Belanja Negara Kurang Optimal Jadi Stimulus Ekonomi di Kuartal I

Kontribusi konsumsi pemerintah hanya 6,25 persen

Intinya Sih...

  • Belanja pemerintah kurang optimal sebagai penggerak konsumsi dan pertumbuhan ekonomi kuartal I.
  • Konsumsi rumah tangga tumbuh di bawah pertumbuhan ekonomi nasional, sulit terakselerasi.
  • Kontribusi konsumsi pemerintah hanya 6,25 persen terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal I-2024.

Jakarta, IDN Times - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai belanja pemerintah kurang optimal menjadi penggerak konsumsi rumah tangga dan pertumbuhan ekonomi kuartal I.

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus mengatakan seharusnya belanja pemerintah bisa menjadi stimulus konsumsi maysarakat investasi dan ekspor lebih besar.

Terlebih pada momentum kuartal I banyak agenda besar seperti Pemilu, gelontoran program bantuan sosial yang cukup besar sepanjang kuartal I, dan Ramadan.

"Jadi belanja pemerintah ini kan bukan hanya sekedar mengeluarkan uang dari APBN tetapi harapannya adalah untuk menggerakkan perekonomian dan menstimulus sisi investasi dan ekspor. Tapi kelihatannya (gelontoran belanja pemerintah) belum sampai kesana," ucapnya dalam diskusi INDEF, Selasa (7/5/2024).

Baca Juga: Jokowi Minta Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Disyukuri

1. Konsumsi rumah tangga masih kurang optimal

Belanja Negara Kurang Optimal Jadi Stimulus Ekonomi di Kuartal Iilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

Lebih rinci. konsumsi rumah tangga pada kuartal I tumbuh 4,91 persen (yoy), dan PMTB tumbuh 3,79 persen. Kedua komponen ini memberikan sumbangan masing sebesar 54,93 persen dan 29,31 persen terhadap total PDB.

Menurut Ahmad Heri, konsumsi rumah tangga masih tumbuh di bawah pertumbuhan ekonomi nasional kuartal I sebesar 5,11 persen. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi secara umum akan sulit terakselerasi.

"Di sisi lain kontributor utama ekonomi kami yaitu konsumsi rumah tangga, melajunya kurang. Kalau angkanya 4,91 persen bisa ditingkatkan lagi, karena kalau misalnya kontributor utama masih tumbuh di bawah pertumbuhan ekonomi secara umum, maka akan sulit terakselerasi," kata Heri.

2. Konsumsi pemerintah hanya tumbuh 19,9 persen

Belanja Negara Kurang Optimal Jadi Stimulus Ekonomi di Kuartal Iilustrasi APBN (IDN Times/Aditya Pratama)

Konsumsi pemerintah tumbuh mencapai 19,9 persen secara year on year (yoy) pada kuartal I-2024. Sektor ini memberikan kontribusi sebesar 6,25 persen ke pertumbuhan ekonomi kuartal I-2024.

"Fungsi belanja pemeirntah itu sebagai stimulus kontribusi masing-masing komponen itu berbeda beda. Konsumsi pemerintah dan LNPRT kontribusi hanya 18 persen terhadap PDB.

Sedangkan komponen konsumsi lembaga non profit rumah tangga (LNPRT) mengalami pertumbuhan tertinggi hingga 24,29 persen tetapi hanya memberikan kontribusi 1,43 persen.  Konsumsi LNPRT mengalami pertumbuhan paling tinggi dibanding komponen lain yang didorong oleh kegiatan pemilihan umum dan momen Ramadan.

Baca Juga: BI Sebut Ekonomi Kuartal I Tetap Berdaya Tahan

3. Ada beberapa faktor jadi sebab sektor pertanian hingga perikanan tumbuh negatif

Belanja Negara Kurang Optimal Jadi Stimulus Ekonomi di Kuartal Iilustrasi teknologi pertanian (pixabay.com/clarrycola)

Lebih lanjut, Heri juga menyoroti kinerja sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang harus tumbuh negatif 3,54 persen (yoy). Ia menilai, sektor usaha ini seharusnya bisa memanfaatkan potensi peningkatan permintaan dari sisi konsumsi, karena adanya momentum Pemilu dan puasa Ramadan.

“Sangat disayangkan karena gelontoran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ke sektor ini sangat besar tapi kinerjanya masih sangat jauh dari memuaskan. pertumbuhannya negatif,” ucap Heri.

Meski begitu, menurutnya ada beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhan negatif pada sektor tersebut, diantaranya adalah faktor kemarau panjang dan faktor perubahan iklim yang membuat musim tanam bergeser sehingga membuat musim panen tertunda.

Kendati begitu, seharusnya pemerintah dapat mengantisipasi lebih baik faktor-faktor yang menyebabkan mundurnya musim panen tersebut. Seperti mulai mengadopsi penggunaan teknologi yang dapat mengatasi gejolak gangguan iklim.

Baca Juga: Ini 5 Sektor Utama Penopang Ekonomi Kuartal I

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya