Kemenperin Tepis Tudingan Faisal Basri soal Deindustrialisasi

Kritik Faisal Basri disikapi positif

Jakarta, IDN Times - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membantah tudingan Faisal Basri yang menyatakan Indonesia mengalami deindustrialisasi. Namun, kritik yang disampaikan oleh ekonom senior itu diterima secara positif.

Plt Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Ignatius Warsito menyebut dibutuhkan riset yang komprehensif untuk menyatakan deindustrialisasi.

"Jadi, pandangan-pandangan pakar termasuk kemarin ada kritikan terhadap pemerintah dari Faisal Basri ini ya kita harus sikapi secara positif," kata Ignatius dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (28/8/2023).

Baca Juga: Faisal Basri Pertanyakan Sumber Data Jokowi soal Hilirisasi

1. Pemerintah berupaya tingkatkan kinerja sektor industri

Kemenperin Tepis Tudingan Faisal Basri soal DeindustrialisasiIlustrasi kawasan industri yang mengkonsumsi listrik di Jateng dan DI Yogyakarta. (dok. PLN)

Ignatius memaparkan, pihaknya melihat isu deindustrialisasi sebagai introspeksi untuk meningkatkan kinerja industri, maupun untuk mencapai target kontribusi industri terhadap produk domestik bruto (PDB), ekspor, investasi, dan penciptaan lapangan kerja. Itu merupakan upaya yang dilakukan pemerintah dari waktu ke waktu.

"Kalau kita lihat secara pasca COVID atau selama COVID ini kita juga sudah all out semua, bukan hanya dari pemerintah tapi industri, semua bekerja bersama-sama dan ini menghasilkan suatu tren positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia," tuturnya.

Dia menjelaskan, pemerintah sedang mendorong hilirisasi industri. Jadi, anggapan bahwa Indonesia mengalami deindustrialisasi tidak tepat. "Bahwa melihat dari hilirisasi belum selesai (masih terus dilakukan), harusnya ada industrialisasi," sambungnya.

Baca Juga: Bantah Faisal Basri, Luhut Tegaskan Tidak Beri Data Keliru ke Jokowi

2. Industri pengolahan nonlogam masih mengalami pertumbuhan signifikan

Kemenperin Tepis Tudingan Faisal Basri soal DeindustrialisasiPabrik smelter Inalum di Kuala Tanjung (Dok.Istimewa)

Direktur Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam Kemenperin Wiwik Pudjiastuti mengatakan, industri pengolahan nonlogam masih menunjukkan pertumbuhan yang positif.

"Sektor industri pengolahan nonlogam ini kita sebenarnya kalau dibilang tadi deindustrialisasi kita mungkin terbalik, bahkan bisa dikatakan seperti itu. Karena di 2022, sektor kita itu investasinya bertumbuh hampir 25 persen, di angka 24,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya," ujarnya.

Selanjutnya, pada semester I-2023, investasi baru pada industri pengolahan nonlogam tercatat sebesar Rp7,3 triliun atau tumbuh 26,2 persen. "Tentunya ini kalau kita bicara dari data pun kita juga tidak bisa melihat bahwa di sini ada deindustrialisasi khususnya di sektor mineral logam," ujarnya.

3. Faisal Basri sebut pemerintah tak punya strategi yang ampuh untuk industrialisasi

Kemenperin Tepis Tudingan Faisal Basri soal DeindustrialisasiIDN Times / Shemi

Sebelumnya, Faisal menyebut saat ini pemerintah tidak punya strategi industrialisasi yang jelas sehingga menyebabkan deindustrialisasi mm terjadi di dalam negeri.

“Tidak ada strategi industrialisasi, yang ada adalah kebijakan hilirisasi. Sekadar bijih nikel dioleh jadi NPI (nickel pig iron) atau jadi feronikel, lalu 99 persen diekspor ke China. Jadi hilirisasi di Indonesia nyatanya mendukung industrialisasi China,” kata Faisal dikutip dari saluran YouTube INDEF.

Berdasarkan penjelasan Faisal Basri, kebijakan industrialisasi mampu meningkatkan perekonomian pada struktur industri lokal dan meningkatkan nilai tambah dalam negeri. Sedangkan hilirisasi yang dilakukan Indonesia tak diolah sampai menjadi produk akhir bernilai tinggi.

Baca Juga: Jadi Pemain Global, Indonesia Harus Atasi Tantangan Deindustrialisasi

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya