BI Ungkap Dampak Krisis Properti China ke Ekonomi Global

Ekspor China ikut melambat

Jakarta, IDN Times - Krisis properti di China yang ditandai bangkrutnya perusahaan raksasa properti, Ervergrande, dinilai akan semakin menambah ketidakpastian global.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengatakan perlambatan ekonomi China disebabkan pelemahan permintaan domestik karena keyakinan konsumen, utang rumah tangga, dan permasalahan sektor properti di tengah penurunan ekspor akibat perlambatan ekonomi global. 

“Ekonomi China yang melambat bisa merembet ke negara lain. Misalnya ekspor kita yang masih meningkat, tapi tidak sekuat sebelumnya,” kata Perry, dikutip Jumat (22/9/2023).

Baca Juga: Bos BI Ungkap Bergesernya Pertumbuhan Ekonomi China dan AS

1. Dampak perang dagang AS-China

BI Ungkap Dampak Krisis Properti China ke Ekonomi GlobalGubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo (Dok. Departemen Komunikasi Bank Indonesia)

Ekspor China yang melambat, tidak hanya karena pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, tapi juga dampak perang dagang antara Amerika Serikat dengan China.

"Konsumsi rumah tangga di China juga melambat karena keyakinan konsumen, tetapi juga permasalahan di properti," kata Perry.

2. Guncangan sektor properti di China akibat langkah eskspansif perusahaan besar

BI Ungkap Dampak Krisis Properti China ke Ekonomi Globalilustrasi IHSG (IDN Times/Aditya Pratama)

Perry menjelaskan, guncangan sektor properti yang terjadi di Negeri Tirai Bambu itu utamanya disebabkan perusahaan besar melakukan langkah ekspasif sebelum pandemik COVID-19.

"Dan kemudian (terdampak) COVID-19, dan sekarang belum pulih," kata dia.

3. Kinerja perusahaan skala kecil di China masih terjaga

BI Ungkap Dampak Krisis Properti China ke Ekonomi GlobalIlustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Menurut Perry, krisis properti hanya berimbas terhadap perusahaan skala besar. Sementara, perusahaan-perusahaan properti skala kecil dan menengah kinerjanya tetap terjaga.

"Pertumbuhan ekonomi global 2023 diprakirakan tetap sebesar 2,7 persen, dengan kecenderungan ekonomi China yang melambat dan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang semakin kuat," pungkasnya.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya