berapa sih, satu kilo? Ironis kita ini. Pertanyaan berikutnya, kenapa sih kita gak nanam yang masif begitu? Dikawal dengan baik oleh Kementerian Pertanian. Ini menjadi produk unggulan Indonesia. Itu devisa itu, luar biasa. Itu bagi para petani luar biasa," ujarnya.

Baca Juga: Cara Merawat Pohon Buah Naga agar Tumbuh Optimal dan Buah Lebat

2. Edamame yang diproduksi Jember malah terkenal dari Jepang

Geram soal Impor Alpukat, Moeldoko: Sinting!ilustrasi edamame (freepik.com /stockking)

Moeldoko juga menyinggung kacang kedelai muda alias edamame yang terkenal dari Jepang. Padahal, kata dia, produk pertanian tersebut berasal dari Jember, Indonesia.

"Mungkin kita happy makan kedelainya Jepang, edamame. Edamame itu ditanam di Jember. Begitu keluar langsung di-packaging pakai bahasa Jepang. Itu dari Jember, tenanan iku," ungkapnya.

Baca Juga: Petani Tembakau di Jember Terpaksa Panen Prematur Gegara Banjir

3. Keunggulan tembakau Indonesia tak dioptimalkan

Geram soal Impor Alpukat, Moeldoko: Sinting!ilustrasi tanaman tembakau (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Indonesia, kata Moeldoko, punya keunggulan di komoditas tembakau. Hanya saja seiring berjalannya waktu ladang tembakau semakin berkurang. Padahal, menurut Moeldoko, Indonesia bisa menyuplai tembakau untuk industri cerutu.

"Padahal dulu Belanda telah menginventarisasi ladang-ladang tembakau. Kita memiliki tembakau Temanggung, memiliki tembakau Jember, memiliki tembakau Deli, memiliki tembakau di daerah-daerah yang lain. Hilang sekarang," tuturnya.

Baca Juga: 5 Perbedaan Edamame dan Kacang Lima, Gak Cuma Baik untuk Dikonsumsi 

4. Komoditas unggulan Indonesia harus dimanfaatkan

Geram soal Impor Alpukat, Moeldoko: Sinting!Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menggelar perayaan Hari Ulang Tahun  ke-49 tahun. (dok. IDN Times/Istimewa)

Moeldoko mengajak para pihak memikirkan cara mengoptimalkan produk pertanian Indonesia, termasuk melakukan inventarisasi produk-produk unggulan Indonesia.

Dia menekankan buah tropis yang dihasilkan Indonesia banyak dibutuhkan oleh negara lain. Sebab, yang bisa menghasilkan buah tropis hanya negara-negara tertentu di kawasan ASEAN.

"Kenapa harus Thailand yang negaranya kecil seperti itu merajai itu? Kenapa sih Indonesia gak bisa? Kita memiliki varian tanah yang masing-masing punya keunggulan," tambahnya.

Topik:

  • Dheri Agriesta

Berita Terkini Lainnya