BPS: Nilai Tukar Petani di Juni Naik 0,19 Persen

Kenaikan NTP terjadi di 21 Provinsi

Jakarta, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan perkembangan nilai tukar petani (NTP) pada Juni 2023 mencapai sebesar 110,41, atau naik sebesar 0,19 persen apabila dibandingkan dengan nilai NTP di bulan sebelumnya.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Pudji Ismartini, mengatakan kenaikan NTP ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,42 persen, atau lebih besar dari kenaikan indeks harga yang dibayarkan petani yang hanya sebesar 0,23 persen.

1. Beberapa komoditas pengaruhi kenaikan NTP

BPS: Nilai Tukar Petani di Juni Naik 0,19 PersenDeputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Pudji Ismartini. (dok. YouTube BPS).

Pudji Ismartini mengatakan, terdapat empat komoditas dominan yang mempengaruhi kenaikan NTP di bulan Juni. Di antaranya komoditas kopi, sapi potong, kakao atau cokelat serta komoditas cabai rawit.

"Peningkatan NTP tertinggi terjadi pada sub sektor hortikultura dimana NTP hortikultura ini naik sebesar 2,22 persen. Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 2,39 persen atau lebih besar dari kenaikan indeks harga yang dibayarkan petani yang mengalami kenaikan sebesar 0,17 persen," ujar Pudji pada Konferensi Pers, Senin (3/7/2023).

Sementara itu, empat komoditas dominan pengaruhi kenaikan Indeks Harga Terima Petani (It) sub sektor Holtikultura yakni cabai rawit, tomat, bawang merah dan bawang daun.

Baca Juga: BPS: Belum Ada Data Transaksi Ekspor Pasir Laut per Mei 2023

2. NTP di sektor perkebunan rakyat turun

BPS: Nilai Tukar Petani di Juni Naik 0,19 Persenilustrasi kelapa sawit (IDN Times/Sunariyah)

Kemudian, penurunan NTP terdalam terjadi pada sub sektor tanaman perkebunan rakyat yang turun hingga 0,85 persen.

"Penurunan terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,55 persen dan indeks harga yang dibayarkan petani naik sebesar 0,30 persen," tuturnya.

Selanjutnya, empat komoditas dominan mempengaruhi penurunan IT sub sektor perkebunan rakyat yakni kelapa sawit, karet, tebu dan pinang.

3. NTP dan NTUP di 21 Provinsi naik

BPS: Nilai Tukar Petani di Juni Naik 0,19 Persenilustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama)

Sementara itu, Nilai Tukar Usaha Petani alias NTUP yang mencapai 111,11 atau naik 0,33 persen apabila dibandingkan pada NTUP Mei 2023.

Menurutnya, kenaikan NTUP terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,42 persen atau lebih tinggi dari kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) yang mengalami kenaikan sebesar 0,08 persen.

"Komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan NTUP atau IT nasional yakni adalah kopi, sapi potong, kakao/coklat biji dan cabe rawit dengan peningkatan NTUP tertinggi terjadi pada sub sektor hortikultura yang mencapai 2,29 persen. Kenaikan terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 2,39 persen atau lebih tinggi dari kenaikan BPPBM yang mengalami kenaikan sebesar 0,10 persen," katanya.

4. Komoditas yang pengaruhi kenaikan BPPBM

BPS: Nilai Tukar Petani di Juni Naik 0,19 PersenIlustrasi kegiatan petani di area persawahan yang terendam banjir. (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Adapun komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan BPPBM di sub sektor hortikultura adalah bibit bawang merah, bibit kentang, upah mencangkul dan upah menuai atau upah memanen.

"NTUP holtikultura naik 2,29 persen, kenaikan ini karena indeks harga diterima petani naik 2,39 persen atau lebih tinggi dari kenaikan BPPBM 0,1 persen. Komoditas yang dominan pengaruhi kenaikan BPPBM sub sektor hultukultura yakni bibit bawang merah, bibit kentang, upah mencangkul, upah menuai atau memanen," tuturnya.

Adapun sebanyak 21 Provinsi mengalami kenaikan NTP, dengan peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Lampung sebesar 2,79 persen, sedangkan sebanyak 13 Provinsi mengalami penurunan dan yang terdalam di Riau hingga minus 4,20 persen.

Sementara itu, untuk nilai tukar usaha petani (NTUP), sebanyak 21 Provinsi mengalami kenaikan NTUP dengan peningkatan tertinggi terjadi di Lampung sebesar 3,03 persen.

"Sementara sebanyak 13 Provinsi alami penurunan NTUP terdalam terjadi di Riau turun sebesar 4,29 persen," tuturnya.

Baca Juga: Hasil Sensus Pertanian BPS Penting untuk Ambil Kebijakan

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya