Investor Antisipasi Rapat The Fed, Dolar AS Menguat Sore Ini

Rupiah melemah 51 poin

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar AS hingga penutupan perdagangan, Rabu (1/11/2023). Rupiah berakhir di level Rp15.935,5 per dolar AS.

Mengutip Bloomberg, mata uang Garuda melemah sebanyak 51 poin atau 0,32 persen pada penutupan. Posisi rupiah sore ini melanjutkan tren pelemahan pada pembukaan perdagangan tadi pagi.

Baca Juga: Rupiah Melemah Pagi Ini, Dolar Tembus Rp15.926,5

1. Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah BI

Nilai tukar rupiah juga melemah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) ke Rp15.946 per dolar AS pada Rabu.

Kurs mata uang Garuda hari ini lebih besar dibandingkan posisi pada Selasa (31/10/2023) yang ada di level Rp15.897 per dolar AS. Dengan kata lain, rupiah melemah 49 poin.

Baca Juga: Genjot Interkoneksi Listrik, Negara Bisa Hemat Triliunan Rupiah

2. Pasar keuangan antisipasi hasil rapat the Fed

Pengamat Pasar Keuangan, Lukman Leong, mengatakan, rupiah melemah terhadap dolar AS di tengah antisipasi pelaku pasar terhadap Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung pada Kamis (2/11/2023) dini hari.

Itu adalah komite dalam bank sentral AS atau Federal Reserve (the Fed) yang bertanggung jawab untuk mengatur kebijakan moneter di negara tersebut. FOMC bertemu secara berkala untuk mengevaluasi kondisi ekonomi dan membuat keputusan suku bunga maupun kebijakan moneter lainnya.

Tujuan dari bank sentral AS yang tercermin dari kebijakan yang diambil adalah untuk mencapai stabilitas harga alias menahan laju inflasi.

Baca Juga: Apa yang Terjadi Jika Rupiah Terus Melemah Terhadap Dolar AS?

3. Ekonomi AS diperkirakan masih tahan terhadap kenaikan suku bunga

Sementara, Pengamat Pasar Keuangan, Ariston Tjendra, mengatakan, penguatan dolar AS didorong oleh membaiknya data ekonomi AS yang dirilis semalam, yaitu data indeks biaya pegawai, harga rumah, dan tingkat keyakinan konsumen.

"Perekonomian AS yang solid mendukung kebijakan suku bunga tinggi AS," sambungnya.

Selain itu, penguatan dolar AS juga bisa mengindikasikan antisipasi pasar terhadap hasil rapat the Fed yang akan dirilis dini hari nanti.

Dia menambahkan, pasar akan mencermati pernyataan bank sentral soal kebijakan suku bunga tinggi ke depannya dengan kondisi inflasi AS yang belum turun ke target 2 persen.

Baca Juga: Jokowi Groundbreaking Bandara IKN, Pastikan Bisa Dipakai Juni 2024

Topik:

  • Deti Mega Purnamasari

Berita Terkini Lainnya