Uang Negara Topang Geliat Usaha di Desa Nglanggeran

Terima kucuran dana APBN

Gunung Kidul, IDN Times - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan dana desa yang merupakan sumber pendapatan utama bagi desa memiliki kapasitas fiskal yang kuat untuk mengatasi kendala permodalan. Dana desa bisa dimanfaatkan untuk mendorong pengembangan potensi ekonomi lokal di desa.

Dana desa menjadi pendorong utama bagi desa-desa dalam mengembangkan diri, terutama di sektor ekonomi. Dengan dukungan tersebut desa-desa dapat menghadapi tantangan permodalan dan mengembangkan usaha-usaha lokal seperti pertanian, perkebunan, peternakan, dan usaha mikro dan kecil.

“Dengan dana desa, yang merupakan sumber pendapatan terbesar desa memiliki kapasitas fiskal yang kuat untuk mengatasi kendala permodalan guna mendorong dan mengembangkan potensi ekonomi lokal di desa,” kata Direktur Dana Desa, Insentif, Otonomi Khusus, dan Keistimewaan DJPK, Jaka Sucipta dalam press tour di Desa Nglanggeran, Gunung Kidul, Yogyakarta, dikutip Jumat (3/5/2024).

Baca Juga: Korupsi Dana Desa dan BLT, PJ Kades di Tangerang Divonis 2,5 Tahun Bui

1. Pemerintah suntik dana Rp813.477.000 ke Desa Nglanggeran

Uang Negara Topang Geliat Usaha di Desa NglanggeranGriya Cokelat Nglanggeran di Kabupaten Gunung Kidul. (IDN Times/Trio Hamdani)

Jaka mengungkapkan, perekonomian desa memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. Desa memiliki potensi besar di berbagai sektor danBadan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang dapat dimanfaatkan. Namun, desa menghadapi tantangan yang signifikan dalam mendukung pengembangan usaha mereka.

Desa Nglanggeran di Kabupaten Gunung Kidul memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan perekonomian lokal. Dalam sektor pariwisata, desa ini memiliki potensi agrowisata, embung Nglanggeran, dan air terjun musiman Kedung Kandang.

Di sektor UMKM, selain Pawon Purba, Griya Batik, Griya Spa, dan homestay, Desa Nglanggeran juga memiliki potensi perkebunan kakao. Griya Cokelat Nglanggeran menjadi klaster pengolahan kakao dari hulu sampai hilir. Potensi utama desa ini adalah kakao dan durian di sektor perkebunan.

“Untuk menunjang berbagai potensi tersebut, Pemerintah telah mengalokasikan dana desa sejak tahun 2015, dimana untuk tahun 2024 ini, dana desa yang dialokasikan untuk desa ini mencapai Rp813.477.000,” kata Jaka.

Baca Juga: Kemenkeu Ancam Kades yang Nekat Korupsi Dana Desa: Kami Hentikan!

2. Pemerintah kucurkan Rp1,57 miliar untuk kembangkan homestay

Uang Negara Topang Geliat Usaha di Desa NglanggeranHomestay Binaan SMF di Kabupaten Gunung Kidul. (IDN Times/Trio Hamdani)

Dalam mendukung peningkatan ekonomi Desa Nglanggeran, pemerintah melalui PT Sarana Multigriya Finansial (SMF), menjalankan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) terkait Program Pembiayaan Homestay.

Program ini merupakan inisiatif pertama dari SMF pada 2019. Hingga 2023, SMF telah membiayai 24 unit homestay di desa tersebut, dengan total penyaluran dana mencapai Rp1,57 miliar dengan rata-rata tenor 10 tahun.

“Pembiayaan homestay merupakan salah satu inisiatif yang dilakukan oleh PT SMF sejak tahun 2019, sebagai bagian dari komitmen membantu program pemerintah dalam mendorong ekonomi daerah pada sektor perumahan melalui program homestay di destinasi wisata nasional,” tuturnya.

Desa Nglanggeran pernah masuk dalam Top 100 Destinasi Berkelanjutan Dunia versi Global Green Destinations Days pada 2018 dan meraih gelar Desa Wisata Terbaik dari United Nation World Tourism Organization (UNWTO) pada tahun 2021.

Desa Nglanggeran tercatat mampu menarik minat sebanyak 70.000 wisatawan pada 2023 dengan keindahan alamnya dan pelestarian budayanya.

Baca Juga: Kemenko PMK: Dana Desa Bisa Dipakai untuk Penanganan Bencana Mulai 2024

3. Dukungan ekspor diberikan ke para pelaku usaha Desa Nglanggeran

Uang Negara Topang Geliat Usaha di Desa NglanggeranPerkebunan kakao dan Omah Kakao di Kabupaten Gunung Kidul. (IDN Times/Trio Hamdani)

Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) juga turut mendukung pertumbuhan ekonomi desa melalui program Desa Devisa. Program ini merupakan langkah strategis LPEI untuk mengembangkan komoditas unggulan desa agar bisa bersaing di pasar global. Melalui program tersebut, LPEI memberikan pelatihan manajemen ekspor, pendampingan akses pasar, peningkatan kapasitas produksi, dan bantuan sertifikasi organik.

Desa Nglanggeran dikenal sebagai penghasil kakao dengan lahan perkebunan seluas 10,2 hektar yang mampu memproduksi hingga 10 ton kakao per tahun. Masyarakat desa telah berhasil menghasilkan berbagai produk turunan kakao, termasuk kakao fermentasi, kakao bar, dan kakao nibs.

“Kegiatan ini dilandasi harapan dapat membantu Desa Devisa Gunungkidul untuk memperluas akses pasar ekspor, meningkatkan kapasitas produksi, serta memenuhi persyaratan sertifikasi yang dibutuhkan oleh pasar. Saat ini Desa Devisa Gunungkidul telah berhasil ekspor pertama ke Swiss. Dengan adanya pendampingan dari LPEI maka harapannya warga Desa Nglanggeran mampu melakukan ekspor secara mandiri dan berkelanjutan,” jelasnya.

Direktur Pelaksana Pengembangan Bisnis LPEI, Maqin U Norhadi menyatakan, kegiatan ini bertujuan membantu Desa Devisa Gunung Kidul memperluas akses pasar ekspor, meningkatkan kapasitas produksi, serta memenuhi persyaratan sertifikasi pasar.

Selanjutnya, Pusat Investasi Pemerintah (PIP) melalui program pembiayaan Ultra Mikro (UMi) telah menyalurkan pembiayaan dan pendampingan kepada pelaku usaha ultra mikro di wilayah Provinsi DIY.

PIP bertugas sebagai koordinator pendanaan pembiayaan UMi, dengan 82.510 debitur senilai Rp297,4 miliar di Provinsi DIY dan 16.818 debitur senilai Rp55,24 miliar di Kabupaten Gunung Kidul. Selain pembiayaan, PIP juga memberikan pelatihan kewirausahaan kepada 3.760 debitur dan pelatihan pendamping kepada 1.190 orang di 20 daerah di seluruh Indonesia.

“PIP juga menyediakan pendampingan dan pemberdayaan untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan para pelaku usaha UMi,” tambah Direktur Utama PIP Ismed Saputra.

Topik:

  • Dheri Agriesta

Berita Terkini Lainnya