Laju Ekspansi Industri Melambat Imbas Daya Beli Masyarakat Turun

Industri tembakau hingga farmasi terpukul

Jakarta, IDN Times - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat ekspansi yang dilakukan oleh pelaku industri mengalami penurunan. Hal itu disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat.

Ada sejumlah faktor yang menyebabkan melemahnya daya beli masyarakat, yaitu perlambatan ekonomi global sejak akhir 2022, kenaikan suku bunga, dan penurunan harga komoditas produk utama ekspor.

Hal ini ditunjukkan oleh nilai Indeks Ekspektasi Penjualan tiga bulan ke depan atau kuartal II-2023. Hasil Survei Penjualan Eceran BI hanya 129,8 pada April 2023, lebih rendah 24,38 poin dibandingkan periode yang sama tahun 2022. Kondisi tersebut mempengaruhi nilai Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Mei 2023 yang ekspansinya semakin melambat.

“Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Mei 2023 mencapai 50,9. Tetap ekspansi, meskipun melambat 0,48 poin dibandingkan April 2023,” kata Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif dalam keterangan tertulis, dikutip IDN Times, Kamis (1/6/2023).

Baca Juga: Halau Badai PHK, Pemerintah Diminta Perkuat Daya Beli Masyarakat

1. Industri tembakau hingga farmasi alami kontraksi

Laju Ekspansi Industri Melambat Imbas Daya Beli Masyarakat TurunRibuan pekerja menyelesaikan proses pembuatan rokok kretek di Pabrik Rokok Djarum Kudus, Desa Megawon, Jati, Kudus, Jateng, Selasa (5/6/2012). (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Febri menerangkan, perlambatan IKI pada Mei 2023 dipengaruhi oleh penurunan IKI beberapa subsektor industri, dari yang sebelumnya ekspansi menjadi kontraksi, yaitu subsektor industri pengolahan tembakau, industri kertas dan barang dari kertas, industri percetakan dan reproduksi media rekaman, industri farmasi, obat kimia, dan tradisional, dan industri logam dasar.

Hal itu menyebabkan share subsektor ekspansi terhadap PDB industri pengolahan nonmigas pada kuartal I-2023 menurun menjadi 70,6 persen.

Selain itu, penurunan IKI disebabkan oleh kontraksi beberapa subsektor yang memiliki share PDB cukup besar setelah mengalami ekspansi, misalnya seperti industri logam dasar dan industri pengolahan tembakau. Kedua, melandainya ekspor karena penurunan harga komoditas dan melemahnya nilai tukar rupiah.

“Ketiga, masih terdapatnya stok persediaan dari bulan April karena terjadinya penurunan daya beli masyarakat selama Lebaran, tidak seperti pada tahun sebelumnya,” sebut Febri.

Penurunan nilai IKI Mei 2023, jika dilihat lebih rinci, terjadi karena penurunan nilai variabel pesanan baru sebesar 0,73 poin menjadi 49,84 dan variabel produksi yang menurun 2,07 poin menjadi 50,01. Di sisi lain, variabel Persediaan mengalami kenaikan 2,67 poin menjadi 54,90.

Kemenperin menilai kondisi tersebut menunjukkan terjadinya penumpukan stok persediaan. Akibatnya, perusahaan mengurangi produksi, di samping terjadinya penurunan pesanan. Pesanan domestik masih menjadi faktor dominan yang mempengaruhi indeks variabel pesanan baru.

2. Pelaku usaha masih optimis

Laju Ekspansi Industri Melambat Imbas Daya Beli Masyarakat TurunIlustrasi pabrik. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Dia melanjutkan, beberapa subsektor dengan share PDB terbesar masih mengalami ekspansi, yaitu industri makanan, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia dan industri kendaraan bermotor, trailer dan semi trailer.

“Untuk Juni 2023, Kemenperin optimis IKI akan naik kembali,” Febri menambahkan.

Febri mengatakan, mayoritas pelaku usaha menyatakan kondisi usaha secara umum pada Mei 2023 stabil, yaitu sebanyak 44,8 persen dan 28,1 persen. Jadi, kondisi kegiatan usahanya meningkat dibanding April 2023.

Walaupun terjadi penurunan, tingkat optimisme pelaku usaha akan kondisi enam bulan ke depan meningkat signifikan. Di bulan Mei, pandangan terhadap kondisi usaha enam bulan ke depan tercatat sebesar 66,2 persen pelaku usaha lebih optimis. Angka tersebut meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 64,7 persen, dan menjadi angka tertinggi sejak IKI diluncurkan.

Mayoritas responden yang menjawab optimis menyampaikan keyakinannya terhadap kondisi pasar akan membaik dan kepercayaannya karena kebijakan pemerintah pusat yang lebih baik. Sedangkan 9 persen pelaku usaha masih pesimis dengan kondisi usaha enam bulan ke depan. Angka itu juga merupakan nilai terendah sejak peluncuran IKI pada November 2022.

Baca Juga: BPKN Sidak ke Pusat Pasar: Pasokan dan Harga Stabil, Daya Beli Menurun

3. Beragam penyebab menurunnya laju ekspansi industri

Laju Ekspansi Industri Melambat Imbas Daya Beli Masyarakat TurunSuasana pabrik tekstil dan garmen PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex di Sukoharjo Jawa Tengah. IDN Times/Anggun Puspitoningrum.

Direktur Industri Logam Kemenperin Liliek Widodo mengatakan, IKI industri logam dasar pada Mei terkontraksi setelah sebelumnya selalu dalam level ekspansi. Kondisi tersebut dipengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia kuartal I-2023 sebesar 2,8 persen, atau menurun 0,5 persen dari tahun 2022 sebesar 3,3 persen dan penurunan harga komoditas produk logam.

Kemudian, tidak beroperasinya salah satu perusahaan besar di bidang logam mengakibatkan rantai suplai industri logam dasar terganggu sehingga mengalami kontraksi.

Kondisi serupa terjadi pada industri pengolahan tembakau yang pada bulan Mei terkontraksi setelah sebelumnya selalu dalam level ekspansi. Penyebabnya adalah penurunan penjualan rokok golongan I (SKM dan SPM) meskipun penjualan rokok SKT mengalami peningkatan 20 persen.

Industri tekstil, indeks keyakinan konsumen-BI meskipun masih terkontraksi, terjadi peningkatan. Industri tekstil, produk tekstil dan alas kaki masih terdorong produksinya dengan adanya momentum Hari Raya Idul Fitri. Namun, subsektor ini sangat rentan terhadap kondisi pasar Uni Eropa sehingga kenaikan inflasi dan suku bunga yang terjadi di Uni Eropa menyebabkan konsumen menahan pembelian.

“Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga terjadi di negara-negara seperti Bangladesh, Vietnam dan Thailand. Terkait dengan kondisi ketiga subsektor tersebut yang selama ini masih terkontraksi, Kemenperin telah melakukan business matching di Amerika Serikat dan berupaya menjaga konsumsi dalam negeri,” kata Direktur Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin, Adie Rochmanto Pandiangan.

Direktur Industri Kimia Hilir dan Farmasi Kemenperin, Saiful Bahri mengatakan industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional mengalami kontraksi karena pangsa pasarnya cukup sensitif dan produksinya telah dioptimalkan pada bulan sebelumnya.

Selain itu, pasar produk ini didominasi oleh pemerintahan. Terjadinya perubahan pada proses pelayanan di rumah sakit (RS) dengan diterapkannya sistem integrated e-prescription mengakibatkan pasien rawat jalan hanya akan memperoleh obat dari instalasi farmasi RS tersebut. Hal itu berdampak pada penurunan penjualan ritel di apotek atau toko obat sehingga memberikan pengaruh pada penurunan pesanan baru subsektor ini.

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya