Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diramal Bakal Lebih Rendah di 2023

Proyeksi lembaga dunia 4,7 sampai 5 persen

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan lebih rendah pada 2023. Sedangkan tahun ini, ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh 5,1 persen hingga 5,3 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

"Untuk tahun depan tren forecast untuk ekonomi Indonesia semuanya agak lebih rendah dibandingkan tahun ini. Ini tentu karena tadi enviroment global yang diperkirakan akan melemah, nanti secara tidak langsung juga akan mempengaruhi kinerja perekonomian Indonesia tahun depan," katanya dalam konferensi pers APBN edisi Desember, Selasa (20/12/2022).

Baca Juga: Pemerintah Tak Mau Pertumbuhan Ekonomi RI Dinikmati Segelintir Orang

1. Proyeksi lembaga internasional

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diramal Bakal Lebih Rendah di 2023IMF (www.aa.com)

Sementara itu, sejumlah lembaga dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 4,7 persen hingga 5 persen pada 2023, yakni IMF 5 persen, Bank Dunia 4,8 persen, ADB 5 persen, Bloomberg Consensus 4,9 persen, dan OECD 4,7 persen.

"Kalau dari berbagai institusi lembaga dunia ini, menunjukkan reaksi antara 4,7 persen yang terendah dari OECD, ini forecast mereka November, sampai dengan 5 persen dari ADB dan IMF di mana mereka masih melakukan forecast-nya based on September dan Oktober yang lalu," tutur Sri Mulyani.

Baca Juga: Jokowi Bertemu Presiden ADB, Bahas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

2. Pemerintah waspada kinerja ekspor melambat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diramal Bakal Lebih Rendah di 2023Ilustrasi Ekspor (IDN Times/Aditya Pratama)

Pemerintah mulai waspada terhadap kinerja ekspor Indonesia. Sebab, secara bulanan atau month-to-month (mtm) terlihat adanya indikasi penurunan pertumbuhan ekspor.

"Yang harus kita waspadai month-to-month, jadi antara Oktober ke November sudah mulai adanya indikasi penurunan dari growth export kita, yaitu di 2,5 persen," katanya.

Dia menjelaskan bahwa dengan kondisi dunia yang sedang fokus memerangi inflasi, yang kemudian direspons dengan kenaikan suhu bunga, menyebabkan pelemahan dari kinerja ekonomi negara-negara tujuan ekspor Indonesia.

"Sehingga kita juga harus mewaspadai pengaruhnya kepada kinerja ekspor kita ke depan," ujar Sri Mulyani.

Baca Juga: Luhut Wanti-wanti SDGs Jangan Ganggu Pertumbuhan Ekonomi

3. Indonesia masih dapat mempertahankan surplus neraca perdagangan

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diramal Bakal Lebih Rendah di 2023Ilustrasi neraca perdagangan. (IDN Times/Mardya Shakti)

Secara garis besar, neraca perdagangan Indonesia masih membukukan surplus hingga 30 bulan berturut-turut. Ekspor Indonesia mencapai 24,12 miliar dolar AS hingga November, atau tumbuh 5,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau year-on-year (yoy).

"Kalau year-to-date, Januari hingga November maka pertumbuhan ekspor kita ada di 28,2 persen. Ini merupakan suatu level yang tetap tinggi," tuturnya.

Pada periode Januari hingga November, surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai 50,59 miliar dolar AS, lebih besar dibandingkan tahun lalu yang juga sudah mengalami surplus Januari hingga November sebesar 34,4 miliar dolar AS.

Itu adalah hal yang positif dari perekonomian Indonesia, yaitu sektor eksternal memberikan sumbangan ekspor lebih besar dari impor sehingga berkontribusi terhadap pertumbuhan Indonesia.

"Meskipun kita tetap waspada, tadi bahwa perkembangan enviroment global yang cenderung akan melemah dan kita juga melihat month-to-month-nya sudah mulai menunjukkan adanya indikasi pelemahan dari growth ini," lata Sri Mulyani.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya