Akhir Pekan, Rupiah Tak Mampu Bangkit dari level Rp16.210 per Dolar AS

Mata uang yen Jepang alami pelemahan terdalam

Jakarta, IDN Times - Pergerakan laju rupiah pada penutupan perdagangan, Jumat (26/4/2024), berada di level Rp16.210 per dolar AS. 

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah 22,5 poin atau setara 0,14 persen dibandingkan penutupan perdagangan kemarin yang berada di level Rp16.188 per dolar AS.

Baca Juga: Rupiah Masih Loyo, Dibuka di Level Rp16.217,5 per Dolar AS

1. Mata uang di kawasan Asia kompak melemah

Di kawasan Asia, yen Jepang menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah anjlok 0,24 persen, sementara yuan China juga melemah 0,08 persen.

Selanjutnya, won Korea Selatan yang sudah ditutup tertekan 0,06 persen dan dolar Singapura yang koreksi 0,04 persen. Lalu ada rupee India yang turun 0,01 persen. 

Kemudian, dolar Hongkong terlihat melemah tipis 0,008 persen terhadap the greenback. Sementara itu, baht Thailand menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia setelah menguat 0,24 persen. 

Selanjutnya, peso Filipina ditutup terkerek 0,19 persen dan ringgit Malaysia yang menanjak 0,05 persen.  Disusul, doalr Taiwan yang ditutup menguat tipis 0,01 persen. 

Baca Juga: Kenapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Jawabannya

2. Data ekonomi AS bikin rupiah lesu

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, rupiah yang melemah terhadap dolar AS sepanjang hari ini disebabkan data ekonomi AS yang dirilis semalam waktu AS menunjukkan komponen harga dari PDB di kuartal I mengalami kenaikan yang melebihi ekspektasi. 

"Komponen harga dari PDB kuartal I menunjukkan kenaikan yang melebihi ekspektasi pasar 3,7 persen vs 3,4 persen yang artinya inflasi masih tinggi," jelas Ariston. 

Baca Juga: Harga Nominal: Pengertian, Nilai Tukar dan Harga Saham

3. Data klaim tunjangan pengangguran di AS lebih baik dari prediksi

Lebih lanjut, data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS juga lebih bagus dari prediksi, menunjukkan penurunan klaim menjadi hanya 207 ribu dari ekspektasi 214 ribu.

Dengan hasil ini, meskipun data PDB di kuartal I AS direvisi turun menjadi 1,6 persen  dari ekspektasi 2,5 persen,  ekonomi AS masih cukup solid dan inflasi sulit turun.

"The Fed mungkin masih sulit untuk melakukan kebijakan pemangkasan suku bunga acuannya. Malam ini, pelaku pasar juga masih menunggu data indikator inflasi Core PCE Price Index bulan Maret yang menjadi acuan penting the Fed untuk mempertimbangkan kebijakan moneter AS selanjutnya," imbuh Ariston.

Topik:

  • Dheri Agriesta

Berita Terkini Lainnya