Kemenperin Datangi Pihak Sepatu Bata Imbas Tutup Pabrik, Ini Hasilnya

Kemenperin menilai kurang tepat

Jakarta, IDN Times - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melakukan pertemuan dengan manajemen PT Sepatu Bata Tbk untuk membahas penutupan pabrik sepatu Bata di Purwakarta.

Dalam pertemuan tersebut, yang dihadiri oleh para direksi perusahaan, keputusan penutupan lini produksi diungkapkan sebagai bagian dari strategi bisnis perusahaan untuk memfokuskan penjualan pada toko-toko (store) guna menghadapi persaingan industri sepatu domestik.

“Direksi menyampaikan, dalam rangka efisiensi dan memperhatikan trend pasar yang cepat dan bervariasi, maka PT Sepatu Bata Tbk fokus pada pengembangan produk dan desain yang memenuhi selera pasar,” kata Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki (ITKAK) Adie Rochmanto Pandiangan dalam keterangannya, Kamis (9/5/2024).

1. Kemenperin menilai penutupan pabrik oleh Sepatu Bata kurang tepat

Kemenperin Datangi Pihak Sepatu Bata Imbas Tutup Pabrik, Ini Hasilnyailustrasi iklan sepatu Bata jadul (thebatacompany.com)

Kemenperin menilai langkah penutupan pabrik oleh perusahaan Sepatu Bata sebetulnya kurang tepat. Menurut Kemenperin, kondisi industri sepatu nasional sedang tumbuh dengan kebijakan pengendalian impor dan jaminan bahan baku.

Pemerintah berharap setelah kondisi perusahaan membaik, perusahaan dapat membuka kembali pabriknya di Indonesia dengan kapasitas yang lebih besar.

Menurut Adie, salah satu faktor yang menyebabkan penutupan pabrik di Purwakarta adalah inefisiensi produksi dan produk yang tidak sesuai dengan selera konsumen, sehingga perusahaan memilih untuk lebih fokus pada lini bisnis ritel.

Dia mengatakan, berdasarkan data, sebelum penutupan pabrik, hanya ada 233 karyawan yang bekerja di pabrik Sepatu Bata, dan produksi hanya mencapai 30 persen dari kapasitas penuh. Selain itu, terjadi penurunan produksi dari 3,5 juta pasang pada 2018 menjadi 1,15 juta pasang pada 2023.

“Dampaknya, PT Sepatu Bata Tbk mengalami peningkatan kerugian setiap tahun, terus menurunnya nilai aset, menurunnya ekuitas, serta liabilitas yang terus meningkat,” jelasnya.

Baca Juga: Sejarah Sepatu Bata, Brand Asal Ceko Berdiri Sejak 1894

2. Penjualan merek sepatu yang diproduksi Bata mengalami perbaikan

Kemenperin Datangi Pihak Sepatu Bata Imbas Tutup Pabrik, Ini Hasilnyailustrasi belanja karena promo (pexels.com/Max Fischer)

Adie mengungkapkan, penjualan produk merek Bata melalui toko-toko yang dimiliki perusahaan dalam dua tahun terakhir mengalami perbaikan.

Manajemen Sepatu Bata menyatakan merek-merek seperti North Star, Power, Marie Claire, Bubblegummers, dan Weinbrenner yang berada di bawah naungan perusahaan masih tetap diminati oleh konsumen dan memiliki preferensi yang baik di mata konsumen.

“Kami melihat bahwa strategi ini penting bagi perusahaan, seperti halnya merek-merek besar sepatu global yang berfokus pada pengembangan produk dan merek.” tambah Adie.

3. Penjelasan Sepatu Bata soal penutupan pabrik di Purwakarta

Kemenperin Datangi Pihak Sepatu Bata Imbas Tutup Pabrik, Ini HasilnyaSejarah sepatu Bata di dunia (thebatacompany.com)

Sepatu Bata mengumumkan pabrik mereka di Purwakarta merupakan bagian kecil dari keseluruhan operasi perusahaan, baik dari segi bisnis maupun produksi. Manajemen perusahaan menyatakan penutupan pabrik tersebut merupakan langkah yang paling realistis, mengingat ukurannya yang relatif kecil dibandingkan dengan produsen sepatu lainnya.

Perusahaan menjelaskan fokus pada bisnis retail menjadi penting untuk memperbaiki kinerja bisnis dan penjualan yang mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Dengan demikian, penutupan pabrik Purwakarta dianggap sebagai langkah strategis untuk memperkuat bisnis mereka di sektor ritel.

Mereka juga menegaskan strategi bisnis mereka akan tetap memastikan produk yang dijual berasal dari produsen dalam negeri yang telah bekerja sama dengan perusahaan, seperti PT Prestasi Ide Jaya dan enam pabrik lainnya.

Dengan strategi tersebut, meskipun pabrik ditutup, pihak Sepatu Bata menjamin jumlah sepatu produksi dalam negeri yang dipasarkan akan tetap sama, bahkan meningkat. Selain itu, pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akan dialihkan ke pabrik sepatu lain di sekitar Purwakarta.

Baca Juga: Profil Tomas Bata, Pemilik Sepatu Bata Asal Republik Ceko

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya