Pemerintah Cegah Mobil Listrik Made in Thailand Banjiri RI

Agresif ajak investor bangun pabrik di Indonesia

Jakarta, IDN Times - Indonesia berpotensi kebanjiran mobil listrik buatan Thailand apabila Indonesia tidak menggenjot adopsi penggunaan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) di dalam negeri.

Sebab, Negeri Gajah Putih itu sangat cepat mengakselerasi adopsi kendaraan listrik di negaranya.

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin mengatakan, Indonesia juga harus menggenjot adopsi kendaraan listrik agar tidak kalah bersaing.

“Indonesia perlu mengantisipasi, jangan sampai nanti industrinya terbentuk di Thailand besar, Indonesia tidak, terus nanti saat pasar sudah fokus di kendaraan listrik, jangan sampai semua kendaraan listrik kita buatan Thailand,” kata dia dalam keterangan tertulis yang dikutip Rabu (8/11/2023).

1. Thailand jadi saingan terberat Indonesia di kawasan

Pemerintah Cegah Mobil Listrik Made in Thailand Banjiri RIilustrasi mobil listrik yang merupakan bagian dari ekosistem baterai kendaraan listrik yang diwujudkan melalui hilirisasi (freepik.com/prostooleh)

Rachmat menerangkan, sejak ratifikasi Paris Agreement di 2016, populasi kendaraan listrik global terus mengalami perkembangan setiap tahunnya, terakhir naik menjadi 14 persen pada 2022.

Saingan terbesar Indonesia di kawasan regional adalah Thailand yang pasar kendaraan listriknya telah mencapai 8 persen pada 2023.

Oleh karenanya, pemerintah memberikan insentif untuk mendorong pengembangan industri kendaraan listrik, salah satunya program bantuan Rp7 juta per orang untuk pembelian kendaraan motor. Kemudian, mobil dan bus listrik diberikan potongan PPN dari 11 persen menjadi 1 persen.

“Target pemerintah tahun 2030, ada dua juta mobil dan ada 13 juta motor listrik sehingga sudah 10 persen populasi, itu target kita," katanya.

Baca Juga: Daftar Terbaru Raksasa Mobil Listrik yang PDKT ke Indonesia

2. Butuh proses panjang dalam melakukan transisi kendaraan listrik

Pemerintah Cegah Mobil Listrik Made in Thailand Banjiri RIilustrasi mobil listrik (Dok.Kemenko Perekonomian)

Menurut Rachmat, transisi penggunaan kendaraan listrik di Indonesia butuh kerja sama semua pihak dan prosesnya tidak sebentar. Oleh karenanya, Indonesia harus mulai mengambil tindakan.

"Kita harus mulai merencanakan, membuat roadmap. Ini masa depan kita menjadi taruhannya. Oleh karena itu, pemerintah memberikan dorongan yang kuat. Pemerintah tidak bisa sendiri, butuh support dari pemda, industri, dan user,” sebutnya.

Dia menegaskan, pengembangan industri KBLBB adalah bagian dari upaya transisi energi dengan mentransformasi industri dan menjaga lingkungan.

“Industri ini merupakan sektor yang penting untuk Indonesia. Dampak ekonominya juga sangat luas karena kita bukan hanya konsumen tapi juga produsen. Namun, kita juga harus melihat tren dunia yang mulai beralih ke kendaraan listrik,” tuturnya.

Baca Juga: PLN: Kendaraan Listrik Hemat 80 Persen Dibanding Kendaraan BBM

3. Indonesia agresif ajak investor bangun pabrik mobil listrik di Indonesia

Pemerintah Cegah Mobil Listrik Made in Thailand Banjiri RIilustrasi mobil Tesla (Unsplash.com/Tesla Fans Schweiz)

Dia mengatakan, Indonesia bakal kembali kedatangan calon investor kendaraan listrik untuk membangun pabriknya di Indonesia. Harapannya, pembangunannya dapat dimulai tahun depan, dan sudah mulai bisa berproduksi di 2026.

Menurutnya, adopsi kendaraan listrik penting untuk dilakukan, khususnya untuk mengakselerasi agenda dekarbonisasi, memperbaiki kualitas udara, dan menyukseskan hilirisasi mineral kritis Indonesia.

“Tapi kita gak bisa nunggu, kalo kita nunggu kita akan hanya jadi penonton. Karena negara-negara lain sudah sangat aktif mengundang dan mereka sudah mulai membangun pabrik-pabrik," tuturnya.

"Kita harus ingat sebagai negara ASEAN, bea masuk sesama ASEAN itu 0 persen. Jadi kalau misalnya terbangun di negara ASEAN lain, itu masuk Indonesia 0 persen, kita hanya akan jadi konsumen,” tambah Rachmat.

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya