Ini Pemilik BlackRock yang Punya Harta Rp14 Triliun

Perusahaannya didirikan pada 1988

Jakarta, IDN Times - Salah satu pendiri sekaligus CEO BlackRock, Larry Fink mengantongi kekayaan bersih sebesar 1 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada 2022. Harta tersebut setara Rp14,8 triliun (asumsi kurs Rp14.800 per dolar AS).

BlackRock merupakan adalah salah satu perusahaan penyedia solusi investasi, penasihat, dan manajemen risiko terkemuka di dunia. Sebagai manajer investasi global dan fidusia, didirikannya BlackRock bertujuan untuk membantu kliennya memperoleh kesejahteraan finansial.

Baca Juga: Blackrock Neurotech Pasang Chip di Otak 50 Manusia, Apa Tujuannya?

1. Profil Larry Fink

Ini Pemilik BlackRock yang Punya Harta Rp14 TriliunIlustrasi Orang Terkaya. (IDN Times/Aditya Pratama)

Dikutip dari situs web resmi perusahaan, Laurence D. Fink atau Larry Fink adalah Chairman dan CEO BlackRock. Dia dan tujuh rekannya mendirikan perusahaan tersebut pada tahun 1988. Berkat tangan dinginnya, BlackRock telah berkembang menjadi pemimpin global sebagai perusahaan solusi investasi dan teknologi.

Sebelum mendirikan BlackRock pada tahun 1988, Fink adalah anggota Komite Manajemen dan Direktur Pelaksana The First Boston Corporation. Dia juga menjabat sebagai anggota Dewan Pengawas New York University (NYU) dan World Economic Forum, serta Ketua Dewan Pengawas NYU Langone Medical Center.

Selain itu, Fink juga menjabat sebagai anggota dewan Museum of Modern Art, Dewan Hubungan Luar Negeri, dan Komite Penyelamatan Internasional. Dia juga menjabat sebagai Dewan Penasihat Sekolah Ekonomi dan Manajemen Universitas Tsinghua di Beijing dan Komite Eksekutif Kemitraan untuk Kota New York.

Fink memperoleh gelar MBA dari University of California di Los Angeles (UCLA) pada 1976 dan gelar BA dari UCLA pada 1974.

Baca Juga: 10 Perusahaan Investasi Terbesar di Dunia, BlackRock Menguasai Dunia?

2. Sejarah BlackRock

Ini Pemilik BlackRock yang Punya Harta Rp14 TriliunBlackRock Logo (dok. blackrock.com/corporate)

Selama 30 tahun terakhir, BlackRock telah berevolusi dari perusahaan rintisan dengan 8 orang menjadi perusahaan global yang dipercaya mengelola lebih banyak aset dibandingkan manajer investasi lainnya.

BlackRock dimulai pada 1988 dengan 8 orang dalam satu ruangan yang memiliki tekad sama untuk mengutamakan kebutuhan dan minat klien. Mereka percaya dapat mengelola aset dengan cara yang lebih baik untuk kliennya, yaitu dengan memanfaatkan hasrat mereka untuk memahami dan mengelola risiko.

Pada 1999, perusahaan menyadari peluang untuk menghadirkan transparansi, skala, dan inovasi pada manajemen risiko untuk industri yang lebih luas. Di tahun tersebut, BlackRock mulai menjual teknologi miliknya, Aladdin.

Pada 1 Oktober 1999, BlackRock melakukan Penawaran Umum Perdana (IPO) di Bursa Efek New York dengan harga 14 dolar AS per saham. Pada akhir tahun itu, perusahaan memiliki 165 miliar dolar AS aset yang dikelola berkat hubungan yang semakin kuat dengan berbagai institusi global.

BlackRock mendirikan BlackRock Solutions pada tahun 2000, dengan Aladdin sebagai basis bisnis. Itu menandai awal peran BlackRock sebagai penyedia teknologi.

Kemudian, BlackRock mengakuisisi Merrill Lynch Investment Management pada 2006, memperluas kehadiran ritel dan internasionalnya.

Di tengah krisis keuangan 2008, Kepala Federal Reserve Bank of New York meminta BlackRock untuk menganalisis aset sekuritas beragun hipotek Bear Stearns dan menentukan nilainya. BlackRock memainkan peran penasihat utama bagi lembaga-lembaga di seluruh dunia yang berusaha mengatasi krisis keuangan.

Pada tahun 2009, BlackRock mengakuisisi Barclay's Global Investors (BGI), menjadikannya manajer aset terbesar di dunia, dengan karyawan di 24 negara. Dengan akuisisi tersebut, BlackRock melakukan langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, yaitu menyatukan strategi alfa dan indeks dalam satu atap untuk memberikan solusi yang lebih luas bagi para klien.

BlackRock meluncurkan iShares Core pada 2012. Tujuannya untuk memberikan eksposur pasar saham dan obligasi yang luas kepada para investor sebagai fondasi portofolio mereka dengan cara yang murah dan hemat pajak.

Baca Juga: 10 Daftar Orang Terkaya di Indonesia 2023, Salah Satunya Perempuan!

3. BlackRock semakin mematangkan strategi bisnis

Ini Pemilik BlackRock yang Punya Harta Rp14 Triliunilustrasi perusahaan (IDN Times/Aditya Pratama)

Aladdin Wealth, yang memanfaatkan data dan kapabilitas risiko yang sama dengan yang digunakan oleh tim investasi BlackRock, dijual kepada klien wealth management pertama mereka pada 2016.

Hal itu dilakukan mengingat lanskap manajemen kekayaan yang terus berubah. BlackRock berfokus pada penyediaan keahlian konstruksi portofolio bagi para penasihat keuangan dengan memanfaatkan beragam platform dan teknologi konstruksi portofolio perusahaan.

BlackRock semakin meningkatkan komitmennya terhadap Penatalayanan Investasi, dengan menekankan pentingnya tujuan terhadap profitabilitas jangka panjang. Melalui pekerjaan itu dan dedikasi keseluruhan terhadap Penatalayanan Investasi selama 7 tahun terakhir, perusahaan melampaui pemberian kuasa untuk terlibat dengan perusahaan guna mendorong kinerja keuangan jangka panjang dan berkelanjutan dan pada akhirnya nilai aset klien.

Kemudian, BlackRock meluncurkan AI Lab pertamanya di Palo Alto pada 2018. Itu dilakukan untuk mempercepat penggunaan kecerdasan buatan dan disiplin ilmu terkait, yaitu pembelajaran mesin, ilmu data, pemrosesan bahasa alami untuk meningkatkan hasil dan mendorong kemajuan bagi investor, klien, dan perusahaan.

BlackRock semakin memfokuskan perannya dalam krisis pensiun, dengan meluncurkan BlackRock Retirement Solutions Group pada 2019. Dengan dua pertiga aset yang mereka kelola terkait dengan masa pensiun, inisiatif baru itu dibentuk untuk mengeksplorasi solusi inovatif bagi tantangan masa pensiun yang paling mendesak.

Di tahun tersebut, BlackRock juga mengakuisisi eFront, penyedia perangkat lunak dan solusi manajemen investasi alternatif end-to-end terkemuka di dunia. Langkah tersebut bertujuan untuk mempercepat ambisi perusahaan dalam membuat alternatif menjadi lebih sedikit dan memungkinkan pendekatan portofolio secara menyeluruh.

Akuisisi tersebut menetapkan standar baru untuk teknologi investasi dan manajemen risiko, yang memungkinkan investor untuk mengelola portofolio di seluruh kelas aset publik dan privat dengan lancar dalam satu platform.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya