Pabrik Semen Dituding Penyumbang Polusi di Jakarta, Benarkah?

Kemenperin beri bukti lain

Jakarta, IDN Times - Pabrik semen dituding sebagai salah satu penyumbang polusi udara di Jakarta. Namun, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut hal itu tidak benar.

Direktur Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam Kemenperin Wiwik Pudjiastuti mengatakan, ada tiga pabrik semen di sekitar Jabodetabek.

Ketiganya, sudah terhubung dengan Sistem Informasi Pemantauan Emisi Industri Kontinyu (SISPEK). Itu merupakan sistem yang menerima dan mengelola data hasil pemantauan emisi cerobong industri yang dilakukan dengan pengukuran secara terus menerus atau Continuous Emissions Monitoring System (CEMS).

"Jadi, dari waktu ke waktu itu KLHK sebenarnya juga sudah bisa mengontrol, posisi emisi yang dikeluarkan oleh industri semen kita, karena sudah terkonek di dalam sistem SISPEK mereka," kata Wiwik dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (28/8/2023).

Baca Juga: Respons Heru Budi soal Semprot Air Tak Efektif Atasi Polusi Udara DKI

1. Jika pabrik semen sebabkan emisi tinggi harusnya sudah terdeteksi sejak awal

Pabrik Semen Dituding Penyumbang Polusi di Jakarta, Benarkah?ilustrasi polusi udara pekat (IDN Times/Gregorius Aryodamar P)

Dalam situs web resmi KLHK, disebut prinsip kerja SISPEK, di mana emisi dari cerobong akan diukur dengan peralatan CEMS dan data hasil pengukuran akan diakuisisi melalui Data Acquisition System (DAS) setiap 5 menit sekali.

Data dari DAS akan dikirim ke DIS (Data Interfacing System), sebuah sistem yang terdiri dari aplikasi dan penyimpanan data yang akan memproses pengiriman dari server perusahaan ke server SISPEK.

Selanjutnya, DIS akan meminta file autentifikasi kepada server SISPEK. File autentifikasi berisi kode-kode yang harus digunakan untuk dapat mengirimkan data setiap satu jam ke server SISPEK. Apabila data berhasil terkirim, maka DIS akan mendapatkan respons bahwa data telah berhasil masuk ke server SISPEK.

Selanjutnya aplikasi SISPEK akan mengolah data dari perusahaan yang telah masuk untuk disajikan dalam bentuk tabel baku mutu, grafik tren real time emisi dan evaluasi pelaporan industri.

"Jadi, dari situ, itu tentunya kalau kita bicara 'oh, semen menjadi penyebab (polusi)' kalau semen menjadi penyebab, dari awal-awal KLHK sudah tahu duluan karena sudah terkonek langsung di KLHK," ujar Wiwik.

Baca Juga: Polisi Semprot Jalan untuk Atasi Polusi, Kemenkes: Tidak Efisien!

2. Kemenperin sudah mengecek langsung kegiatan di pabrik semen

Pabrik Semen Dituding Penyumbang Polusi di Jakarta, Benarkah?ilustrasi polusi udara (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Kemenperin sudah melakukan monitoring terhadap pabrik semen yang berlokasi di sekitar Jabodetabek. Dari situ diketahui bahwa emisi yang dikeluarkan tidak melebihi ambang batas.

Hari ini, pihaknya juga kembali melakukan monitoring di pabrik semen milik Solusi Bangun Indonesia (SBI) di Narogong yang sudah terhubung dengan KLHK. Terpantau tidak ada emisi tinggi yang dihasilkan.

"Di SBI juga sudah hampir 10 persen memanfaatkan energi baru terbarukan dengan memanfaatkan sampah untuk menggantikan batu bara," tuturnya.

Pihaknya juga memantau kegiatan di pabrik Indocement dan terpantau emisinya terkontrol.

"Jadi kemungkinan terjadinya emisi yang berlebihan, atau di luar ambang batas, rasanya kemungkinan sangat kecil," sambungnya.

Baca Juga: Polusi Udara Jakarta Terburuk Kedua Meski Sudah Diguyur Hujan Buatan 

3. Kemenperin sudah menyurati pelaku industri

Pabrik Semen Dituding Penyumbang Polusi di Jakarta, Benarkah?Ilustrasi Logo Kementerian Perindustrian (Website/kemenperin.go.id)

Plt Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Ignatius Warsito menambahkan, pihaknya sudah ditugaskan oleh Menteri Perindustrian untuk memeriksa kadar emisi yang dihasilkan sektor IKFT.

"Kami sudah menyampaikan surat ke seluruh asosiasi IKFT untuk memetakan daripada tingkat emisi di sektor industri kami. Insya Allah minggu ini kita bisa tahu potretnya, dan seberapa besar kontribusi sektor IKFT terhadap polusi udara," tuturnya.

Pihaknya turut mendorong sektor IKFT untuk melakukan kegiatan dengan pendekatan ramah lingkungan, salah satunya menggunakan energi hijau.

"Perlu dikaji lebih komprehensif lagi. Nah, ini yang kita perlu dudukan sama-sama sehingga kita bisa melihat secara komprehensif," tambahnya.

Topik:

  • Dheri Agriesta

Berita Terkini Lainnya