AS Terancam Gagal Bayar Utang, BI: Aliran Modal Asing Deras Masuk RI

BI laporkan ekonomi Indonesia terus membaik

Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing dalam bentuk  portofolio hingga 23 Mei 2023 masuk sebesar 1 miliar dolar AS (year to date). Hal itu terjadi di tengah adanya gejolak global akibat kemungkinan Amerika Serikat (AS) gagal bayar utang.

"Aliran masuk modal asing di pasar keuangan domestik berlanjut pada kuartal II-2023. Tercermin dari investasi portofolio yang hingga 23 Mei 2023 mencatat net inflow mencapai 1 miliar dolar AS," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta Pusat, Kamis (25/5/2023).

Baca Juga: Modal Asing Rp8,33 Triliun Masuk ke RI dalam Sepekan 

1. Faktor inflow menguat

AS Terancam Gagal Bayar Utang, BI: Aliran Modal Asing Deras Masuk RIIlustrasi Uang. (IDN Times/Aditya Pratama)

Ia menjelaskan ada beberapa alasan yang mendorong aliran modal asing tetap masuk ke pasar keuangan domestik. Pertama, prospek perekonomian nasional yang semakin baik, inflasi yang menurun, dan imbal hasil aset keuangan yang menarik.

Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi kuartal I tumbuh 5,03 persen (yoy) dan inflasi mencapai 0,33 persen (mtm), sementara itu inflasi secara tahunan sebesar 4,33 persen.

"Di tengah ketidakpastian pasar keuangan global tersebut, aliran masuk modal asing ke negara berkembang berlanjut, seiring dengan kondisi dan prospek perekonomiannya yang lebih baik," imbuhnya.

Ada pula faktor posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2023 tercatat 144,2 miliar dolar AS. Posisi tersebut setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

"Jumlah cadangan devisa tersebut jauh berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," ucap Perry.

Baca Juga: Rupiah Lebih Kuat Dibandingkan Banyak Mata Uang di Asia, Ini Faktornya

2. Kinerja positif bakal berlanjut

AS Terancam Gagal Bayar Utang, BI: Aliran Modal Asing Deras Masuk RIANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Perry meyakini, berbagai kinerja positif tersebut diperkirakan berlanjut sehingga NPI 2023 akan mencatat surplus, dengan transaksi berjalan dalam kisaran surplus 0,4 persen sampai dengan defisit 0,4 persen dari PDB.

Sementara itu, neraca transaksi modal dan finansial (TMF) diperkirakan akan mencatat surplus. Itu didukung oleh aliran masuk modal asing dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) dan investasi portofolio.

Lebih lanjut, pergerakan nilai tukar rupiah hingga 24 Mei 2023 menguat 0,63 persen secara point to point (ptp), dibandingkan dengan level akhir kuartal I 2023. Kondisi ini, didorong kuatnya aliran masuk modal asing (net inflow) di investasi portofolio. 

"Secara year to date, nilai tukar rupiah juga menguat 4,48 persen dari level akhir Desember 2022, lebih baik dibandingkan dengan apresiasi Thailand sebesar 0,20 persen  dan India sebesar 0,08 persen, serta Filipina yang terdepresiasi sebesar 0,10 persen," ungkapnya. 

Dengan demikian, Bank Indonesia memastikan akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah melalui triple intervention dan twist operation. Kebijakan ini untuk mengendalikan inflasi barang impor(imported inflation) dan memitigasi risiko rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.

"Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan apresiasi rupiah berlanjut ditopang oleh surplus transaksi berjalan dan aliran masuk modal asing. Sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi yang rendah, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik," tegasnya. 

Baca Juga: Tok! BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di 5,75 Persen 

3. Kebijakan moneter The Fed bakal melunak

AS Terancam Gagal Bayar Utang, BI: Aliran Modal Asing Deras Masuk RIChairman Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell pada Rabu (21/9/2022) mengumumkan kenaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) untuk kelima kalinya tahun ini. (dok. YouTube Washington Post)

Sementara itu, ekonom makroekonomi dan pasar keuangan dari LPEM FEB UI, Teuku Riefky, mengatakan pengetatan kebijakan moneter AS akan mulai berkurang. Hal ini sejalan dengan gejolak pada sektor perbankan dan potensi melambatnya aktivitas ekonomi di AS.

Meski begitu, kondisi ini dinilai akan memberikan keuntungan bagi negara berkembang. Sebab, kepercayaan investor berangsur-angsur bergeser ke pasar negara berkembang.

"Akibatnya, Indonesia terus mencatat aliran modal asing masuk ke (pasar keuangan domestik), dengan lonjakan tertinggi pada awal Mei sebesar 4,49 miliar dolar AS. Lonjakan tersebut juga didukung oleh rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal I yang mencerminkan prospek ekonomi domestik yang sangat menjanjikan," ungkapnya.

Sejak Januari hingga pertengahan Mei tahun ini, aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik mencapai 5,7 miliar dolar AS. Arus masuk modal yang kuat hingga pertengahan Mei sepenuhnya.

Itu tercermin dalam imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun dan 1 tahun yang turun dari semula 6,76 persen dan 5,97 persen, menjadi 6,54 persen dan 5,79 persen.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya